Dua tahunan lalu kita mulai akrab untuk kemudian malah jadi lebih jauh karena memang salah saya. Saya cukup kurang ajar dan tidak tahu diri saat itu, hingga kamu rugi dan mungkin baiknya saya dijebloskan saja.
Saya, tentu ingat betul. Merengek minta tolong ke kamu yang kemudian jadi induk semang untuk saya beberapa hari. Terimakasih sekali dan berkali-kali yah :) Madu.

Saya tahu, sangat tidak pantas lagi untuk saya belaga berakrab-ria ke kamu. Toh siapa saya?
Kalau dilihat-lihat lagi, Hani. Tolong maafkan saya. Paling tidak, tolong jangan untuk selamanya menjadikan saya asing. Saya senang berteman ke kamu walau kamu tidak.

Hani, Allah selalu punya rencana yang baik, toh?

Boleh jadi, kedatangan saya pada waktu itu -yang manismanismanja ke kamu- dan kembali menarik kamu ke Hipmi untuk kemudian kamu jadi dekat dengan Hadi.
Hani, waktu saya merugikan kamu. Memang saya tidak berfikir panjang, saya juga tidak kefikiran sampai barusan saya sadar. Ini hikmah dibalik itu. Kamu jadi makin dekat dan akrab sama Hadi kan? Malah makin dekat sekarang, semoga sampai halal dan selamanya bareng. Aamiin.

Lihat hani, tolong lihat lagi. Selalu ada hal manis dibalik kegetiran. Ada daging lembut seperti mentega dibalik kulit duren yang tajam.

Hani, kalau kamu ke Hadi terus jadi nikah, itu saya gak ada untung atau ruginya, sekarang. Gak tau kalau nanti. Sama kayak kamu yang merasa rugi karena kehadiran saya waktu dulu. Tapi, kalau saja kamu mau sedikit rendah hati, kamu beruntungkan jadi ketemu Hadi? Yang insyaallah jadi jodoh kamu.
Hani, saya, sella selvana. Minta tolong ke kamu untuk memaafkan saya. Minimal senyumlah ke saya kalau ketemu. Saya sangat malu soalnya kalau mau nyapa kamu duluan. Tapi, saya boleh kan turut senang? Sedikit jumawa, kamu dipertemukan Hadi oleh Allah justru lewat kelalaian saya.

Bandar Lampung,

17 juli 2015