Saturday, 29 August 2015

Aaaah, akhirnya tiba juga waktu ini. Waktu dimana saya harus secara resmi membubarkan AIWA. Agak sedih gimana gitu, tapi juga senang...akhirnya "menjanda" dan bisa cari yang baru *uhuk*.

AWAL AIWA


Aciel's Infinity Wife Association, adalah perkumpulan penggemar Kang Asril Tanjung, yang akrab disapa Kang Aciel. Anggotanya menyebut diri sebagai Lovacil berharap dapat bagian cinta yang sama rata dari Kang Aciel. Halaaah. Pembatasan jumlah anggota (hanya boleh 4 orang!) Tidak menyurutkan peminat cewek-cewek di salah satu UKM di salah satu Universitas Negeri di Bandung untuk berebut mendaftar jadi pendamping Kang Aciel. Terutama para MARU. Tapi, yang berhasil duduk di singgahsana itu hanya saya dan Yuval. Yang lain mana? Mungkin mereka lelah.

Siapakah Asril Tanjung?

Lah siapa yah? Hahhahaha. Asril Tanjung pernah menjabat sebagai Wakil Ketua HIPMI PT UPI di angkatan 3. Padahal Ketuanya, Kang Arief Juliyaman itu jauh lebih *ehem* lah tapi Kang Aciel ini memang pada jagoan lah Fansnya, penuh inisiatif, biar gak itusiatif. Wkwk sampai bikin kaos Lovacil juga yang langsung diproduksi oleh Lini Usaha Kang Aciel pada saat itu, Sevaciel (bukan Sella love Aciel loh bukan :')). Jurusan Management UPI angkatan eeeeuuuuhm berapa yah jangan disebutlah. Tua banget. Keturunan Minang juga loh dan kalau mau pesen Rendang boleh ke Kang Aciel!!! (Y) mau kenal? sila ke  facebook.com/acilow.arasyid atau follow instagramnya di @asrilou atau kalau kamu berani untuk masuk ke bagian jalan hidupnya cobaaaaa aja nge-phat Asril Tanjung Arasyid eh twitter juga loh cari ajalah heu.

Kenapa Bubar?

Karena para Lovacil sudah not-available euy :( dan tidak memungkinkan untuk Polyandri *eh*. Selain itu sekarang udah pada gak sesantai dulu. Saya sama Yuval udah sibuk ngurus bayi. Sudah mengurangi gombal-gombalan. Bisi pasangan masing-masing sakit hati.

Jadi...

Hari ini, saya mau bikin Proklamasi. Mewakili Yuval juga. Biar bebas. Haha.

PROKLAMASI
Dengan ini, kami, para Lovacil. Menyatakan bahwa AIWA telah dibubarkan. Perihal yang lain-lain akan diobrolkan sesantai-santainya.

Bumi, 29 Agustus 2015


TTD,

Tinkersell as Founder

*kalau Kang Aciel udah ketemu 1 jodohnya kita tetap santai, masih ada 3 tempat. :):):):)

Thursday, 20 August 2015


Teruntuk sesuatu yang terlalu lama lekat pada hati tiada tersekat. Membiasakan hidup normal seperti sebelum saling mengenal, walau terlampau jauh sudah memasuki tahun ke-empat.Partikel kecil yang terkukung pada sebuah zat, meronta mencoba mencari maknamu dari berbagai mahzab. Segumpal darah yang memadat, pada akhirnya hanya mampu pasrah mengenai kedudukanmu sebagai sahabat. Harapan, impian, angan atau apapun itu, sejatinya mesti perlahan dilumat seiring dengan datangnya undangan berupa surat. Kabar yang membuat kerongkongan serat, lusa kau akan ber-akad.



-Peri Tinkersell lagi keranjingan tempe, 20 agustus2015-
"Kopi, harum namanya. Seperti Kartini."

Ucapmu pada suatu pagi di beranda rumah kita. Yang memang sengaja dibangun menghadap timur. Untuk bisa dipakai mandi cahaya sebelum mandi air.

Kemuning mulai mekar berlomba dengan hati. Bunglon pada batang sukun turut menguping obrolan kita meski sudah kupelototi.

"Kar, Kau tahu kalau mata bunglon bisa melihat berlawan arah?"

Tanyamu menengahi pertempuran mata antara aku dan bunglon.

"Maksudmu?"

Aku lantas melirik ke arahmu, ada jeda antara tanya dan jawab, tersebab kopi --yang mulai kehilangan panasnya akibat embun-- yang kau teguk.

"Iya, dua mata bunglon berada pada satu kepala tetapi arah pandang keduanya tidak selalu searah. Bisa berlawanan."

"Oh yah? Aku belum memperhatikan sejauh itu."

"Kar,"

"Apa?"

"Tidakkah kita bisa belajar dari bunglon,"

"Maksudmu?"

Aku kembali bertanya, lalu kembali ada jeda antara tanya dan jawab. Kali ini dipelopori oleh tarik-hembus nafasmu yang mengeluarkan uap-uap hangat.

"Kita, berada pada satu tubuh. Rumah tangga. Namun, sangat memungkinkan bagi kita untuk berbeda sudut serta cara pandang dalam menghadapi persoalan di sekitar "kepala" ini dan itu tidak berarti kita lantas tergesa mengucap kata pisah tiap ada masalah."

Aku terhenyak, kurasa kau tahu makna diamku kali itu. Tidak menampik.

Kau minta tambah kopi. Kutuang isi bejana ke cangkirmu. Menambahkan dua blok gula serta satu oz krimer. Terlalu manis bagiku yang hanya suka kopi hitam tanpa tambahan apapun. Rasa murni, pekat sekaligus jernih.

"Tidak terlalu manis?" Aku melihat raut wajahmu yang malah menyungging senyum.

"Tidak. Karena aku tahu ada yang lebih manis dari ini." Tuturmu.

"Apa?"

Kau lantas masuk ke dalam, menuju kamar. Dengan tergesa kau kembali menuju beranda rumah kita.

"Ini!!!"

Aku tersenyum simpul, kemudian tercengir kuda. Kopi hitam tanpa gulaku pun jadi terasa dipenuhi gula.

Source: Google



Bumi W,



Agustus 20, 2015

Wednesday, 12 August 2015

Monday, 3 August 2015

Banyak hal yang bisa meyakitkan
Misalnya rindu yang ditahan-tahan
Coba cari pelarian,
Menampikkan kenyataan
Berlarian di sisi jalan
Diteman bisik daun riang
Menuju kamu yang menjelma laut
Aku bilang kepadamu;
Awan sudah tidak mampu menahan uap
Kamu lekas menjawab;
Biarlah kalau memang begitu
Biarkan hujan
Bandar Lampung,
All day all night
© 2016 Peri Tinkersell

Friday, 31 July 2015

Belakangan ini, saya sedang merasa handphone terlalu berat. Tapi sangat ingin juga denger-denger lagu. Nah tercetuslah untuk mendengar streaming di Soundcloud saja. Haha.

Enggak tau, kayaknya ini rasa punya siapa *halaaah* bener-bener nyantol ke Bandung. Lah sebagian besar band (indie, tentunya) yang saya suka kok asalnya dari Bandung. Padahal gak rencana, persis jatuh cinta, gak ada rencana :3

Mocca, adalah band Indonesia yang "saya banget" swing jazz atau apalah itu istilah musicnya, pertama yang saya suka. Ini tak terlepas dari peran Maudy Ayunda pada film "Untuk Rena" -yang dimana- sountracknya itu lagu Mocca. Juga lagu "I Remember", duh cinta banget. Tapi ya gitu sih, lagunya kebanyakan berlirik english, padahal saya mah paling rada gimana gitu sama english. Namun sekarang gak terlalu khawatir, udah ada Ical. Dia siap translate kapanpun, kayak kamus online tapi yah gitu, mesti bayar.

Sarasvati, saya tau dari Angga. Karena novelnya duluan sih, memang rada-rada serem. Apalagi kami pas itu masih jadi mahasiswa baru unyu-unyu. Sampai ngebet pengen nonton live, tapi alhamdulillah, belum kesampean.

Pidi Baiq dan The Panas Dalam taunya dari Agi, yang memang suka buku-dan kayaknya nyewa kamar kost hanya untuk naro buku- (karena surayah pidibaiq juga seorang penulis, maklum gak ada kerjaan ;)) lagu pertama yang dikasih liat ke saya itu "Rintihan Kuntilanak" berhubung masih heboh bahas sarasvati dulu itu jadi makin seneng yang horor-horor, tapi jujur, saya sih lebih seneng honor. Semenjak Ayah Pidi -yang- Baiq ngeluarin novel terbarunya "Dilan, Dia Dilanku 1990" dan "Dilan, Dia Dilanku 1991" jadi aja saya makin cinta, sama Dilannya :) juga lagu voor Dilan dan voor Dilan #2. Gemes.

Banda Naera nah pas kepo-kepo ke following surayah lalu kepo ke followingnya following surayah, saya menemukan mereka! Duo yang pengennya disebut band. Tadinya saya kira mereka dari jakarta (liat info soundcloudnya) eh pas search lagi ternyata alumni Unpar. Menurut saya, literasi mereka yang kaya ini bolehlah disetarakan dengan Payung Teduh.

Tigapagi sempat dengar dinobatkan sebagai Band indie terbaik versi majalah rolling stone indonesia, lagunya seru. Melodinya rada nyunda. Tema lagunya juga asyik abis, cinta-cintaan, tapi cinta pada negara sih.

Salah satu hal yang saya idamkan, mereka gak masuk tipi. Rasanya jelas jadi beda, entah, jadi gak asik lagi. Jadi asing. Mungkin.

***

Pertemuan saya dengan lagu-lagu serta penyanyi diatas sungguh tak terencana. Senang ke mereka juga, mengalir saja. Sama kayak ke Bandung. Sama kayak ke kamu. Insyaallah lekas bersua.

"Jika awan sudah terlalu berat dan tak mampu menampung uap. Biarlah, biarlah hujan. Air bercumbu dengan tanah, daun, genting serta ranting juga yang lainnya. Biarlah, biarlah kita bertemu." -Petrikor, Sella-

***

Sudah ah, ini nulis sambil ngantuk. Dan playlist private di soundcloud saya sedang ada Banda Naera...

" Rumah kosong
Sudah lama ingin dihuni
Adalah teman bicara; Siapa saja atau apa
Jendela, kursi
Atau bunga di meja
Sunyi, menyayat seperti belati
Meminta darah yang mengalir dari mimpi." -Musikalisasi Puisi Rindu, Subagio Sastrowardoyo-

*tau-tau kepikiran, itu Bapaknya Dian Sastro bukan, yah?*

Bandar Lampung,
2 Agustus 2015
Mulai ngantuk.


gambar; sourch google.

Sunday, 19 July 2015

Saya baru saja membaca kabar gembira tentang pelajar Indonesia yang meraih medali pada International Biology Olympiad 2015. Alhamdulillah, masih ada yang bisa kasih berita bahagia di tengah gonjang-ganjing negeri ini.

Tapi, kemudian saya jadi kepikiran. Yah, tentang nasib pemuda-pemudi Indonesia yang lainnya. Maaf, kali ini saya gak lagi mikirin nasib para Jomblo, untuk hal itu mah kalian banyak-banyak dzikir ajalah kalau mau lekas ketemu jodoh. Ini saya lagi kepikiran, kan mereka yang menang olimpiade ini pada dapet beasiswa sampe S3 juga kalau meraih medali Emas. Setelah saya kepo, diantara empat orang itu ada juga yang anak Pejabat di Dirjen Pajak, anak orang berpunyalah. Bukan maksud saya mau bilang ini gak fair namun tentulah wajar kiranya anak dengan segudang fasilitas begitu menang olimpiade International. Nah, anak-anak Indonesia yang gak seberapa pinternya, gak seberapa beruntung perekonomian keluarganya tapi punya potensi besar, gimana nasibnya? Diperparah dengan lokasi domisili di pelosok serta pola pikir lingkungan terutama orang tua yang masih kolot. Banyak diantaranya putus sekolah atau malah tidak mendapatkan akses pendidikan sama sekali.

Berdasarkan data UNICEF tahun ini sebanyak 2,5 juta anak Indonesia tidak dapat menikmati pendidikan lanjutan yakni sebanyak 600 ribu anak usia sekolah dasar (SD) dan 1,9 juta anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP). Untuk daerah desa dan kota perbandingan angka putus sekolahnya 3:1.

Jangankan desa pelosok sono-sono, di sekitar rumah saya saja -yang notabenenya masih kota cukup maju yang ditandai dengan makin menjamurnya pusat perbelanjaan modern serta tempat nongkrong borjuis- masih cukup banyak adek-adek yang putus sekolah.

Selain program kartu-kartuan serta Bidik Misi dari Presiden (Republik Indonesia yah, bukan Kongo), Pemerintah kota kami, Bandar Lampung, yaitu pak Herman HN memang memiliki program Biling (Bina Lingkungan) hingga tingkat SMA, jadi adek-adek bisa mendaftar tanpa tes untuk masuk sekolah negeri mana saja, asal dekat rumahnya dengan radius kilometer tertentu. Namun, sesungguhnya beasiswa belum lah menjadi jawaban memuaskan bagi sebagian khalayak. Selain karena ada beberapa peraturan (seperti mesti miskin banget --atau memiskinkan diri banget-- yah mesti pinter banget, berprestasi banget, menonjol banget, dll banget) hingga cakupan yang bisa menggapai beasiswa cukup terbatas, ada juga orang tua yang bingung serta pernah berkata...

"Iyah sih sekolahnya gratis lah buku, baju, sepatu, tas apanya kan beli pake duit ongkos juga pake duit." -Tetangga,-

Jadi, apakah mode beasiswa yang persyaratannya mesti pake "banget" itu kurang efektif?

Sekali lagi, tergantung kita menggunakan perspektif dan pendekatan apa. Lagian, ini bisa jadi ajang pemacu siswa untuk lebih semangat biar bisa meraih beasiswa. Yah mestilah jadi "Pinter Banget" atau kalau susah untuk itu, jadi lah "Miskin Banget".

Lalu, bagaimana nasib anak yang pas-pasan mau sekolah lanjut tinggi tapi biaya gak cukup sementara gak bisa juga dibilang miskin. Mau lewat jalur adu nilai tapi pas-pasan aja pinternya gak keblenger. Tapi punya bakat terpendam yang belum terasah dengan fasilitas sarana prasarana belajar yang cukup "di-alhamdulillah-in ajah"?

Sabar Dek,

"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (Ar-Ra'd:11)

Allah sih berfirmannya begitu, ah gimana atuh merubah nasib sendiri teh Sel?

Ada cara paling mudahnya, kalau kamu percaya...

Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. ” (Al-Mu'min:60)

Tentu saja, berdoa diiringi usaha, usaha bisa apa saja seperti usaha gorengan juga es shanghai. Belajar juga, bukan cuma di sekolah, belajar bisa di rumah bahkan di jalan. Taati perintah Allah, suatu keharusan. Masa sih udah lah semua hal pas-pasan lah kok ibadah juga mau pas-pasan.

Terlepas dari itu semua, gak kebagian beasiswa juga enggak jadi masalah. Yang jadi masalah mah kalau gak kebagian oksigen serta gak kebagian jodoh *eh*. Kamu, aku dan mereka pasti punya peran tersendiri di Bumi ini, jangan terlalu kepengen kayak orang, empret banget deh itu. Kalau semua orang jadi juara olimpiade, terus siapa yang nyapu jalan? Yang ngangkutin sampah dari kompleks ke TPA? Yang ngegali kubur? Nah loh, bingungkan.

Jangan pula, nanya-nanya ke Pak Jokowi tentang nasibmu itu, Ndok, Nang. Kasian sama si Bapak, Beliau itu sama tidur aja tau inget tau enggak. Kelihatan lelah mulu yah.

Yaudahlah, saya juga mau bobo sore duyu, Dah.




Bandar Lampung,
19 juli 2015




Source: www.lensaindonesia.com/2013/07/27/ribuan-anak-sumatera-selatan-putus-sekolah.html

Saturday, 18 July 2015

Saya, sebagai praktisi Jomblo aktif semenjak 2013 yah memang sih masih suka kesengsem sama anak ngaji, walau tampangnya biasa saja gak semanis Abang Shaheer Sheekh -yang tingkat kemanisan dan gurihnya setara dengan Martabak Bangka Acun yang di Yos Sudarso itu, rasa Keju seloyang mapuluh rebu- tapi pesonanya itu loh.

"Cinta adalah mubah, merasakannya adalah fitrah, cinta bisa menghantarkan kita ke surga, bisa juga menjerumuskan kita pada neraka. Menyikapinya adalah pilihan kita." -Nurul, mini seri Bicara Cinta, dengan perubahan sesukanya-

Nah ini, sebagian besar pemuda-pemudi Indonesia yang tidak menjunjung tinggi sila ke-5; Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Masih beranggapan bahwa Melajang a.k.a Menjomblo adalah pilihan bagi orang-orang yang tak punya pilihan. Mereka yang berganda campuran (pacaran.red) acapkali nyinyir dan menganggap para Tunggal Pria/Wanita ini sebagai kasta kelas bawah. Kadang yah gitu, ada yang depresi akhirnya membanting stir jadi Ganda Putra/Putri. Itu bagi yang udah desperate banget.

Terus ini si Sella maksudnya mau bahas apaan sih?

Heum, begini eeeemh anu gimana yah. Saya juga sudah cukup merasa punya beban kalau ditanya-tanya sama tetua di keluarga :')

Tapi yah alhamdulillah, beberapa kali ada yang datang hingga ke rumah -menandakan kalau saya "laku" dan normal-tapi gak cocok sama orang tua. Ada juga yang datang dari daftar kawan lama tapi cuma sampai pada tahap "mentag" atau yang lebih giyung gitu yah menjanjian ngelamar setelah beres kuliah atau ini itu. Bikin hati gonjang-ganjing banget deh. Mbok yah kalau belum siap nanti-nanti dulu lah.

Jadi maksud saya gini loh, dalam masa-masa "bertapa" ini pasti ada saja godaan syaitonirrojim baik dari kalangan Jin atau Manusia :) Betapa kita harus sangat-sangat paham betul alasan untuk menjomblo (yang sebenernya saya lebih suka kata "lajang" tapi kurang fami-liar) niat dan tekad harus kuat. Bagi yang cewek, masa penantian ini bisa jadi masa pengembangan diri, pelajari segala hal yang bisa jadi ilmunya nanti malah akan membantumu dalam mengarungi bahtera. Buat cowok, masa-masa ini alangkah elok untuk kamu belajar dan belajar terus, bukan hanya menjadi imam shalat yang baik tapi juga jadi "presiden" untuk keluarga kecilmu, paling tidak. Bisa menciptakan GBHN sendiri. Ngerti GBHN, kan?

Memilih jadi jomblo pada waktu dan situasi yang belum memungkinkan untuk menikah adalah Jihad.

Rasulullah saw bersabda : “Jihad yang paling utama adalah jihad seseorang melawan hawa nafsunya” Hadits ini dishahihkan oleh Nashiruddin al-Bani dalam Shahihul Jami’ (1099).

Berganda campuran tanpa ikatan yang terdaftar di KUA adalah hawa nafsu. Memeranginya adalah kewajiban! Memeranginya adalah Jihad! Apalagi berganda putra/putri :(

Susah memang, melihat mereka bergandeng tangan cengengesan. Tapi percayalah, ada saatnya kita merasakan itu. Deg-degan dan kesengsem yang halal tanpa takut digrebek satpol PP. Ada saatnya.

Photo: Biar lajang tetap senang, koleksi pribadi.

Bandar Lampung,
18 Juli 2015
Lebaran ke-22 dalam keadaan lajang.

Friday, 17 July 2015

Pertama-tama, saya mau salam-salam sekarang, biar kayak di radio...
Asslamualaikum,Val? Vi?

Untuk Yuval, mungkin sudah biasa digangguin dan menahan sakit mata untuk membaca-baca tulisan serta curhat saya yang kalau dibukukan pastilah melebihi enam ribu enam ratus ayat, muqodimmahnya. Tapi gapapa yah Val, ini semata-mata biar kamu gak merasa sedih sendiri, masih ada orang yang lebih sedih, yaitu saya.

Untuk Vivi, semoga baik yah. Maaf, karena saya ini pernah beberapa kali mengarang cerita bebas, tapi sungguh, sebagian besar diantaranya kisah nyata. Kalau ada bagian yang bohong, sungguh itu hanya salah satu fase kebodohan dimasa lampau. Maaf yah Vi? Maafin kan? Biar cepet ketemu jodoh :)

***

Saya, alhamdulillah tidak terlahir sebagai orang lain, melainkan terlahir sebagai Sella Selvana. Yang banyak salah serta lalainya untuk kemudian masih disayang Allah dengan dipertemukan pada kalian, salah dua dari banyak sekali pembuka jalan. Untuk saya biar dapat cahaya. Beberapa orang percaya,
"Temanmu menunjukkan siapa dirimu, seperti berteman dengan penjual minyak wangi maka kau jadi wangi, berteman dengan pandai besi maka niscaya kena cipratan apinya juga." -Dari berbagai sumber-
Ini, cuma mau bilang, mengapa makin kesini saya makin percaya itu. Yuval mungkin sudah tahu lebih dulu tentang saya yang jadinya malah masuk LPGTK serta mengasuh anak-anak. Dan juga, mulai menekuni dunia rajut. Ternyata asyik yah, Vi? Terimakasih loh sudah secara langsung memperkenalkannya walau saat kita bersama eh saya malah belum jatuh cinta, kalau sekarang mah, nunggu antrian di kasir aja saya pasti megangin hakpen dan benang, jika memungkinkan. Walau memang, hasilnya belum serapih dan sebagus punya Vivi.

Saya, mungkin bukan penjual minyak wangi, tapi saya juga gak mau jadi pandai besi. Biarlah saya tetap jadi pedagang nasi. Saya ingin mempersembahkan yang terbaik untuk kalian, salah dua diantara guru-guru kehidupan saya. Terimaksih loh yah, sekali lagi dan untuk berkali-kali selanjutnya. :)
Allah, memang perencana yang baik, mungkin kalau saya tetap di sana malahan saya gak jadi guru TK dan Perajut. Lucu, gak?

Tapi ini maaf loh kalau kalian gak nganggep saya, walau begitu seandainya suatu saat saya dapat penghargaan -paling tidak dari suami kalau memang dari presiden agak susah- nama kalian pastilah masuk daftar teratas sebab musabab kemampuan saya dalam hal ke-putri-an begini.

Saya, Yuval dan Vivi 

Sampai kapanpun, jasa kalian insyaallah melekat pada sanubari saya, setara dengan kedudukan pahlawan Indonesia di hati saya. Ciyus loh.
Saya, masih yang dulu, masih suka mengarang dan menggombal tapi pada penempatan yang semestinya, insyaallah. Saling doain biar istiqomah yah!
Selamat lebaran! Dan semakin Lebar-an, hati dan pemikirannya :D

Bandar Lampung,
17 Juli 2015

© 2016 Peri Tinkersell
Dua tahunan lalu kita mulai akrab untuk kemudian malah jadi lebih jauh karena memang salah saya. Saya cukup kurang ajar dan tidak tahu diri saat itu, hingga kamu rugi dan mungkin baiknya saya dijebloskan saja.
Saya, tentu ingat betul. Merengek minta tolong ke kamu yang kemudian jadi induk semang untuk saya beberapa hari. Terimakasih sekali dan berkali-kali yah :) Madu.

Saya tahu, sangat tidak pantas lagi untuk saya belaga berakrab-ria ke kamu. Toh siapa saya?
Kalau dilihat-lihat lagi, Hani. Tolong maafkan saya. Paling tidak, tolong jangan untuk selamanya menjadikan saya asing. Saya senang berteman ke kamu walau kamu tidak.

Hani, Allah selalu punya rencana yang baik, toh?

Boleh jadi, kedatangan saya pada waktu itu -yang manismanismanja ke kamu- dan kembali menarik kamu ke Hipmi untuk kemudian kamu jadi dekat dengan Hadi.
Hani, waktu saya merugikan kamu. Memang saya tidak berfikir panjang, saya juga tidak kefikiran sampai barusan saya sadar. Ini hikmah dibalik itu. Kamu jadi makin dekat dan akrab sama Hadi kan? Malah makin dekat sekarang, semoga sampai halal dan selamanya bareng. Aamiin.

Lihat hani, tolong lihat lagi. Selalu ada hal manis dibalik kegetiran. Ada daging lembut seperti mentega dibalik kulit duren yang tajam.

Hani, kalau kamu ke Hadi terus jadi nikah, itu saya gak ada untung atau ruginya, sekarang. Gak tau kalau nanti. Sama kayak kamu yang merasa rugi karena kehadiran saya waktu dulu. Tapi, kalau saja kamu mau sedikit rendah hati, kamu beruntungkan jadi ketemu Hadi? Yang insyaallah jadi jodoh kamu.
Hani, saya, sella selvana. Minta tolong ke kamu untuk memaafkan saya. Minimal senyumlah ke saya kalau ketemu. Saya sangat malu soalnya kalau mau nyapa kamu duluan. Tapi, saya boleh kan turut senang? Sedikit jumawa, kamu dipertemukan Hadi oleh Allah justru lewat kelalaian saya.

Bandar Lampung,

17 juli 2015

Monday, 13 July 2015

Sebentar lagi tanggal 18, ini bukannya saya ngarepin si lebaran tapi hujan yang turun sejak pagi menggiring saya untuk buka-buka facebook kamu. Saya masih ingat betul saat itu bulan April yang sering hujan walau tidak se-istiqomah bulan Juni. Yang dimana pada bulan Mei depannya saya di jemput oleh Ibu dan Mama juga Dek Bayu.

"Bagaimana bisa kamu bilang cinta ke aku dan mesti dipercaya padahal bahkan kamu gak cinta sama orang tua serta diri kamu sendiri." - P, Sang Bulan -
Kamu mungkin gak tau kalau hari ini saya kebagian tugas urus konsumsi kering lebaran, berhubung saya agak banyak kerjaan jadi bikin simple aja, Tumb Tart. Cuma modal jempol yang lebar. Pas udah jadi, saya heran.

TART-nya MASAM

Sudah pasti, penyebabnya bukan karena nanas, strawberry, blueberry apalagi lidah. Ini sebabnya hati. Kamfret memang :v
Saya rindu ke kamu, kayak pungguk ke bulan. Kamu, mungkin juga belum tahu. Kisah pungguk yang sering dijadikan simbol kerinduan itu.

***

Dongeng Pungguk Merindu Bulan
Pungguk adalah sejenis burung hantu, dulunya dia adalah seorang Pangeran Bintang. Bersama kekasihnya, Putri Bulan, seringkali Ia melihat lihat ke Bumi, dari Langit. Suatu hari, Pungguk melihat benda seperti permata di bumi.
"Bulan, permata itu sangat indah. Aku akan mengambilkannya untukmu,"
"Tidak usah, bagiku, kamulah permata paling terang kilaunya dibanding apapun."
Ternyata, Pangeran Bintang tidak menggrubis ucapan Putri Bulan. Ia meminta jimat pada Dewa Matahari untuk bisa pergi ke Bumi dan menyamar menjadi Pungguk agar leluasa terbang di malam hari demi menemukan permata berkilau itu. 
Ternyata, itu hanya cermin!
Yah, cermin biasa yang justru karena sinarnya-lah menjadi berkilau. Pangeran Bintang yang sedih ingin kembali pulang ke langit. Tapi tidak bisa.
Ternyata, jimatnya jatuh dan hilang!
Ia tidak bisa berubah menjadi bintang lagi. Ia tidak bisa kembali ke langit lagi. Karena itu, Pungguk senang bertengger di malam hari pada ranting pohon. Di bawah sinar Bulan. Di bawah sinar kekasihnya.

***

Itu hanya dongeng karangan saya, saya yang sedang rindu kamu. Tapi saya tidak punya kuasa untuk saat ini, mengubah diri kembali jadi Bintang untuk kemudian terbang ke Langit, nemuin kamu, Bulan.
Tapi, rasanya walaupun saya bisa begitu -berubah jadi bintang lagi- kamu tetap gak akan mau ketemu saya lagi, saya yang bagimu sama seperti kertas mulus diremes-remes. Lecek. Gak bisa balik lagi. Tapi, rasanya, masam.

"Ada yang tak sempat tergambarkan oleh kata ketika kita berdua. Hanya aku yang bisa bertanya mungkinkah kau tau jawabnya. Malam jadi saksinya, kita berdua diantara kata yang terucap. Berharap waktu kan datang membawa keberanian, untuk kita temukan jawabnya..." - Berdua Saja, Payung Teduh -
Kali ini saya gak mau nyalahin Erlin yang sering liat kamu di fakultas, itu cuma sekedar bunyi "tik" pada pematik kompor gas, seandainya gak ada "gas" susah move on, yah api rindu pasti gak nyala. Setelah kamu, beberapa datang juga pergi. Memang gak banyak, sayakan bukan Raisa yang dengan mudah para pria mengajak ngopi. Buat ngemodus. Tapi, tetap masih ada yang begitu membekas. Yang dimana banyak saya memberi juga menerima. Kamu.

"Rindu ini, penyebab masalahnya kamu. Tapi, aku yang mesti nanggung." -Pidi Baiq-

Bandar Lampung,
JULI lupa tanggalan
© 2016 Peri Tinkersell

Sunday, 12 July 2015

"Gak ada Warna pink Bu? Iyah atuh pake, biar tanda (anak) cewek." -FYS, not FYI, Ibunda Nak Raiya-

Sedikit kutipan dari salah seorang teman dekat yang sangat beruntung sekali mendapat tawaran dari saya untuk dibuatkan bando rajut, buat putrinya -yang sering dibilang ganteng bahkan Dek Bayu mengira itu photo Dedek Cowok saat dia mengintip layar handphone saya- yang sebentar lagi genap setahun! Yeay! Itung-itung sebagai kado, kecil? Wuaaah maaf mau mendebat dan bukan bermaksud sooombong yeh :p Ibu kira ini justru salah satu kado "terbesar dan termahal", Nak :')

The Reasons...
Mengapa ini termasuk kado mahal yah, Bu Sella?
Ini mari kita lihat dari "Nilai" bukan "Nominal"-nya semata, Nak.
Bandar Lampung yang berslogan Tapis Berseri ini, merupakan kota pinggir pantai yang eksotis sekaligus gerah, wajar kiranya banyak yang menganut paham "Senggol Bacok". Untuk itu, adalah hal sulit tingkat Kera Sakti bagi saya yang mulai menekuni hobi merajut untuk mendapatkan benang, jangankan yang Woll, Bamboo, atau Aklirik. Untuk dapat Polyster saja mesti keliling kota, pun warna yang ditawarkan terbatas dengan harga yang sedikit Subhanallah. Karena gerah itu tadi, disini jarang memanfaatkan hasil rajutan, cukup jarang.

Setelah saya bertanya pada fitri -yang punya banyak benang- dimana asal muasal kesemua benang rajutan itu, saya segera mendapat pencerahan:

BELI ONLINE !!!

Yaelah kok gak kepikiran sih, padahal saya juga ngumpulin peralatan kueh dari online, di Bandung, kiblat jajanan Nusantar versi saya.
© 2016 Peri Tinkersell
Maka terfikirlah kota Bogor yang identik dengan hujan juga perkebunan teh serta puncak yang dingin. Pasti banyak yang jual alat serta perlengkapan merajut, pun saya menemukan toko online yang insyaallah recomend :D 

Begitulah dari Bogor-Lampung-Bandung, itu gak murah, Nak :)
Kemudian, ini adalah skill tersembunyi punya Ibu, kamu akan jadi bayi pertama yang menggunakan hasil karya desainer wanna be ini, Nak.


Dan, tentang warna pink...
Mengapa
pink identik dengan feminisme?
Ilmuwan asal
University of Newcastle dalam jurnal Current Biology memaparkan sebab musabab ilmiahnya.
Dipimpin oleh Dr. Anya Hurlbert, tim ini melakukan ujicoba pada 200 lelaki dan perempuan berusia 20-an. Mayoritas perempuannya menjawab bahwa mereka suka warna paduan biru dan merah , tapi benci warna hijau dan kuning . Mereka terdiri dari dua jenis ras berbeda, Inggris dan China. Ternyata selera warna tidak dipengaruhi oleh budaya etnis, melainkan faktor biologi.
Wanita cenderung memilih buah matang, kenapa?

“Evolusi menyebabkan perempuan menyukai warna kemerahan. Mereka cenderung memilih buah warna merah , wajah kemerahan. Budaya juga memberi andil di dalamnya,” ujar Dr. Hurlbert.

Sedangkan lelaki cenderung suka warna biru sebab memang tugas mereka sejak lama adalah mencari sumber air bagi keluarga atau sukunya. Warna biru identik dengan sumber air yang baik, bisa dikonsumsi. Mereka juga menganggap bahwa langit biru cerah adalah pertanda cuaca yang bagus untuk berburu.
Studi ini memicu Yazhu Ling, rekan Hulbert, untuk mengadakan riset lanjutan. Ia akan melakukan studi pada anak-anak dan menginvestigasi hubungan antara pilihan warna dan tingkat depresi mereka.

Sekilas tentang sejarah warna Pink
Pink adalah warna merah pucat, penggunaan kata untuk warna pink pertama kali tercatat pada akhir abad ke-17 yang menggambarkan bunga-bunga merah muda, tanaman berbunga dalam genus Dianthus. Roseus adalah kata Latin yang berarti “rosy”(warna merah) atau “pink”(merah muda). Lucretius menggunakan kata untuk menggambarkan fajar dalam puisi epik On The Nature of Things (De Rerum Natura) . Kata roseus/pink ini juga digunakan dalam nama binomial dari beberapa spesies, seperti Rosy Starling (Sturnus roseus = sejenis burung) dan Catharanthus roseus (sejenis bunga).
*Dikutip dari sini.

***

Saya kira, ini hanya tentang budaya yang sudah kadung melekat pada masyarakat Indonesia, secara umum. Toh Dek Bayu -yang memang terkenal beda sendiri dari kawan seusianya- begitu suka berbagai hal yang berasa Strawberri juga bernuansa Merah-Pink, saya tidak melarang. Paling Ibu saya yang berang.

© 2016 Peri Tinkersell
Kembali lagi pada Nak Raiya, yang sebaiknya memang jangan pakai kaos bergambar dinosaurus lagi. Dan rambutnya dipanjangin saja, dikasih kemiri bakar serta lidah buaya yang sudah disihir jadi taneman. Terpenting, frekuensi sapaan "Cantik" mesti lebih ditingkatkan yah Bu FYS :p

Jadi, saya rela sih begadang tiap malem juga demi merajut bando-bando dengan nuansa pink, bagi Nak Raiya. Biar makin feminim dimata orang Indonesia, tentunya. Kalau memang mesti begitu.
Tapi Nak, Ibu ngerjainnya sambil diselingi hal lain yah? Soalnya, sebagai manusia biasa yang berhati malaikat, Ibu juga butuh minum, makan serta tidur setelah shalat. Serta nyari uang, sesekali. Oh yah, dan perlu banget juga untuk MANDI !!! Biar seger, termasuk otak juga. Biar lekas ketemu jodoh juga, bantu doa yah nak, biar kamu lekas nambah saudara juga.

Bandar Lampung,
12 Juli 2015

Sumber foto:
-Ragam pose Nak Raiya dalam balutan feminis.
-Perlengkapan merajut (koleksi pribadi).

Tuesday, 7 July 2015

Hampir semua jomblo di Bumi ini kalau ditanya tentang jodoh pasti mengambil jawaban simple nan klasik,

"Ah, jodoh itu di Tangan Tuhan."

Hingga 2014 akhir, saya masih ikut-ikutan meyakini itu, sudah semacam memberhalakan saja.

Selepasnya, mengapa saya mengubah pandangan?
Ini semata-mata karena saya berpindah posisi -- dari lajang yang suka baper kalau ada temen nikah, menjadi lajang yang mendedikasikan diri sebagai Daraluar(bia)sa -- maka berubah pula sudut pandang.

Dan tadi malam saya sms-an sama Dara (bukan nama sebenarnya) yang sudah bukan Dara (gadis) lagi karena sudah punya putri.

Dia hanya beda 53 mingguan usianya dari saya, Dara lebih tua, tentu saja.

Saya dan Dara banyak samanya: mengenyam pendidikan di LPGTK dan UPI, bergolongan darah A, lahir pada bulan Agustus, kebagian di divisi PR pada UKM yang sama, pandai ngegombal bahkan ngegombalin orang yang sama pas dulu sampai punya kaos couple motivasi gitu, suka menulis artikel (kalau dia penting, saya mah gak) dan ini yang paling nyata...sama-sama MANIS!!!

Selain itu semua, ada yang paling krusial; sama-sama pernah tidak nurut menurut orangtua dan hubungan rumah tangga tergantung titah orangtua.

Tahun lalu saya masih "to enthusiast" ke Kak Beruang -- yang sebenarnya gak banyak uang -- tapi semua yang sudah kadung berjalan jadi urung, tebak kenapa?

ORANGTUA GAK SREG

Dalam bahasa nasional artinya beliau berdua gak suka, selain karena masih begitu memegang teguh streotip kesukuan, juga menurut pandangan orang tua saya, orang yang terlalu religius justru suka mengabaikan keluarga. Dan profesi Bapaknya si ehem yang seorang dosen membuat Ibu saya khawatir dengan harga diri putrinya. Ngerti gak? Khawatir di "bully", di hina. Walau belum tentu, semua hanya spekulasi berdasar emosional bukan logis. Kamu mungkin mau bilang orangtua saya berfikirnya norak?

Ih sama, saya juga sempet mikir gitu tapi walau bagaimanapun saya yakin mereka paling memahami apa yang baik dan tidak untuk saya.
Pun begitu, saya pernah mengutip kisah Dara pada tulisan ini. Orang tua Dara sudah sangat terlanjur sakit hati, maka kemungkinan sangat kecil untuk Dara bisa bersatu lagi dengan (mantan) suaminya.

"Belum sel. Saya hilang kontak juga sama dy. Maunya balikan sebenarnya. Tapi ortu melarang keras." -Dara, Wanita yang tegar-

Saya melihat bulan lalu ex-suami Dara masih memajang photo mereka berdua, dan sekarang memajang photo anaknya sebagai profile.

"Kangen sel, nyesel jga. Tapi gimana lagi, T_T." -Dara, belum genap 23th-

Kamu yang baru saling cemceman atau pacaran aja pasti berasa mau mati yah kalau hilang kontak, macem Amel Carla sama siapa itu namanya yang sekolah di Inggris. Apalagi Dara, udah gak ngerti lagi kangennya kayak apa. Sesuatu yang beda pernah disatukan dalam janji dihadapan Allah dan kini???

Meski mereka masih menginjak tanah yang sama, Pasundan. Masih menghirup udara yang sama, Siliwangi. Tapi, rindu mereka hanya mampu lewat selintas pada beranda jejaring sosial. Hanya memandang tanpa menyentuh, cuma bisa scrolling tanpa chatting.

Kamu, kuat gak nahan rindu yang begitu?

"I'm not complaining 'bout the weather in the sky, it just a vision of the future of a bloody sunday..." - The Downtown Dogz, Cigarretes Nation -

Kutipan lagu itu, kurang lebih mewakili perasaan saya dan juga mungkin Dara.

Kami, gak komplain atas yang telah teralami. Berusaha untuk jalani yang diridhoi orang tua. Merajut hati yang sudah terlanjur merasa perlu tambalan sana-sini.

Kami ini, Bu...
Merasakan jamannya bahwa:


"Ketika jodoh tidak lagi hanya di tangan Tuhan tapi juga mesti tervalidasi lidah orangtua." -Sella, suka mikir yang gimana gitu-

Buat Dara, semoga makin tabah dan tabah setiap harinya, kalau kangen ke si Aa mah peluk putrimu saja karena padanya mengalir pula darah si Aa, mengalir pula cinta dan kasihnya. Kalau memang masih memungkinkan, kelak hati ortuakan terbuka. Jika tidak, pasti ada jodoh yang mampu tervalidasi dengan baik lagi.

Nanti kita makan sate padang bareng lagi!
Buat kamu, sabar aja, Mblo :)


Bandar Lampung,



7 Juli 2015


Sedang...ah sudahlah.

Sumber photo: pribadi.

Monday, 6 July 2015

" Take it easy my friend
Grab the chance while you can
It's time for us to move on
Let the world sing you a song..." - Do What You Wanna Do, Mocca -

Salah seorang penulis legendaris yang dimana salah satu karyanya "The Alchemist" menjadi salah satu buku tak lekang oleh waktu, Paulo Coelho pernah berkata...

"Jika kita benar-benar menginginkan sesuatu maka alam semesta akan berkonspirasi untuk mewujudkannya."

Di sini kuncinya, kata "benar-benar", kamu percaya?

Saya dapat kisah (curcol) dari seorang kenalan. Hah? Kenapa saya sebut kenalan? Bukan kawan? Nah ini, kami "berteman" di salah satu jejaring sosial sudah cukup lama, sejak 2012. Saya bahkan bingung, tidak ingat kapan kami pernah saling meng-add dan konfirmasi pertemanan. Hahaha

Bermula dari dia yang acapkali muncul pada beranda, me-like ataupun komentar status saya lalu saya lihat profilenya ternyata anak UPI juga, maka saya pemasaran eh penasaran maksudnya...

"Kang, punten, kita teh kenal dimana yah? Pernah ketemu?"

Kemudian dia menjelaskan, ternyata oh ternyata dia juga anggota komunitas sosial yang dimana dulu saya menjadi sekretarisnya. Kebetulan dia tidak aktif maka kami tidak kenal.

Ternyata, di sinilah salah satu titik balik saya, soal masa depan saya, maaf yah ini saya bukan lagi bicarain soal jodoh-jodohan. Mungkin jodoh dalam hal "visi dan misi" bukan jodoh yang buat bangun rumah dan tangga. Allah menegur saya melalui dia, Fahri namanya, yang untuk kemudian selanjutnya tidak mau disapa "Kang" karena bukan orang Sunda, maka saya panggil "Kak".

Kak Fahri berasal dari Morotai, kamu tau itu dimana??? Apa bahkan baru dengar namanya seperti Teh Atul yang anak Sejarah tapi bahkan gak sadar kalau Morotai ada dalam peta Indonesia,

" Dari ternate kalo mau ke tempat fahri... Ini jalurnya kalo lewat darat.. dari pelabuhan speedboat ternate.. Nyebrang ke sofifi skitar 45 menit.. Setelah itu naik mobil, disana disebit ''OTO''. Ke tobelo sekitar 6 jam.. Dari tobelo baru nyebrang pake ferri sekitar 5 jam... Udah deh nyampe ke kab.Morotai..." - Kak Fahri, melalui What's App -

Itu mungkin cukup memberi gambaran pada kamu, kalau Ternate mah tau kan yah? Kebangetan gak mah!

Kak Fahri adalah orang terjauh yang saya kenal kuliah di UPI, Bandung, sebenarnya banyak juga yang orang luar kuliah di sana, orang luar negeri yah bukan luar angkasa. Tapi, yang istimewa adalah, dia berasal dari salah banyak pulau terpencil di Indonesia. Juga, dia bukan dari Keturunan Kesultanan Gapi, hanya masyarakat biasa seperti saya.

"Iya sell.. Bisa kuliah juga bukan karena orang mampu.. Tapi dapat beasiswa.. Sama adek fahri juga dapat beasiswa tahfidz.." - Kak Fahri, masih melalui What's App -

Masya Allah, saat itu juga ada yang bergetar di dada, ternyata henpon di kantong yang bergetar *intermezo* :p

Ini, saya serius jadi kayak ditampar bolak-balik entah sama siapa, saya waktu itu lagi malas-malasnya. Dipertemukan dengan orang yang punya semangat luaaaaar biasa, membinasakan kemalasan. Walau baru dipertemukan dalam ruang obrolan.

Kayak lirik lagu Mocca di atas, kamu mesti lakuin apa yang kamu mau, katakan apa yang perlu. Kamu punya cita tinggi dan ingin memajukan daerahmu? Kamu mau kuliah untuk itu? Masih mikir kendala biaya?

Sekali lagi, kalau kamu BENAR-BENAR menginginkan itu, semesta bakal bantu atas perintah Sang Penguasa Alam.

Caranya?

Pernah naksir si dia kan? *ehem*

Untuk dapetin perhatiannya pasti kamu carper.

Nah, ke Allah juga gitu!!!

Ridho Allah itu mesti di jemput, dekati Dia, minta-mintalah yang banyak. Kamu kejar akhirat, dunia kejar kamu.

Jemput "Asam"-mu yang di gunung walau kamu cuma "Ikan" di laut. Bisalah, Kak fahri aja yang dari laut (Morotai) bisa ke gunung (Bandung).

Yah kan? Hehehe.

" Semuanya karena Allah.. Dan jutaan do'a2 dari orang tua dan saudara se aqidah hingga fahri bisa dapat beasiswa ini..."

Kak fahri menutup obrolan karena saat itu mau Ashar, lagi-lagi, semuanya tak luput dari...

Doa Orang Tua.

Jadi sekarang, saya mau makin banyak-banyak ngemis ke Ibu buat bantu utarakan doa. Meng-upik-abu-kan diri bagi Beliau, biar makin Bahagia dan Ridha. Kamu juga, kan?

Oh yah, Ibu saya sudah bulannya mau lahiran, tolong bantu doa yah! :) terimakasih.


Bandar Lampung,

6 Juli 2015

lagi deg-degan nunggu Badai lahir.

Sunday, 5 July 2015

" Somewhere over the rainbow, way up high
There’s a land that I heard of once in a lullaby.
Somewhere over the rainbow, skies are blue
And the dreams that you dare to dream really do come true." -Over The Rainbow, Judy Garland-

Judy Garland dalam The Wizard of Oz Scene

Penyuka film klasik pasti tahu dengan film The Wizard of Oz yang sangat ngehits di era 1930-an, dibintangi oleh Judy Garland yang berperan sebagai Dorothy (sekaligus menyanyikan original soundtrack Over The Rainbow).

Tapi, saya tidak sedang membahas filmnya, saya cuma mau bahas tentang Rainbow/Pelangi-nya dan Masalah masa depan Bangsa kita.
Setelah Negara Adidaya Amerika Serikat mengumumkan pelegalan terhadap pernikahan sejenis medio Juni 2015 lalu, bukan hanya LGBT yang menjadi sorotan, melainkan juga simbol "kebebasan" mereka, RAINBOW FLAG.

Rainbow Flag (sourch: moma.org)

Ini tentu saja memengaruhi saya dalam menyikapi pelangi, secara umum maupun khusus. Kebetulan sekali beberapa hari setelahnya, serial Upin-Ipin membahas tentang warna dan pelangi. Tau? Saya was-was jadinya, mendampingi si Bayu untuk nonton, khawatir dia terpengaruh trend LGBT, secara simbolis, paling tidak.
Konyol gak?

Pun begitu, saya jadi penasaran. Kenapa pelangi dijadikan simbol?

Konon, Adalah Gilbert Baker, seniman asal San Fransisco yang memperkenalkan bendera tersebut pertama kali pada 1978. Penggunaan bendera tersebut diartikan sebagai bentuk kebanggaan dan pergerakan kaum LGTB dalam menunjukkan keberadaan mereka.
Sejumlah tulisan menyebutkan jika Gilbert menciptakan Rainbow Flag karena terinspirasi dari lagu 'Over The Rainbow' milik penyanyi Judy Garland. Judy Garland sendiri dikenal sebagai icon LGTB.

Itu saya kutip dari salah satu portal berita online. Wah! Betapa terkejutnya saya. Lagu "Over The Rainbow" adalah salah satu lagu favorit, bahkan pertama kalinya saya belajar piano, lagu inilah yang saya mainkan, bukan "Ibu Kita Kartini" atau "Indonesia Raya".
Pada suatu titik, saya merasa "hina" sekali. Hingga kamu ninggalin saya dan memilih dia :( #gagalfokus
Kembali pada Rainbow Flag, pelangi dipilih karena menyimbolkan keberagaman. Apapun "warna"nya, manusia tetaplah manusia.

Saya juga ingin meluruskan, barusan dapat sms dari Pak Obama,
"Sel, tolong bantu perjelas yah,"
"Siap, Pak!" Balas saya.

Jadi begini...
Pelegalan yang dimaksud Pemerintah USA adalah soal administratif, seperti urusan surat menyurat, Kartu Keluarga, Buku Nikah serta Akte jika mereka punya anak (entah asuh atau kandung, jangan pusing kenapa pedang dan pedang bisa menghasilkan). Agar ketika mereka "memilih" jalan itu, bukan berarti mereka bisa tidak peduli terhadap "hubungannya", mereka harus bertanggung jawab. Kan sudah diresmikan negara.
Yah bagi mereka sih daripada heteroseksual tapi mencla-mencle ngurus rumah tangga, mending LGBT tapi bertanggung jawab.
Sekali lagi, soal perasaan mah negara gak ngurus, toh sebelum dilegalkan juga mereka bebas saja hilir mudik kencan gitu. Kalau soal perasaan aku, kamu ngurusin gak? *eh*

***

" oke ini ke sekian kali nya orang nanyain tentang ini .oke aku ga akan bawa bawa masalah agama soal ini karena aku tau aku pun belum kompeten buat ngejelasin dari sudut pandang itu. jujur awalnya aku coba buat open minded, nyoba cari pengecualian yang bisa bikin aku setuju sama keputusan 'mereka' itu. tapi aku gagal faham sepertinya. otak aku malah berfikir di dunia ini ga ada bentuk relasi yang lebih indah dibandingin hubungan antara laki laki dan perempuan. gimana laki laki ditakdirkan hadir di dunia untuk menjaga perempuan yang lemah, gimana perempuan ditakdirkan buat jadi kontradiksi laki laki yang lembut, penenang, dll. well we all know that God made Adam and Eve, not Adam and Steve. aku gatau mungkin akan banyak orang berpendapat pemikiran aku kuno dsb, tapi hey, coba ingat lagi, kita hadir di dunia karena adanya hubungan seperti apa." -Erlin, 20th something tapi tampang belasan-

Senada dengan Erlin, saya juga kurang kompeten untuk menjelaskan perihal Halal/Haram-nya, untuk itu kamu yang muslim bisa baca dan tarik simpul sendiri pada kisah Kaum-nya Nabi Luth, oke, saya tahu kebanyakan anak gaul kekinian jarang bawa al-qur'an terjemahan. Seringnya bawa Gadget, untuk itu kamu bisa baca kisah Kaum Luth di sini.

Sebenarnya ini masalah krusial, bukan cuma persoalan kamu pribadi dan cintamu. Ini menyangkut masa depan kita. Malah sempet curiga, jangan-jangan isu ini salah satu upaya untuk menghancurkan, oleh suatu sistem kuat yang tak terlihat.

Saya cuma mau bilang, masihkah ingin Bangsa kita maju? Punya generasi Emas yang membanggakan?

Ada anak-anak yang mesti dilahirkan, toh?

Kamu gak mau jadi bagian dari sejarah pencetak generasi emas?

Gak mau punya keturunan yang mampu membawa perubahan?

Atau gini deh, karena kita semua pasti akan meninggal. Ada tiga amalan yang tidak akan terputus: Doa Anak Sholeh, salah satunya.
Mau ada yang ngedoain?

Sok atuh, nikahnya sama lawan jenis. Kalau kamu cintanya sama sesama yaudah, cinta tak mesti memiliki. Jangan egois. Bangsa ini butuh "bibit"mu biar bisa maju. Kamu mau ngorbanin masa depan Bangsa hanya karena si Dia?

"Kita tidak pernah tahu dari buku mana sebuah ide akan merubah hidup." -Erasmus-
Saya kira sama halnya dengan,

"Kita tidak tahu dari bibit siapa pemimpin masa depan Bangsa ini yang akan membawa perubahan ke arah lebih baik." -Sella, masih muda-

Lagi pula,
Kan, pernah lihat "colokan"?
Kira-kira begitu,
" even a guy's body is only fit for a girl's."
Tutur Erlin, mengakhiri pendapatnya.


Bandar Lampung,
5 Juli 2015

Semangat yah mencetak anak emas, dan bertanggung jawab ! :)
Oh yah ternyata tadi teh yang sms bukan Pak O-bama tapi O-perator, ngasih tau kuota limet. Heuh.

Saturday, 4 July 2015

Seperti yang pernah saya tuliskan sebelumnya, saya ini kuliah sambil main-main nah setelah lompat dari Manajemen Industri Katering (UPI) ke Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (Unila) -yang sama sekali gak ada hubungannya dengan (tekhnik) pembangunan- maka saya berlabuh ke LPGTK Puri Handayani, ini jadi yang terakhir untuk saat ini, mungkin lain kali saya nambah lagi. Ke Madrasah Rumah Tangga, misalnya, sama kamu :)

Alhamdulillah juga dari sebelum beres pun saya sudah dapat tawaran dari Abi Mukmin, Guru ngajinya Bayu. Masjid Darul Muslihin tempat Dek Bayu menimba ilmu agama memiliki dua Taman:

1. Taman Pendidikan Qur'an
2. Taman Kanak-Kanak/Paud

Karena istri Abi Mukmin hendak melahirkan saat itu bulan Oktober 2014 dan tenaga pengajar juga kurang maka tanpa tedeng aling-aling saya langsung ditanyai dan diminta ketersediaannya.

Saya pun meng-insha Allah-i.

Hah iyah, alasan saya memilih masuk LPGTK juga lucu, selucu dengan alasan saya masuk ke dua kampus sebelumnya. Selucu ekspresi photo kamu di profile what's app ...

1. MIK
Karena saya suka masak dan makan, sungguh kalau kamu jadi anak MIK mah tetep bisa bergaya bikin menu ala-ala Resto walau di Kostan.

2. IESP
Ini jurusan pilihan kedua saat SNMPTN 2011 (sekarang SBMPTN), maka tahun 2013 saya menaruhnya pada urutan pertama. Udah gitu doang.

3. TK/PAUD
Saya sudah bosan dengan berbagai intrik dan persoalan ekonomi negara, saya mau senang-senang kayak anak-anak. Kebetulan saya gak TK pas dulu. Jadi sekarang saja sekolah (guru) TK.

Dan Kehidupan (Guru) Anak TK itu...

Satu hal, MENYENANGKAN. Honornya saja sangat-sangat mencengangkan, untuk sebuah TK/PAUD swasta di kota saya bermukim, rata-rata honor gurunya bisalah untuk jajan empal gentong, rendang, soto koya, sate dan pecel tiap hari, dalam bentuk mie instan :')

Yah namanya juga honorer, tergantung jumlah murid dan kemampuan Yayasan.

Padahal (Guru) Anak TK itu...

Adalah pondasi awal pembentuk karakter anak. Selain orang tua di rumah, tentunya. Masa kini, hanya anak yang sudah bisa CaLisTung yang bisa diterima di Sekolah Dasar. Tentu saja, kewajiban guru TK-lah yang mesti mengajarknnya.

Kami juga punya tanggung jawab sosial untuk membentuk akhlakul karimah dan moral baik. Serta memerkenalkan norma-norma yang kadung terbudaya di masyarakat.

Bahkan tahu kah kamu?
Penalaran menerima pengetahuan pada anak usia TK/PAUD itu ada di kisaran 80 persen dan akan terus berkurang hingga hanya 20 persen saja saat beranjak dewasa. Ini bukan cuma tebak-tebakan dari saya, ini sudah diteliti.

Walau Bagaimanapun...

Tidak ada tuntutan yang berarti, toh sejauh yang saya tahu, para guru TK/PAUD ini mengajar bukan untuk uang, malah rata-rata kelebihan uang, --tapi saya sih belum. Kalau mau transfer boleh loh nanti dikasih nomer Rekening--. Melainkan hasrat, panggilan jiwa. Kalau mereka ingin uang, sudah barang tentu lebih menguntungkan jualan uduk, sama-sama cuma kerja pagi. Dan dagang uduk juga tidak punya beban sosial. Yang penting orang kenyang karena sudah sarapan.

Jadi...

Kalau kamu sudah gede, Dek. Coba sesekai inget dan kangen sama guru pertamamu itu. Jangan cuma sama gebetan doang kangennya.

Dikangenin itu sudah lebih dari cukup, gimana tidak? Ragamu di sana tapi hati dan fikiranmu di kami, istimewa sekali, kan?

Bandar Lampung,
4 Juli 2015

Heum, asyik-asyik saja jalani hidup.

Friday, 3 July 2015

Sebagai anak perempuan pertama dan berdarah Minang, sudah barang tentu saya amat disanjung oleh Ayahanda juga Kakek dari pihak Ayah. Apa-apa untuk saya adalah yang paling didahulukan, mendapat porsi paling baik dan banyak termasuk nama dan... berat badan :D . Sedari kecil sudah terbiasa ke Ayah dibanding ke Ibu. Entah mengapa. Mungkin karena saya merasa Ayah-lah penyebab kebahagian utama saya, karena banyak uang. Dulu loh, sekarang mah enggak eh masih sih. Kebiasaan ini terus hingga kini, sampai perihal saya suka ke kamu pun Ayah tahu :')

"Mulai sekarang gelarnya nambah yah jadi Sella Selvana Sembiga Koto, kepanjangan?"

Ayah berbincang serius pada saya di atas angkutan umum Panjang-Sukaraja yang warnanya orange seperti sunkist. Itu pertama kalinya kami berdiskusi dan saya sudah melambung merasa "Besar". Padahal baru mau naik kelas dua SD.

Memang, saat kelas 1 SD mah saya masih menulis ejaan nama Sela Selvana. Non-double L, minus Sembiga juga Koto. Maklum, anak kelas 1 SD gitu, belum sanggup menghadapi kerumitan dunia, seperti nama misalnya.

"Gak kok Yah, harusnya lebih panjang lagi," saya menjawab dengan sombongnya.

Pada akhirnya saya lupa juga menulis kata KOTO pada akhir nama, untuk itulah secara administratif nama saya tidak pajang. Kena tulah gitu.

Kau penuh hasrat,
Panas dan beruap
Butir-butir peluh mengalir penuh derap

Mengkilat, tegak dan gagah
Kau sorong kiri-kanan
Menindih aku hingga engap

Tadinya kukusut
Apek tak bergairah

Karenamu,
Aku melicin dan melembut

Bandar Lampung,
3 Juli 2015

Banyak setrikaan, ngantuk.

Thursday, 2 July 2015

"Kuliah itu bukan lomba lari, serius." - Sella, 22th, Lajang, lagi banyak kerjaan di Bumi-

Sore tadi, sambil baca ulang proposal skripsi punya Teh Atul (saking gak ada bacaan baru) -yang dimana si teteh minta tolong buat dibantu cek strukturnya- saya juga baca-baca contoh proposal nikah, masih dari Teh Atul. Gemes. Bukan karena saya ngebet nikah tapi sekali lagi, sedang belum ada bacaan baru. Dari pada saya sok-sokan baca hati kamukan? Heuh rumit. Nah saya juga sembari chat dengan salah seorang teman di media sosial. Biar belaga multitasking gitu.

Setelah berhiha-hihi akhirnya sampai pada pertanyaan inti,

"teh.. menurut teteh, kuliah/wisuda/lulus itu bukan cepet-cepetan kan?" -AR, Mahasiswi tingkat akhir-

Wuah,
Akhirnya saya tutup dua file proposal, saya mau fokus mencerna pertanyaan jleb ini.

SEPERTI REFLEKSI CERMIN

Dasarnya, saya juga anak yang setengah hati, setengah jiwa bahkan setengah fikiran pada kuliah. Sampai pindah-pindah hingga tiga perguruan tinggi. Ditegur orang tua sudah biasa, ditanya-tanya teman sudah tak dirasa, dicibir-cibir orang ah sudahlah. Tapi alhamdulillah sekarang sudah terbebas dari kewajiban-kewajiban duduk merenung di kelas sambil terkantuk-kantuk berusaha fokus ke papan. Malah seringnya kerjaan saya dulu tuh selain tidur yah mendesain baju atau gak yah nulis sajak di kelas. Hadeh.

Jadi, pertanyaan dari Dek AR ini seperti refleksi pertanyaan saya pada masa yang lalu, masa-masa malas dulu.

Mungkin ada baiknya saya ulas hal-hal yang bisa mempengaruhi lama waktu kita menghuni kampus, seperti hal-hal dibawah ini:

1. SEMUA TERGANTUNG NIAT

Mungkin sebagaian besar dari kita sudah tidak asing dengan ini, Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahih-nya, dari al-Khalifatu ar-Rasyid, Umar bin al-Khattab
radhiallahu ‘anhu , Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻟْﺄَﻋْﻤَﺎﻝُ ﺑِﺎﻟﻨِّﻴَّﺎﺕِ ﻭَﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻟِﻜُﻞِّ ﺍﻣْﺮِﺉٍ ﻣَﺎ ﻧَﻮَﻯ ﻓَﻤَﻦْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻫِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﺩُﻧْﻴَﺎ ﻳُﺼِﻴﺒُﻬَﺎ ﺃَﻭْ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓٍ ﻳَﻨْﻜِﺤُﻬَﺎ ﻓَﻬِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﺎ ﻫَﺎﺟَﺮَ ﺇِﻟَﻴْﻪ
ِ
Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin ia dapatkan atau karena perempuan yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya untuk apa yang ia tujukan.”

Hadits ini ditempatkan Imam Bukhari
rahimahullah di beberapa halaman dalam kitab Shahih-nya dari jalur al-Qamah bin Waqqash al-Laitsi.

Pun kuliah, ada yang berniat ngeksis, dapat kedudukan tinggi, demi ilmu atau juga karena orang tua. Tapi biar bagimana pun, orang tua tetap mesti didahulukan kehendaknya selama tidak melanggar syariat.

Saya akui, dulu niat saya kuliah itu picisan sekali: Malu kalau gak kuliah, gengsi. Dan itu pula sebabnya, saya malah jadi malu-maluin. Jangan diikuti.

Nah, kalau kamu udah terlanjur niat yang gimana-gimana gitu, mending sekarang langsung bicara pada orangtua; MINTA RESTU, bukan nikah doang keleus yang butuh restu. Dah orangtua mah kaki tangan Sang Pencipta sih. Makanya manjur. Urusan apa aja Insha Allah lancar. Bagi yang sudah gak ada, yah ambil wudhu gih. Selanjutnya, tau kan?

2. LINGKUNGAN

"iya teh.. saya lagi ngerasa gamang aja karena belum beres skripsi sedangkan temen-temen di jurusan lain udah..
penyesalan memang selalu diakhir, saya emang banyak nunda, banyak futurnya.. ya asa gimana gitu rasanya sekarang, kenapa ngebuang begitu banyak waktu yang berharga??"

Dek AR mengutarakan apa yang sedang ia rasani. Saya tahu persis keadaan mahasiswa jurusan ini, bukan, bukan mau bilang kalau mereka malas tapi justru sebaliknya. Anak-anak jurusan seni dan tekhnik memang terkenal "agak lama" ngendok di kampus, selain karena keduanya paling banyak praktek dan kerja lapangan, anak-anak di jurusan ini juga terkenal aktif dalam ragam kegiatan. Suka bikin pameran, suka begadang (dalam konotasi baik), banyak karya pokoknya. Jadi wajar saja kalau agak tersendat dalam hal ke-akademik-an, beda sama anak-anak ekonomi yang kebanyakan lulus cepat (temen-temen saya juga banyak yang lulus 3,5 tahun di jurusan ekonomi).

Jadi, memang sepertinya ini tips yang boleh dicoba:

NGEGAUL KEJURUSAN LAIN

Biar alarm dalam dirimu berbunyi, Dek. Biar korek pematikmu nyala, Dek.

3. DIRI SENDIRI

Nah, ini yang paling krusial, diri sendiri. Penulis buku "Happiness Inside", Gobind Vashdev pernah berkata:

Hanya ada satu orang yang bisa merubah dirimu, dia adalah... lihatlah cermin.

Allah SubhanaWata'ala juga bersabda tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali jika kaum itu sendiri yang merubahnya.

Sudah cukupkan dalilnya?

Lama tidaknya kamu mondar-mandir di kampus memang ada di tanganmu sendiri. Jangan terus menyalahkan keadaan. Apalagi nyalahin saya, memang salah kalau saya cinta kamu? *eh* #gagalfokus.

JADI, KULIAH ITU...

Bukan tentang siapa yang cepat atau duluan wisuda, bukan. Adalah sebuah kepastian kalau yang sudah lulus kuliah tentu tidak cuma ingin leha-leha nganggur, kan? Kalau tidak kerja yah minimal mulai berwirausahalah. Kalau mau mulai dari sekarang nabung modal, seperti cara ini misalnya klik.

Masalahnya, itu tidak semudah menceplok telur, eh nyeplok telur juga gak gampang sih, yang gampang mah masak air.

Sarjana S1 di Indonesia Raya itu buaya banget eh buaaaanyak banget maksudnya. Mau berwirausaha juga kan tidak mudah kalau tidak punya kemampuan. Yang boleh dicoba sih jadi artis, artis yutube lah paling gak. Kayak Bang Hisqie pelopor #gapentingsihchannel yang memang gak penting (curiga, itu hanya pelarian dari perkuliahan di seni rupa yang aneka rupa ujiannya :p maaf yah bang, btw thanks loh kaosnya).

Kalau pun kamu lulus cepat seperti teman-teman saya yang anak ekonomi, manajemen utamanya, gapapa kalau kamu kayak Litaniar yang punya kemampuan berbisnis dan langsung dapet kerja. Gapapa juga kalau kayak fitri yang menyibukkan diri belajar merajut dari youtube, bisa dibisnisin. Bisa berpenghasilan.

Jangan, jadi sarjana yang cuma selonjoran di rumah nambah beban emak bapak karena kebanyakan makan, makan ati.

Maka, lulus kuliah bukan perihal cepat-cepatan kayak lomba lari terus yang duluan sampai dapat medali.

Kuliah, adalah sarana pendewasaan diri. Untuk itu kamu disebut sarjana kalau sudah beres. Kuliah juga wadah dalam menjalin relasi bukan sekedar menjalin kasih, maka amat baik kalau kamu sering ikut-ikut organisasi sana-sini. Ngegahul.

Yaudah, kuliah aja yang baik, dan benar.

Cepat lulus juga benar, dalam upaya menghemat anggaran. Mungkin itu sebabnya anak ekonomi cepet mensarjanakan diri. Lulus cepat juga perlu kalau si dia minta Skripsi sebagai maharnya. Heehehe.

Wassalam, Dek.

Bandar Lampung,
2 Juli 2015

Sekedar pesan-kesan, buat kamu juga, mangat yah :)