Hampir semua jomblo di Bumi ini kalau ditanya tentang jodoh pasti mengambil jawaban simple nan klasik,

"Ah, jodoh itu di Tangan Tuhan."

Hingga 2014 akhir, saya masih ikut-ikutan meyakini itu, sudah semacam memberhalakan saja.

Selepasnya, mengapa saya mengubah pandangan?
Ini semata-mata karena saya berpindah posisi -- dari lajang yang suka baper kalau ada temen nikah, menjadi lajang yang mendedikasikan diri sebagai Daraluar(bia)sa -- maka berubah pula sudut pandang.

Dan tadi malam saya sms-an sama Dara (bukan nama sebenarnya) yang sudah bukan Dara (gadis) lagi karena sudah punya putri.

Dia hanya beda 53 mingguan usianya dari saya, Dara lebih tua, tentu saja.

Saya dan Dara banyak samanya: mengenyam pendidikan di LPGTK dan UPI, bergolongan darah A, lahir pada bulan Agustus, kebagian di divisi PR pada UKM yang sama, pandai ngegombal bahkan ngegombalin orang yang sama pas dulu sampai punya kaos couple motivasi gitu, suka menulis artikel (kalau dia penting, saya mah gak) dan ini yang paling nyata...sama-sama MANIS!!!

Selain itu semua, ada yang paling krusial; sama-sama pernah tidak nurut menurut orangtua dan hubungan rumah tangga tergantung titah orangtua.

Tahun lalu saya masih "to enthusiast" ke Kak Beruang -- yang sebenarnya gak banyak uang -- tapi semua yang sudah kadung berjalan jadi urung, tebak kenapa?

ORANGTUA GAK SREG

Dalam bahasa nasional artinya beliau berdua gak suka, selain karena masih begitu memegang teguh streotip kesukuan, juga menurut pandangan orang tua saya, orang yang terlalu religius justru suka mengabaikan keluarga. Dan profesi Bapaknya si ehem yang seorang dosen membuat Ibu saya khawatir dengan harga diri putrinya. Ngerti gak? Khawatir di "bully", di hina. Walau belum tentu, semua hanya spekulasi berdasar emosional bukan logis. Kamu mungkin mau bilang orangtua saya berfikirnya norak?

Ih sama, saya juga sempet mikir gitu tapi walau bagaimanapun saya yakin mereka paling memahami apa yang baik dan tidak untuk saya.
Pun begitu, saya pernah mengutip kisah Dara pada tulisan ini. Orang tua Dara sudah sangat terlanjur sakit hati, maka kemungkinan sangat kecil untuk Dara bisa bersatu lagi dengan (mantan) suaminya.

"Belum sel. Saya hilang kontak juga sama dy. Maunya balikan sebenarnya. Tapi ortu melarang keras." -Dara, Wanita yang tegar-

Saya melihat bulan lalu ex-suami Dara masih memajang photo mereka berdua, dan sekarang memajang photo anaknya sebagai profile.

"Kangen sel, nyesel jga. Tapi gimana lagi, T_T." -Dara, belum genap 23th-

Kamu yang baru saling cemceman atau pacaran aja pasti berasa mau mati yah kalau hilang kontak, macem Amel Carla sama siapa itu namanya yang sekolah di Inggris. Apalagi Dara, udah gak ngerti lagi kangennya kayak apa. Sesuatu yang beda pernah disatukan dalam janji dihadapan Allah dan kini???

Meski mereka masih menginjak tanah yang sama, Pasundan. Masih menghirup udara yang sama, Siliwangi. Tapi, rindu mereka hanya mampu lewat selintas pada beranda jejaring sosial. Hanya memandang tanpa menyentuh, cuma bisa scrolling tanpa chatting.

Kamu, kuat gak nahan rindu yang begitu?

"I'm not complaining 'bout the weather in the sky, it just a vision of the future of a bloody sunday..." - The Downtown Dogz, Cigarretes Nation -

Kutipan lagu itu, kurang lebih mewakili perasaan saya dan juga mungkin Dara.

Kami, gak komplain atas yang telah teralami. Berusaha untuk jalani yang diridhoi orang tua. Merajut hati yang sudah terlanjur merasa perlu tambalan sana-sini.

Kami ini, Bu...
Merasakan jamannya bahwa:


"Ketika jodoh tidak lagi hanya di tangan Tuhan tapi juga mesti tervalidasi lidah orangtua." -Sella, suka mikir yang gimana gitu-

Buat Dara, semoga makin tabah dan tabah setiap harinya, kalau kangen ke si Aa mah peluk putrimu saja karena padanya mengalir pula darah si Aa, mengalir pula cinta dan kasihnya. Kalau memang masih memungkinkan, kelak hati ortuakan terbuka. Jika tidak, pasti ada jodoh yang mampu tervalidasi dengan baik lagi.

Nanti kita makan sate padang bareng lagi!
Buat kamu, sabar aja, Mblo :)


Bandar Lampung,



7 Juli 2015


Sedang...ah sudahlah.

Sumber photo: pribadi.