Belakangan ini, saya sedang merasa handphone terlalu berat. Tapi sangat ingin juga denger-denger lagu. Nah tercetuslah untuk mendengar streaming di Soundcloud saja. Haha.
Enggak tau, kayaknya ini rasa punya siapa *halaaah* bener-bener nyantol ke Bandung. Lah sebagian besar band (indie, tentunya) yang saya suka kok asalnya dari Bandung. Padahal gak rencana, persis jatuh cinta, gak ada rencana :3
Mocca, adalah band Indonesia yang "saya banget" swing jazz atau apalah itu istilah musicnya, pertama yang saya suka. Ini tak terlepas dari peran Maudy Ayunda pada film "Untuk Rena" -yang dimana- sountracknya itu lagu Mocca. Juga lagu "I Remember", duh cinta banget. Tapi ya gitu sih, lagunya kebanyakan berlirik english, padahal saya mah paling rada gimana gitu sama english. Namun sekarang gak terlalu khawatir, udah ada Ical. Dia siap translate kapanpun, kayak kamus online tapi yah gitu, mesti bayar.
Sarasvati, saya tau dari Angga. Karena novelnya duluan sih, memang rada-rada serem. Apalagi kami pas itu masih jadi mahasiswa baru unyu-unyu. Sampai ngebet pengen nonton live, tapi alhamdulillah, belum kesampean.
Pidi Baiq dan The Panas Dalam taunya dari Agi, yang memang suka buku-dan kayaknya nyewa kamar kost hanya untuk naro buku- (karena surayah pidibaiq juga seorang penulis, maklum gak ada kerjaan ;)) lagu pertama yang dikasih liat ke saya itu "Rintihan Kuntilanak" berhubung masih heboh bahas sarasvati dulu itu jadi makin seneng yang horor-horor, tapi jujur, saya sih lebih seneng honor. Semenjak Ayah Pidi -yang- Baiq ngeluarin novel terbarunya "Dilan, Dia Dilanku 1990" dan "Dilan, Dia Dilanku 1991" jadi aja saya makin cinta, sama Dilannya :) juga lagu voor Dilan dan voor Dilan #2. Gemes.
Banda Naera nah pas kepo-kepo ke following surayah lalu kepo ke followingnya following surayah, saya menemukan mereka! Duo yang pengennya disebut band. Tadinya saya kira mereka dari jakarta (liat info soundcloudnya) eh pas search lagi ternyata alumni Unpar. Menurut saya, literasi mereka yang kaya ini bolehlah disetarakan dengan Payung Teduh.
Tigapagi sempat dengar dinobatkan sebagai Band indie terbaik versi majalah rolling stone indonesia, lagunya seru. Melodinya rada nyunda. Tema lagunya juga asyik abis, cinta-cintaan, tapi cinta pada negara sih.
Salah satu hal yang saya idamkan, mereka gak masuk tipi. Rasanya jelas jadi beda, entah, jadi gak asik lagi. Jadi asing. Mungkin.
***
Pertemuan saya dengan lagu-lagu serta penyanyi diatas sungguh tak terencana. Senang ke mereka juga, mengalir saja. Sama kayak ke Bandung. Sama kayak ke kamu. Insyaallah lekas bersua.
"Jika awan sudah terlalu berat dan tak mampu menampung uap. Biarlah, biarlah hujan. Air bercumbu dengan tanah, daun, genting serta ranting juga yang lainnya. Biarlah, biarlah kita bertemu." -Petrikor, Sella-
***
Sudah ah, ini nulis sambil ngantuk. Dan playlist private di soundcloud saya sedang ada Banda Naera...
" Rumah kosong
Sudah lama ingin dihuni
Adalah teman bicara; Siapa saja atau apa
Jendela, kursi
Atau bunga di meja
Sunyi, menyayat seperti belati
Meminta darah yang mengalir dari mimpi." -Musikalisasi Puisi Rindu, Subagio Sastrowardoyo-
*tau-tau kepikiran, itu Bapaknya Dian Sastro bukan, yah?*
Bandar Lampung,
2 Agustus 2015
Mulai ngantuk.
gambar; sourch google.
0 comments:
Post a Comment