Saturday, 29 August 2015
- Author name:
- Unknown
- Publish date:
- 15:09:00
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- cinta
Proses
Thursday, 20 August 2015
- Author name:
- Unknown
- Publish date:
- 14:13:00
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- Puisi
sastra
Source: Google |
- Author name:
- Unknown
- Publish date:
- 14:04:00
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- cinta
sastra
Wednesday, 12 August 2015
- Author name:
- Unknown
- Publish date:
- 22:48:00
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- cinta
Proses
sastra
Monday, 3 August 2015
Misalnya rindu yang ditahan-tahan
Coba cari pelarian,
Menampikkan kenyataan
Diteman bisik daun riang
Menuju kamu yang menjelma laut
Awan sudah tidak mampu menahan uap
Kamu lekas menjawab;
Biarlah kalau memang begitu
Biarkan hujan
All day all night
© 2016 Peri Tinkersell |
- Author name:
- Unknown
- Publish date:
- 22:00:00
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- cinta
Puisi
sastra
Friday, 31 July 2015
Belakangan ini, saya sedang merasa handphone terlalu berat. Tapi sangat ingin juga denger-denger lagu. Nah tercetuslah untuk mendengar streaming di Soundcloud saja. Haha.
Enggak tau, kayaknya ini rasa punya siapa *halaaah* bener-bener nyantol ke Bandung. Lah sebagian besar band (indie, tentunya) yang saya suka kok asalnya dari Bandung. Padahal gak rencana, persis jatuh cinta, gak ada rencana :3
Mocca, adalah band Indonesia yang "saya banget" swing jazz atau apalah itu istilah musicnya, pertama yang saya suka. Ini tak terlepas dari peran Maudy Ayunda pada film "Untuk Rena" -yang dimana- sountracknya itu lagu Mocca. Juga lagu "I Remember", duh cinta banget. Tapi ya gitu sih, lagunya kebanyakan berlirik english, padahal saya mah paling rada gimana gitu sama english. Namun sekarang gak terlalu khawatir, udah ada Ical. Dia siap translate kapanpun, kayak kamus online tapi yah gitu, mesti bayar.
Sarasvati, saya tau dari Angga. Karena novelnya duluan sih, memang rada-rada serem. Apalagi kami pas itu masih jadi mahasiswa baru unyu-unyu. Sampai ngebet pengen nonton live, tapi alhamdulillah, belum kesampean.
Pidi Baiq dan The Panas Dalam taunya dari Agi, yang memang suka buku-dan kayaknya nyewa kamar kost hanya untuk naro buku- (karena surayah pidibaiq juga seorang penulis, maklum gak ada kerjaan ;)) lagu pertama yang dikasih liat ke saya itu "Rintihan Kuntilanak" berhubung masih heboh bahas sarasvati dulu itu jadi makin seneng yang horor-horor, tapi jujur, saya sih lebih seneng honor. Semenjak Ayah Pidi -yang- Baiq ngeluarin novel terbarunya "Dilan, Dia Dilanku 1990" dan "Dilan, Dia Dilanku 1991" jadi aja saya makin cinta, sama Dilannya :) juga lagu voor Dilan dan voor Dilan #2. Gemes.
Banda Naera nah pas kepo-kepo ke following surayah lalu kepo ke followingnya following surayah, saya menemukan mereka! Duo yang pengennya disebut band. Tadinya saya kira mereka dari jakarta (liat info soundcloudnya) eh pas search lagi ternyata alumni Unpar. Menurut saya, literasi mereka yang kaya ini bolehlah disetarakan dengan Payung Teduh.
Tigapagi sempat dengar dinobatkan sebagai Band indie terbaik versi majalah rolling stone indonesia, lagunya seru. Melodinya rada nyunda. Tema lagunya juga asyik abis, cinta-cintaan, tapi cinta pada negara sih.
Salah satu hal yang saya idamkan, mereka gak masuk tipi. Rasanya jelas jadi beda, entah, jadi gak asik lagi. Jadi asing. Mungkin.
***
Pertemuan saya dengan lagu-lagu serta penyanyi diatas sungguh tak terencana. Senang ke mereka juga, mengalir saja. Sama kayak ke Bandung. Sama kayak ke kamu. Insyaallah lekas bersua.
"Jika awan sudah terlalu berat dan tak mampu menampung uap. Biarlah, biarlah hujan. Air bercumbu dengan tanah, daun, genting serta ranting juga yang lainnya. Biarlah, biarlah kita bertemu." -Petrikor, Sella-
***
Sudah ah, ini nulis sambil ngantuk. Dan playlist private di soundcloud saya sedang ada Banda Naera...
" Rumah kosong
Sudah lama ingin dihuni
Adalah teman bicara; Siapa saja atau apa
Jendela, kursi
Atau bunga di meja
Sunyi, menyayat seperti belati
Meminta darah yang mengalir dari mimpi." -Musikalisasi Puisi Rindu, Subagio Sastrowardoyo-
*tau-tau kepikiran, itu Bapaknya Dian Sastro bukan, yah?*
Bandar Lampung,
2 Agustus 2015
Mulai ngantuk.
gambar; sourch google.
Sunday, 19 July 2015
"Iyah sih sekolahnya gratis lah buku, baju, sepatu, tas apanya kan beli pake duit ongkos juga pake duit." -Tetangga,-
"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (Ar-Ra'd:11)
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. ” (Al-Mu'min:60)
Source: www.lensaindonesia.com/2013/07/27/ribuan-anak-sumatera-selatan-putus-sekolah.html |
- Author name:
- Unknown
- Publish date:
- 16:03:00
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- Proses
ulasan
Saturday, 18 July 2015
Saya, sebagai praktisi Jomblo aktif semenjak 2013 yah memang sih masih suka kesengsem sama anak ngaji, walau tampangnya biasa saja gak semanis Abang Shaheer Sheekh -yang tingkat kemanisan dan gurihnya setara dengan Martabak Bangka Acun yang di Yos Sudarso itu, rasa Keju seloyang mapuluh rebu- tapi pesonanya itu loh.
"Cinta adalah mubah, merasakannya adalah fitrah, cinta bisa menghantarkan kita ke surga, bisa juga menjerumuskan kita pada neraka. Menyikapinya adalah pilihan kita." -Nurul, mini seri Bicara Cinta, dengan perubahan sesukanya-
Nah ini, sebagian besar pemuda-pemudi Indonesia yang tidak menjunjung tinggi sila ke-5; Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Masih beranggapan bahwa Melajang a.k.a Menjomblo adalah pilihan bagi orang-orang yang tak punya pilihan. Mereka yang berganda campuran (pacaran.red) acapkali nyinyir dan menganggap para Tunggal Pria/Wanita ini sebagai kasta kelas bawah. Kadang yah gitu, ada yang depresi akhirnya membanting stir jadi Ganda Putra/Putri. Itu bagi yang udah desperate banget.
Terus ini si Sella maksudnya mau bahas apaan sih?
Heum, begini eeeemh anu gimana yah. Saya juga sudah cukup merasa punya beban kalau ditanya-tanya sama tetua di keluarga :')
Tapi yah alhamdulillah, beberapa kali ada yang datang hingga ke rumah -menandakan kalau saya "laku" dan normal-tapi gak cocok sama orang tua. Ada juga yang datang dari daftar kawan lama tapi cuma sampai pada tahap "mentag" atau yang lebih giyung gitu yah menjanjian ngelamar setelah beres kuliah atau ini itu. Bikin hati gonjang-ganjing banget deh. Mbok yah kalau belum siap nanti-nanti dulu lah.
Jadi maksud saya gini loh, dalam masa-masa "bertapa" ini pasti ada saja godaan syaitonirrojim baik dari kalangan Jin atau Manusia :) Betapa kita harus sangat-sangat paham betul alasan untuk menjomblo (yang sebenernya saya lebih suka kata "lajang" tapi kurang fami-liar) niat dan tekad harus kuat. Bagi yang cewek, masa penantian ini bisa jadi masa pengembangan diri, pelajari segala hal yang bisa jadi ilmunya nanti malah akan membantumu dalam mengarungi bahtera. Buat cowok, masa-masa ini alangkah elok untuk kamu belajar dan belajar terus, bukan hanya menjadi imam shalat yang baik tapi juga jadi "presiden" untuk keluarga kecilmu, paling tidak. Bisa menciptakan GBHN sendiri. Ngerti GBHN, kan?
Memilih jadi jomblo pada waktu dan situasi yang belum memungkinkan untuk menikah adalah Jihad.
Rasulullah saw bersabda : “Jihad yang paling utama adalah jihad seseorang melawan hawa nafsunya” Hadits ini dishahihkan oleh Nashiruddin al-Bani dalam Shahihul Jami’ (1099).
Berganda campuran tanpa ikatan yang terdaftar di KUA adalah hawa nafsu. Memeranginya adalah kewajiban! Memeranginya adalah Jihad! Apalagi berganda putra/putri :(
Susah memang, melihat mereka bergandeng tangan cengengesan. Tapi percayalah, ada saatnya kita merasakan itu. Deg-degan dan kesengsem yang halal tanpa takut digrebek satpol PP. Ada saatnya.
Photo: Biar lajang tetap senang, koleksi pribadi.
Bandar Lampung,
18 Juli 2015
Lebaran ke-22 dalam keadaan lajang.
Friday, 17 July 2015
Untuk Yuval, mungkin sudah biasa digangguin dan menahan sakit mata untuk membaca-baca tulisan serta curhat saya yang kalau dibukukan pastilah melebihi enam ribu enam ratus ayat, muqodimmahnya. Tapi gapapa yah Val, ini semata-mata biar kamu gak merasa sedih sendiri, masih ada orang yang lebih sedih, yaitu saya.
Saya, Yuval dan Vivi |
17 Juli 2015
© 2016 Peri Tinkersell |
- Author name:
- Unknown
- Publish date:
- 23:57:00
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- Polesan
Proses
Boleh jadi, kedatangan saya pada waktu itu -yang manismanismanja ke kamu- dan kembali menarik kamu ke Hipmi untuk kemudian kamu jadi dekat dengan Hadi.
17 juli 2015
- Author name:
- Unknown
- Publish date:
- 22:23:00
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- Proses
Monday, 13 July 2015
"Ada yang tak sempat tergambarkan oleh kata ketika kita berdua. Hanya aku yang bisa bertanya mungkinkah kau tau jawabnya. Malam jadi saksinya, kita berdua diantara kata yang terucap. Berharap waktu kan datang membawa keberanian, untuk kita temukan jawabnya..." - Berdua Saja, Payung Teduh -
"Rindu ini, penyebab masalahnya kamu. Tapi, aku yang mesti nanggung." -Pidi Baiq-
© 2016 Peri Tinkersell |
- Author name:
- Unknown
- Publish date:
- 16:55:00
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- cinta
Polesan
Proses
Sunday, 12 July 2015
"Gak ada Warna pink Bu? Iyah atuh pake, biar tanda (anak) cewek." -FYS, not FYI, Ibunda Nak Raiya-
Mengapa ini termasuk kado mahal yah, Bu Sella?
Ini mari kita lihat dari "Nilai" bukan "Nominal"-nya semata, Nak.
Bandar Lampung yang berslogan Tapis Berseri ini, merupakan kota pinggir pantai yang eksotis sekaligus gerah, wajar kiranya banyak yang menganut paham "Senggol Bacok". Untuk itu, adalah hal sulit tingkat Kera Sakti bagi saya yang mulai menekuni hobi merajut untuk mendapatkan benang, jangankan yang Woll, Bamboo, atau Aklirik. Untuk dapat Polyster saja mesti keliling kota, pun warna yang ditawarkan terbatas dengan harga yang sedikit Subhanallah. Karena gerah itu tadi, disini jarang memanfaatkan hasil rajutan, cukup jarang.
© 2016 Peri Tinkersell |
Mengapa
pink identik dengan feminisme?
University of Newcastle dalam jurnal Current Biology memaparkan sebab musabab ilmiahnya.
Dipimpin oleh Dr. Anya Hurlbert, tim ini melakukan ujicoba pada 200 lelaki dan perempuan berusia 20-an. Mayoritas perempuannya menjawab bahwa mereka suka warna paduan biru dan merah , tapi benci warna hijau dan kuning . Mereka terdiri dari dua jenis ras berbeda, Inggris dan China. Ternyata selera warna tidak dipengaruhi oleh budaya etnis, melainkan faktor biologi.
“Evolusi menyebabkan perempuan menyukai warna kemerahan. Mereka cenderung memilih buah warna merah , wajah kemerahan. Budaya juga memberi andil di dalamnya,” ujar Dr. Hurlbert.
© 2016 Peri Tinkersell |
12 Juli 2015
-Ragam pose Nak Raiya dalam balutan feminis.
-Perlengkapan merajut (koleksi pribadi).
- Author name:
- Unknown
- Publish date:
- 00:52:00
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- gaya hidup
Polesan
Proses
sehari-hari
Tuesday, 7 July 2015
"Belum sel. Saya hilang kontak juga sama dy. Maunya balikan sebenarnya. Tapi ortu melarang keras." -Dara, Wanita yang tegar-
"Kangen sel, nyesel jga. Tapi gimana lagi, T_T." -Dara, belum genap 23th-
"I'm not complaining 'bout the weather in the sky, it just a vision of the future of a bloody sunday..." - The Downtown Dogz, Cigarretes Nation -
"Ketika jodoh tidak lagi hanya di tangan Tuhan tapi juga mesti tervalidasi lidah orangtua." -Sella, suka mikir yang gimana gitu-
- Author name:
- Unknown
- Publish date:
- 22:06:00
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- Polesan
Proses
ulasan
Monday, 6 July 2015
" Take it easy my friend
Grab the chance while you can
It's time for us to move on
Let the world sing you a song..." - Do What You Wanna Do, Mocca -
Salah seorang penulis legendaris yang dimana salah satu karyanya "The Alchemist" menjadi salah satu buku tak lekang oleh waktu, Paulo Coelho pernah berkata...
"Jika kita benar-benar menginginkan sesuatu maka alam semesta akan berkonspirasi untuk mewujudkannya."
Di sini kuncinya, kata "benar-benar", kamu percaya?
Saya dapat kisah (curcol) dari seorang kenalan. Hah? Kenapa saya sebut kenalan? Bukan kawan? Nah ini, kami "berteman" di salah satu jejaring sosial sudah cukup lama, sejak 2012. Saya bahkan bingung, tidak ingat kapan kami pernah saling meng-add dan konfirmasi pertemanan. Hahaha
Bermula dari dia yang acapkali muncul pada beranda, me-like ataupun komentar status saya lalu saya lihat profilenya ternyata anak UPI juga, maka saya pemasaran eh penasaran maksudnya...
"Kang, punten, kita teh kenal dimana yah? Pernah ketemu?"
Kemudian dia menjelaskan, ternyata oh ternyata dia juga anggota komunitas sosial yang dimana dulu saya menjadi sekretarisnya. Kebetulan dia tidak aktif maka kami tidak kenal.
Ternyata, di sinilah salah satu titik balik saya, soal masa depan saya, maaf yah ini saya bukan lagi bicarain soal jodoh-jodohan. Mungkin jodoh dalam hal "visi dan misi" bukan jodoh yang buat bangun rumah dan tangga. Allah menegur saya melalui dia, Fahri namanya, yang untuk kemudian selanjutnya tidak mau disapa "Kang" karena bukan orang Sunda, maka saya panggil "Kak".
Kak Fahri berasal dari Morotai, kamu tau itu dimana??? Apa bahkan baru dengar namanya seperti Teh Atul yang anak Sejarah tapi bahkan gak sadar kalau Morotai ada dalam peta Indonesia,
" Dari ternate kalo mau ke tempat fahri... Ini jalurnya kalo lewat darat.. dari pelabuhan speedboat ternate.. Nyebrang ke sofifi skitar 45 menit.. Setelah itu naik mobil, disana disebit ''OTO''. Ke tobelo sekitar 6 jam.. Dari tobelo baru nyebrang pake ferri sekitar 5 jam... Udah deh nyampe ke kab.Morotai..." - Kak Fahri, melalui What's App -
Itu mungkin cukup memberi gambaran pada kamu, kalau Ternate mah tau kan yah? Kebangetan gak mah!
Kak Fahri adalah orang terjauh yang saya kenal kuliah di UPI, Bandung, sebenarnya banyak juga yang orang luar kuliah di sana, orang luar negeri yah bukan luar angkasa. Tapi, yang istimewa adalah, dia berasal dari salah banyak pulau terpencil di Indonesia. Juga, dia bukan dari Keturunan Kesultanan Gapi, hanya masyarakat biasa seperti saya.
"Iya sell.. Bisa kuliah juga bukan karena orang mampu.. Tapi dapat beasiswa.. Sama adek fahri juga dapat beasiswa tahfidz.." - Kak Fahri, masih melalui What's App -
Masya Allah, saat itu juga ada yang bergetar di dada, ternyata henpon di kantong yang bergetar *intermezo* :p
Ini, saya serius jadi kayak ditampar bolak-balik entah sama siapa, saya waktu itu lagi malas-malasnya. Dipertemukan dengan orang yang punya semangat luaaaaar biasa, membinasakan kemalasan. Walau baru dipertemukan dalam ruang obrolan.
Kayak lirik lagu Mocca di atas, kamu mesti lakuin apa yang kamu mau, katakan apa yang perlu. Kamu punya cita tinggi dan ingin memajukan daerahmu? Kamu mau kuliah untuk itu? Masih mikir kendala biaya?
Sekali lagi, kalau kamu BENAR-BENAR menginginkan itu, semesta bakal bantu atas perintah Sang Penguasa Alam.
Caranya?
Pernah naksir si dia kan? *ehem*
Untuk dapetin perhatiannya pasti kamu carper.
Nah, ke Allah juga gitu!!!
Ridho Allah itu mesti di jemput, dekati Dia, minta-mintalah yang banyak. Kamu kejar akhirat, dunia kejar kamu.
Jemput "Asam"-mu yang di gunung walau kamu cuma "Ikan" di laut. Bisalah, Kak fahri aja yang dari laut (Morotai) bisa ke gunung (Bandung).
Yah kan? Hehehe.
" Semuanya karena Allah.. Dan jutaan do'a2 dari orang tua dan saudara se aqidah hingga fahri bisa dapat beasiswa ini..."
Kak fahri menutup obrolan karena saat itu mau Ashar, lagi-lagi, semuanya tak luput dari...
Doa Orang Tua.
Jadi sekarang, saya mau makin banyak-banyak ngemis ke Ibu buat bantu utarakan doa. Meng-upik-abu-kan diri bagi Beliau, biar makin Bahagia dan Ridha. Kamu juga, kan?
Oh yah, Ibu saya sudah bulannya mau lahiran, tolong bantu doa yah! :) terimakasih.
Bandar Lampung,
6 Juli 2015
lagi deg-degan nunggu Badai lahir.
- Author name:
- Unknown
- Publish date:
- 20:21:00
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- muhassabah
Polesan
Proses
Sunday, 5 July 2015
" Somewhere over the rainbow, way up high
There’s a land that I heard of once in a lullaby.
Somewhere over the rainbow, skies are blue
And the dreams that you dare to dream really do come true." -Over The Rainbow, Judy Garland-
Judy Garland dalam The Wizard of Oz Scene |
Rainbow Flag (sourch: moma.org) |
Sejumlah tulisan menyebutkan jika Gilbert menciptakan Rainbow Flag karena terinspirasi dari lagu 'Over The Rainbow' milik penyanyi Judy Garland. Judy Garland sendiri dikenal sebagai icon LGTB.
Kan, pernah lihat "colokan"?
5 Juli 2015
- Author name:
- Unknown
- Publish date:
- 04:57:00
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- Polesan
sehari-hari
ulasan
Saturday, 4 July 2015
Seperti yang pernah saya tuliskan sebelumnya, saya ini kuliah sambil main-main nah setelah lompat dari Manajemen Industri Katering (UPI) ke Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (Unila) -yang sama sekali gak ada hubungannya dengan (tekhnik) pembangunan- maka saya berlabuh ke LPGTK Puri Handayani, ini jadi yang terakhir untuk saat ini, mungkin lain kali saya nambah lagi. Ke Madrasah Rumah Tangga, misalnya, sama kamu :)
Alhamdulillah juga dari sebelum beres pun saya sudah dapat tawaran dari Abi Mukmin, Guru ngajinya Bayu. Masjid Darul Muslihin tempat Dek Bayu menimba ilmu agama memiliki dua Taman:
1. Taman Pendidikan Qur'an
2. Taman Kanak-Kanak/Paud
Karena istri Abi Mukmin hendak melahirkan saat itu bulan Oktober 2014 dan tenaga pengajar juga kurang maka tanpa tedeng aling-aling saya langsung ditanyai dan diminta ketersediaannya.
Saya pun meng-insha Allah-i.
Hah iyah, alasan saya memilih masuk LPGTK juga lucu, selucu dengan alasan saya masuk ke dua kampus sebelumnya. Selucu ekspresi photo kamu di profile what's app ...
1. MIK
Karena saya suka masak dan makan, sungguh kalau kamu jadi anak MIK mah tetep bisa bergaya bikin menu ala-ala Resto walau di Kostan.
2. IESP
Ini jurusan pilihan kedua saat SNMPTN 2011 (sekarang SBMPTN), maka tahun 2013 saya menaruhnya pada urutan pertama. Udah gitu doang.
3. TK/PAUD
Saya sudah bosan dengan berbagai intrik dan persoalan ekonomi negara, saya mau senang-senang kayak anak-anak. Kebetulan saya gak TK pas dulu. Jadi sekarang saja sekolah (guru) TK.
Dan Kehidupan (Guru) Anak TK itu...
Satu hal, MENYENANGKAN. Honornya saja sangat-sangat mencengangkan, untuk sebuah TK/PAUD swasta di kota saya bermukim, rata-rata honor gurunya bisalah untuk jajan empal gentong, rendang, soto koya, sate dan pecel tiap hari, dalam bentuk mie instan :')
Yah namanya juga honorer, tergantung jumlah murid dan kemampuan Yayasan.
Padahal (Guru) Anak TK itu...
Adalah pondasi awal pembentuk karakter anak. Selain orang tua di rumah, tentunya. Masa kini, hanya anak yang sudah bisa CaLisTung yang bisa diterima di Sekolah Dasar. Tentu saja, kewajiban guru TK-lah yang mesti mengajarknnya.
Kami juga punya tanggung jawab sosial untuk membentuk akhlakul karimah dan moral baik. Serta memerkenalkan norma-norma yang kadung terbudaya di masyarakat.
Bahkan tahu kah kamu?
Penalaran menerima pengetahuan pada anak usia TK/PAUD itu ada di kisaran 80 persen dan akan terus berkurang hingga hanya 20 persen saja saat beranjak dewasa. Ini bukan cuma tebak-tebakan dari saya, ini sudah diteliti.
Walau Bagaimanapun...
Tidak ada tuntutan yang berarti, toh sejauh yang saya tahu, para guru TK/PAUD ini mengajar bukan untuk uang, malah rata-rata kelebihan uang, --tapi saya sih belum. Kalau mau transfer boleh loh nanti dikasih nomer Rekening--. Melainkan hasrat, panggilan jiwa. Kalau mereka ingin uang, sudah barang tentu lebih menguntungkan jualan uduk, sama-sama cuma kerja pagi. Dan dagang uduk juga tidak punya beban sosial. Yang penting orang kenyang karena sudah sarapan.
Jadi...
Kalau kamu sudah gede, Dek. Coba sesekai inget dan kangen sama guru pertamamu itu. Jangan cuma sama gebetan doang kangennya.
Dikangenin itu sudah lebih dari cukup, gimana tidak? Ragamu di sana tapi hati dan fikiranmu di kami, istimewa sekali, kan?
Bandar Lampung,
4 Juli 2015
Heum, asyik-asyik saja jalani hidup.
- Author name:
- Unknown
- Publish date:
- 22:52:00
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- cinta
muhassabah
sehari-hari
Friday, 3 July 2015
Sebagai anak perempuan pertama dan berdarah Minang, sudah barang tentu saya amat disanjung oleh Ayahanda juga Kakek dari pihak Ayah. Apa-apa untuk saya adalah yang paling didahulukan, mendapat porsi paling baik dan banyak termasuk nama dan... berat badan :D . Sedari kecil sudah terbiasa ke Ayah dibanding ke Ibu. Entah mengapa. Mungkin karena saya merasa Ayah-lah penyebab kebahagian utama saya, karena banyak uang. Dulu loh, sekarang mah enggak eh masih sih. Kebiasaan ini terus hingga kini, sampai perihal saya suka ke kamu pun Ayah tahu :')
"Mulai sekarang gelarnya nambah yah jadi Sella Selvana Sembiga Koto, kepanjangan?"
Ayah berbincang serius pada saya di atas angkutan umum Panjang-Sukaraja yang warnanya orange seperti sunkist. Itu pertama kalinya kami berdiskusi dan saya sudah melambung merasa "Besar". Padahal baru mau naik kelas dua SD.
Memang, saat kelas 1 SD mah saya masih menulis ejaan nama Sela Selvana. Non-double L, minus Sembiga juga Koto. Maklum, anak kelas 1 SD gitu, belum sanggup menghadapi kerumitan dunia, seperti nama misalnya.
"Gak kok Yah, harusnya lebih panjang lagi," saya menjawab dengan sombongnya.
Pada akhirnya saya lupa juga menulis kata KOTO pada akhir nama, untuk itulah secara administratif nama saya tidak pajang. Kena tulah gitu.
- Author name:
- Unknown
- Publish date:
- 19:42:00
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- cinta
Polesan
sehari-hari
Kau penuh hasrat,
Panas dan beruap
Butir-butir peluh mengalir penuh derap
Mengkilat, tegak dan gagah
Kau sorong kiri-kanan
Menindih aku hingga engap
Tadinya kukusut
Apek tak bergairah
Karenamu,
Aku melicin dan melembut
Bandar Lampung,
3 Juli 2015
Banyak setrikaan, ngantuk.
- Author name:
- Unknown
- Publish date:
- 16:06:00
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- chalenges
Puisi
sastra
Thursday, 2 July 2015
"Kuliah itu bukan lomba lari, serius." - Sella, 22th, Lajang, lagi banyak kerjaan di Bumi-
Sore tadi, sambil baca ulang proposal skripsi punya Teh Atul (saking gak ada bacaan baru) -yang dimana si teteh minta tolong buat dibantu cek strukturnya- saya juga baca-baca contoh proposal nikah, masih dari Teh Atul. Gemes. Bukan karena saya ngebet nikah tapi sekali lagi, sedang belum ada bacaan baru. Dari pada saya sok-sokan baca hati kamukan? Heuh rumit. Nah saya juga sembari chat dengan salah seorang teman di media sosial. Biar belaga multitasking gitu.
Setelah berhiha-hihi akhirnya sampai pada pertanyaan inti,
"teh.. menurut teteh, kuliah/wisuda/lulus itu bukan cepet-cepetan kan?" -AR, Mahasiswi tingkat akhir-
Wuah,
Akhirnya saya tutup dua file proposal, saya mau fokus mencerna pertanyaan jleb ini.
SEPERTI REFLEKSI CERMIN
Dasarnya, saya juga anak yang setengah hati, setengah jiwa bahkan setengah fikiran pada kuliah. Sampai pindah-pindah hingga tiga perguruan tinggi. Ditegur orang tua sudah biasa, ditanya-tanya teman sudah tak dirasa, dicibir-cibir orang ah sudahlah. Tapi alhamdulillah sekarang sudah terbebas dari kewajiban-kewajiban duduk merenung di kelas sambil terkantuk-kantuk berusaha fokus ke papan. Malah seringnya kerjaan saya dulu tuh selain tidur yah mendesain baju atau gak yah nulis sajak di kelas. Hadeh.
Jadi, pertanyaan dari Dek AR ini seperti refleksi pertanyaan saya pada masa yang lalu, masa-masa malas dulu.
Mungkin ada baiknya saya ulas hal-hal yang bisa mempengaruhi lama waktu kita menghuni kampus, seperti hal-hal dibawah ini:
1. SEMUA TERGANTUNG NIAT
Mungkin sebagaian besar dari kita sudah tidak asing dengan ini, Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahih-nya, dari al-Khalifatu ar-Rasyid, Umar bin al-Khattab
radhiallahu ‘anhu , Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻟْﺄَﻋْﻤَﺎﻝُ ﺑِﺎﻟﻨِّﻴَّﺎﺕِ ﻭَﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻟِﻜُﻞِّ ﺍﻣْﺮِﺉٍ ﻣَﺎ ﻧَﻮَﻯ ﻓَﻤَﻦْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻫِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﺩُﻧْﻴَﺎ ﻳُﺼِﻴﺒُﻬَﺎ ﺃَﻭْ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓٍ ﻳَﻨْﻜِﺤُﻬَﺎ ﻓَﻬِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﺎ ﻫَﺎﺟَﺮَ ﺇِﻟَﻴْﻪ
ِ
“Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin ia dapatkan atau karena perempuan yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya untuk apa yang ia tujukan.”
Hadits ini ditempatkan Imam Bukhari
rahimahullah di beberapa halaman dalam kitab Shahih-nya dari jalur al-Qamah bin Waqqash al-Laitsi.
Pun kuliah, ada yang berniat ngeksis, dapat kedudukan tinggi, demi ilmu atau juga karena orang tua. Tapi biar bagimana pun, orang tua tetap mesti didahulukan kehendaknya selama tidak melanggar syariat.
Saya akui, dulu niat saya kuliah itu picisan sekali: Malu kalau gak kuliah, gengsi. Dan itu pula sebabnya, saya malah jadi malu-maluin. Jangan diikuti.
Nah, kalau kamu udah terlanjur niat yang gimana-gimana gitu, mending sekarang langsung bicara pada orangtua; MINTA RESTU, bukan nikah doang keleus yang butuh restu. Dah orangtua mah kaki tangan Sang Pencipta sih. Makanya manjur. Urusan apa aja Insha Allah lancar. Bagi yang sudah gak ada, yah ambil wudhu gih. Selanjutnya, tau kan?
2. LINGKUNGAN
"iya teh.. saya lagi ngerasa gamang aja karena belum beres skripsi sedangkan temen-temen di jurusan lain udah..
penyesalan memang selalu diakhir, saya emang banyak nunda, banyak futurnya.. ya asa gimana gitu rasanya sekarang, kenapa ngebuang begitu banyak waktu yang berharga??"
Dek AR mengutarakan apa yang sedang ia rasani. Saya tahu persis keadaan mahasiswa jurusan ini, bukan, bukan mau bilang kalau mereka malas tapi justru sebaliknya. Anak-anak jurusan seni dan tekhnik memang terkenal "agak lama" ngendok di kampus, selain karena keduanya paling banyak praktek dan kerja lapangan, anak-anak di jurusan ini juga terkenal aktif dalam ragam kegiatan. Suka bikin pameran, suka begadang (dalam konotasi baik), banyak karya pokoknya. Jadi wajar saja kalau agak tersendat dalam hal ke-akademik-an, beda sama anak-anak ekonomi yang kebanyakan lulus cepat (temen-temen saya juga banyak yang lulus 3,5 tahun di jurusan ekonomi).
Jadi, memang sepertinya ini tips yang boleh dicoba:
NGEGAUL KEJURUSAN LAIN
Biar alarm dalam dirimu berbunyi, Dek. Biar korek pematikmu nyala, Dek.
3. DIRI SENDIRI
Nah, ini yang paling krusial, diri sendiri. Penulis buku "Happiness Inside", Gobind Vashdev pernah berkata:
Hanya ada satu orang yang bisa merubah dirimu, dia adalah... lihatlah cermin.
Allah SubhanaWata'ala juga bersabda tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali jika kaum itu sendiri yang merubahnya.
Sudah cukupkan dalilnya?
Lama tidaknya kamu mondar-mandir di kampus memang ada di tanganmu sendiri. Jangan terus menyalahkan keadaan. Apalagi nyalahin saya, memang salah kalau saya cinta kamu? *eh* #gagalfokus.
JADI, KULIAH ITU...
Bukan tentang siapa yang cepat atau duluan wisuda, bukan. Adalah sebuah kepastian kalau yang sudah lulus kuliah tentu tidak cuma ingin leha-leha nganggur, kan? Kalau tidak kerja yah minimal mulai berwirausahalah. Kalau mau mulai dari sekarang nabung modal, seperti cara ini misalnya klik.
Masalahnya, itu tidak semudah menceplok telur, eh nyeplok telur juga gak gampang sih, yang gampang mah masak air.
Sarjana S1 di Indonesia Raya itu buaya banget eh buaaaanyak banget maksudnya. Mau berwirausaha juga kan tidak mudah kalau tidak punya kemampuan. Yang boleh dicoba sih jadi artis, artis yutube lah paling gak. Kayak Bang Hisqie pelopor #gapentingsihchannel yang memang gak penting (curiga, itu hanya pelarian dari perkuliahan di seni rupa yang aneka rupa ujiannya :p maaf yah bang, btw thanks loh kaosnya).
Kalau pun kamu lulus cepat seperti teman-teman saya yang anak ekonomi, manajemen utamanya, gapapa kalau kamu kayak Litaniar yang punya kemampuan berbisnis dan langsung dapet kerja. Gapapa juga kalau kayak fitri yang menyibukkan diri belajar merajut dari youtube, bisa dibisnisin. Bisa berpenghasilan.
Jangan, jadi sarjana yang cuma selonjoran di rumah nambah beban emak bapak karena kebanyakan makan, makan ati.
Maka, lulus kuliah bukan perihal cepat-cepatan kayak lomba lari terus yang duluan sampai dapat medali.
Kuliah, adalah sarana pendewasaan diri. Untuk itu kamu disebut sarjana kalau sudah beres. Kuliah juga wadah dalam menjalin relasi bukan sekedar menjalin kasih, maka amat baik kalau kamu sering ikut-ikut organisasi sana-sini. Ngegahul.
Yaudah, kuliah aja yang baik, dan benar.
Cepat lulus juga benar, dalam upaya menghemat anggaran. Mungkin itu sebabnya anak ekonomi cepet mensarjanakan diri. Lulus cepat juga perlu kalau si dia minta Skripsi sebagai maharnya. Heehehe.
Wassalam, Dek.
Bandar Lampung,
2 Juli 2015
Sekedar pesan-kesan, buat kamu juga, mangat yah :)
- Author name:
- Unknown
- Publish date:
- 21:36:00
- Discussion:
- No comments
- Categories:
- Proses
sehari-hari
Tips
ulasan