Warung masih senggang, jam di dinding baru menunjukkan pukul 11. Siang dan panas. Belum banyak orang yang makan, mungkin merasa tanggung untuk berbuka tengah hari.
Tak lama setelah saya mengakel nasi, datanglah serombongan Mas-Mas berseragam tujuh orang, dan dua orang lagi memakai pakaian bebas. Saya sempat terperangah sambil memegang centong nasi tapi sebentar saja, sesudahnya saya mencoba membiasakan diri. Senyum ramah manis non-manja pun tersungging di muka.

"Mba, kasih makan yang enak-enak yah, minta apa aja kasih."

Salah seorang dari dua yang tidak berseragam memberi arahan pada saya. Saya degdegan.

"Lo orang gapapa yah ada yang pake tangan kiri, kuncinya gak cocok."

Ujar seorang yang lain, yang tidak berseragam.
Sebenarnya Warung Nasi saya bersistem prasmanan namun melihat situasi dan kondisi tampak tak memungkinkan, maka saya mesti menghidangkan.
Mereka ber-enam (yang satu lagi puasa, jadi minta di bungkus) makan dengan lahap walau ada tampang malu-malu. Namun ada sirat bahagia yang sederhana. Sungguh itu pertama kalinya untuk saya. Mereka merasa sangat dihargai sebagai manusia.

"Mau ngopi-ngopi dulu gak? Atau ngerokok? Lo orang anggep aja kita lagi nyore, santai aja."

Kali ini Bapak tidak berseragam yang bicara, orang yang sama dengan yang menyuruh saya melayani.

"Gak Bang, makasih."

Salah seorang dari bertujuh angkat bicara.
Mereka berbincang santai, saya juga jadi santai. Tidak tegang.

"Lo kayaknya orang lama yah?"

"Iyah Bang, udah enam kali."

"Buset Lo, enak sih yah."

"Hahaha,"

Sekilas obrolan yang tidak sengaja saya dengar sambil mengelap piring.
Usai makan dan membayar, mereka pamit. Bapak yang tidak berseragam keduanya mengucap terimakasih. Sementara yang tujuh lain masih malu dan canggung, ada juga yang sibuk dengan pergelangan tangannya, ada juga yang berjalan dengan kesusahan. Berjinjit.
Akhirnya saya yang berinisiatif bilang,

"Terimakasih kembali,"

Sambil senyum pada semua.
Mereka beriring keluar pintu menuju mobil pribadi milik salah seorang yang tidak berseragam. Saya tahu karena yang tidak berseragam itu langganan ayah, Pak Asep namanya.
Mata saya tak lepas dari punggung ke-tujuh Mas-Mas berseragam, bukan saya naksir. Saya masih terperangah...

Tahanan Polresta Teluk Betung Selatan

Tulisannya seperti melambai-lambai dari punggung mereka.

***

"Kira-kira kasus apa tuh Mba?" Salah seorang pelanggan saya yang lain bertanya,
"Kurang tau, Mas." Saya menutup obrolan lalu menyibukkan diri membungkus nasi.

***

Jangan, jangan pernah nanya ke orang tentang musibah "kasus" yang kebetulan sedang melanda mereka kecuali kalau memng mereka yang mau cerita sendiri. Kita, terutama saya, punya kesempatan kemungkinan yang sama besar suatu waktu bisa berada di posisi itu. Kebetulan saja sekarang sedang giliran mereka. Belum kita.
Mencibir orang tidak lantas membuat kita lebih terpuji. Merendahkan orang tidak lantas membuat kita lebih tinggi.

***

Ditengah hiruk-pikuk bumi, masih terselip polisi-polisi yang baik hati tidak semena-mena. Masih ada.

***

Pernah liat narapidana ditraktir polisi? :)
Bandar Lampung,

1 Juli 2015
Masih tersepona eh terpesona,