" Somewhere over the rainbow, way up high
There’s a land that I heard of once in a lullaby.
Somewhere over the rainbow, skies are blue
And the dreams that you dare to dream really do come true." -Over The Rainbow, Judy Garland-

Judy Garland dalam The Wizard of Oz Scene

Penyuka film klasik pasti tahu dengan film The Wizard of Oz yang sangat ngehits di era 1930-an, dibintangi oleh Judy Garland yang berperan sebagai Dorothy (sekaligus menyanyikan original soundtrack Over The Rainbow).

Tapi, saya tidak sedang membahas filmnya, saya cuma mau bahas tentang Rainbow/Pelangi-nya dan Masalah masa depan Bangsa kita.
Setelah Negara Adidaya Amerika Serikat mengumumkan pelegalan terhadap pernikahan sejenis medio Juni 2015 lalu, bukan hanya LGBT yang menjadi sorotan, melainkan juga simbol "kebebasan" mereka, RAINBOW FLAG.

Rainbow Flag (sourch: moma.org)

Ini tentu saja memengaruhi saya dalam menyikapi pelangi, secara umum maupun khusus. Kebetulan sekali beberapa hari setelahnya, serial Upin-Ipin membahas tentang warna dan pelangi. Tau? Saya was-was jadinya, mendampingi si Bayu untuk nonton, khawatir dia terpengaruh trend LGBT, secara simbolis, paling tidak.
Konyol gak?

Pun begitu, saya jadi penasaran. Kenapa pelangi dijadikan simbol?

Konon, Adalah Gilbert Baker, seniman asal San Fransisco yang memperkenalkan bendera tersebut pertama kali pada 1978. Penggunaan bendera tersebut diartikan sebagai bentuk kebanggaan dan pergerakan kaum LGTB dalam menunjukkan keberadaan mereka.
Sejumlah tulisan menyebutkan jika Gilbert menciptakan Rainbow Flag karena terinspirasi dari lagu 'Over The Rainbow' milik penyanyi Judy Garland. Judy Garland sendiri dikenal sebagai icon LGTB.

Itu saya kutip dari salah satu portal berita online. Wah! Betapa terkejutnya saya. Lagu "Over The Rainbow" adalah salah satu lagu favorit, bahkan pertama kalinya saya belajar piano, lagu inilah yang saya mainkan, bukan "Ibu Kita Kartini" atau "Indonesia Raya".
Pada suatu titik, saya merasa "hina" sekali. Hingga kamu ninggalin saya dan memilih dia :( #gagalfokus
Kembali pada Rainbow Flag, pelangi dipilih karena menyimbolkan keberagaman. Apapun "warna"nya, manusia tetaplah manusia.

Saya juga ingin meluruskan, barusan dapat sms dari Pak Obama,
"Sel, tolong bantu perjelas yah,"
"Siap, Pak!" Balas saya.

Jadi begini...
Pelegalan yang dimaksud Pemerintah USA adalah soal administratif, seperti urusan surat menyurat, Kartu Keluarga, Buku Nikah serta Akte jika mereka punya anak (entah asuh atau kandung, jangan pusing kenapa pedang dan pedang bisa menghasilkan). Agar ketika mereka "memilih" jalan itu, bukan berarti mereka bisa tidak peduli terhadap "hubungannya", mereka harus bertanggung jawab. Kan sudah diresmikan negara.
Yah bagi mereka sih daripada heteroseksual tapi mencla-mencle ngurus rumah tangga, mending LGBT tapi bertanggung jawab.
Sekali lagi, soal perasaan mah negara gak ngurus, toh sebelum dilegalkan juga mereka bebas saja hilir mudik kencan gitu. Kalau soal perasaan aku, kamu ngurusin gak? *eh*

***

" oke ini ke sekian kali nya orang nanyain tentang ini .oke aku ga akan bawa bawa masalah agama soal ini karena aku tau aku pun belum kompeten buat ngejelasin dari sudut pandang itu. jujur awalnya aku coba buat open minded, nyoba cari pengecualian yang bisa bikin aku setuju sama keputusan 'mereka' itu. tapi aku gagal faham sepertinya. otak aku malah berfikir di dunia ini ga ada bentuk relasi yang lebih indah dibandingin hubungan antara laki laki dan perempuan. gimana laki laki ditakdirkan hadir di dunia untuk menjaga perempuan yang lemah, gimana perempuan ditakdirkan buat jadi kontradiksi laki laki yang lembut, penenang, dll. well we all know that God made Adam and Eve, not Adam and Steve. aku gatau mungkin akan banyak orang berpendapat pemikiran aku kuno dsb, tapi hey, coba ingat lagi, kita hadir di dunia karena adanya hubungan seperti apa." -Erlin, 20th something tapi tampang belasan-

Senada dengan Erlin, saya juga kurang kompeten untuk menjelaskan perihal Halal/Haram-nya, untuk itu kamu yang muslim bisa baca dan tarik simpul sendiri pada kisah Kaum-nya Nabi Luth, oke, saya tahu kebanyakan anak gaul kekinian jarang bawa al-qur'an terjemahan. Seringnya bawa Gadget, untuk itu kamu bisa baca kisah Kaum Luth di sini.

Sebenarnya ini masalah krusial, bukan cuma persoalan kamu pribadi dan cintamu. Ini menyangkut masa depan kita. Malah sempet curiga, jangan-jangan isu ini salah satu upaya untuk menghancurkan, oleh suatu sistem kuat yang tak terlihat.

Saya cuma mau bilang, masihkah ingin Bangsa kita maju? Punya generasi Emas yang membanggakan?

Ada anak-anak yang mesti dilahirkan, toh?

Kamu gak mau jadi bagian dari sejarah pencetak generasi emas?

Gak mau punya keturunan yang mampu membawa perubahan?

Atau gini deh, karena kita semua pasti akan meninggal. Ada tiga amalan yang tidak akan terputus: Doa Anak Sholeh, salah satunya.
Mau ada yang ngedoain?

Sok atuh, nikahnya sama lawan jenis. Kalau kamu cintanya sama sesama yaudah, cinta tak mesti memiliki. Jangan egois. Bangsa ini butuh "bibit"mu biar bisa maju. Kamu mau ngorbanin masa depan Bangsa hanya karena si Dia?

"Kita tidak pernah tahu dari buku mana sebuah ide akan merubah hidup." -Erasmus-
Saya kira sama halnya dengan,

"Kita tidak tahu dari bibit siapa pemimpin masa depan Bangsa ini yang akan membawa perubahan ke arah lebih baik." -Sella, masih muda-

Lagi pula,
Kan, pernah lihat "colokan"?
Kira-kira begitu,
" even a guy's body is only fit for a girl's."
Tutur Erlin, mengakhiri pendapatnya.


Bandar Lampung,
5 Juli 2015

Semangat yah mencetak anak emas, dan bertanggung jawab ! :)
Oh yah ternyata tadi teh yang sms bukan Pak O-bama tapi O-perator, ngasih tau kuota limet. Heuh.