Dipojokan
Aku menatapmu lekat
Pada ubin dingin yang manut pasrah tiap kali terinjak

Kau sibuk mematut diri pada cermin
Mengukur tiap inci keluruhan lemak
Engap, sesak apapun itu
Anggap saja angin selewat

Kau tindih aku kembali,
Ada banyak umpatan mengiring

"Ah, segini terus!"
Katamu,

Kau murka,
Aku terinjak

Bandar Lampung,
1 Juli 2015

Sedang begitu banyak yang melintas menjadi ide