Wednesday, 27 December 2017



© 2017 PERI TINKERSELL


Bahan;

1/2 kilogram daging sapi has dalam dan potong menjadi beberapa bagian
1 liter santan kelapa yang sudah tua dan kental
1 liter santan kelapa biasa
2 batang serai yang dimemarkan
4 lembar daun jeruk purut
2 lembar daun kunyit yang diikat menjadi satu

Bumbu Halus;

Cabai merah keriting sesuai selera
16 siung bawang merah
8 siung bawang putih
5 butir kemiri
2 cm jahe
3 cm lengkuas
Garam dan merica bubuk secukupnya saja

Cara Membuat;

Langkah pertama, potong daging sapi menjadi beberapa bagian sesuai selera. Siapkan cobek dan haluskan bumbu-bumbu membuat rendang seperti cabai merah keriting, 16 siung bawang merah, 8 siung bawang putih, 5 butir kemiri, 2 cm jahe, dan 3 cm laos. Jangan lupa menambahkan garam dan merica secukupnya kedalam bumbu halus. Setelah dihaluskan, siapkan panci berisi santan kelapa biasa yang tidak terlalu kental. Rebus hingga mendidih, namun sebelum itu, masukan bumbu yang sebelumnya sudah dihaluskan beserta batang serai, daun jeruk, dan juga daun kunyit ikat. Aduk semua bahan secara perlahan agar tidak gosong hingga mendidih. Setelah mendidih, masukan potongan daging has dalam yang sudah dipotong sebelumnya kedalam rebusan bumbu dan santan. Aduk rendang sesekali. Jika rebusan santan berisi rendang tadi sudah mulai kering, tambahkanlah santan kelapa​ yang kental sedikit demi sedikit saja. Sebaiknya gunakan api kecil dalam memasak rendang ini agar tidak mudah gosong. Jangan lupa juga selama perebusan aduk rendang hingga santan mengering dan mengeluarkan minyak. Setelah matang dan bumbunya meresap, angkat rendang dan siapkan dalam piring saji.



Tampines, 2017

Tuesday, 26 December 2017


Semarak End Year at Tampines Hub © 2017 PERI TINKERSELL

Akhir tahun identik dengan intropeksi, refleksi dan resolusi. Dan, ada satu lagi yang juga cukup ngetrend di kalangan pemuda-pemudi harapan bangsa seperti Saya. Yaitu, make opportunities to other who want to ask everything that they want. Yah, sebagai aktivis sosmed, Saya pun melakukannya. Dan tentu saja, pertanyaan-pertanyaan baik yang terduga maupun tak terduga bermunculan. Dengan beragam bahasa, pertanyaan-pertanyaan itu terlontar. Tapi, Saya akan mengeneralkan dalam Bahasa Indonesia saja, yang mungkin belum baik dan benar. Karena, kesempurnaan manusia berada pada baik-buruknya dan benar-salahnya sekaligus.

Saya akan membuat list pertanyaan tersebut (dibagi dalam dua Bab, karena, selain pertanyaan tentang Saya, ada pula yang sebenarnya ditujukan kepada Kang Acil tapi melalui Saya dan Saya menjawabnya tanpa meminta jawaban dari Doi) sekaligus jawabannya yah, biar Kamu gak perlu ikutan pusing mikirin jawabnya...


Bab I

1. Apakah rahasiamu yang tidak diketahui orang lain? (The most question that I got).
Honestly, hampir semua rahasia Saya adalah rahasia umum. Ada aja orang yang tau. Tapi, di sini Saya akan menuliskan rahasia yang tidak ada seorang pun yang tahu sebelum ini. Yah, jadi, Saya suka buat playlist lagu yang kadang kontinental, oriental maupun tradisional ketika mau masak. Dan, Saya akan masak sambil menari. Semacam ritual, itu lah sebabnya mungkin mengapa masakan Saya terasa enak dan menjadi kenangan dilidah penikmatnya. Dan juga, saat workout di dalam kamar yang terkunci, Saya akan memutar musik dengan frekuensi sedang kemudian workout hanya dengan menggunakan bra sports (sesekali dibalut jumper dari Uniqlo) dan celana ketat. Tapi, ukuran bra itu akan tetap jadi rahasia. Saya tidak akan mengetiknya di sini.

2. Apa yang Kamu lakukan ketika rindu rumah dan jauh dari orangtua?
Saya akan masak masakan minang atau masakan traditional yang ribet-ribet yang dimana Ibu juga Ayah bisa memasaknya dengan simple. Dengan begitu, Saya berasa di rumah.

3. Apakah Kamu masih mendengar Adzhan di sana (Tampines, Singapore)? Bagaimana perasaanmu?
Saya hampir tidak pernah mendengar Adzhan selain dari aplikasi di handphone kecuali jika Saya berada dalam radius 50 meter dari Masjid. Perasaan Saya? Biasa saja. Karena memang di sini, muslim minoritas dan gaungan Adzhan tentu saja dianggap menggangu bagi yang tidak mau/perlu mendengarnya. Saya harus makhfum dan maklum. Sebagaimana umat muslim lain dimana ketika menjadi mayoritas, mereka akan pusing dan khawatir mendadak kafir ketika mendengar lagu-lagu kebaktian gereja.

4. Berapa tinggi badanmu?
153 sentimeter.

5. Kapan rencana menikah?
Tadinya, rencana Kami (dengan main asal ucap) tanggal 18 September 2018. Namun, dengan pertimbangan lain-lain, selain urusan E-KTP yang memang Kami berdua belum punya, jadi direvisi 2019.

6. Dimana rencana akad nikah?
Sebenarnya ini pertanyaan yang agak gimana gitu, tentu saja di lingkungan domisili kedua orangtua kandung Saya. Sebagaimana kebiasaan masyarakat umum di Indonesia.

7. Apa yang Kamu lakukan jika Kamu punya kesempatan untuk menjadi laki-laki?
Wow, Saya hampir tidak pernah membayangkannya. Tapi, mungkin, Saya akan berlarian dan main air di pantai dengan bertelanjang dada.

8. Apa yang akan Kamu lakukan jika hari ini adalah hari terakhirmu di Bumi?
Saya akan memesan tiket ke Bandung, terbang dan kemudian memeluk seseorang di sana.

9. Mengapa Kamu bertanya tentang Kang Ragam beberapa waktu lalu?
Karena, Beliau tengah dekat dengan teman dekat Saya. Dan tentu saja, Saya harus tahu kepribadiannya.

10. Kapan Kamu habis kontrak kerja di sana?
Mei 2019 sesuai dengan kertas yang dikeluarkan Kementrian.


Bab II 

1. Kalian serius (merencanakan nikah)? Kayak bercanda.
Serius. Saya gak bisa bilang kalau Kami serius dalam bercanda sekaligus bercanda dalam serius kepada orang yang belum mengenal Kami dengan baik dan benar. Dan, kalaupun Kami tidak jadi menikah, itu semata-mata karena kehendak-Nya. Bukan karena ketidakseriusan Kami.

2. Pernah bilang cinta?
Kami bilang cinta hampir ke semua makhluk. Bahkan pada Mie Samyang keju pun, Saya berkali-kali bilang cinta. Jatuh cinta, bangun cinta.

3. Kerja apa (Acil)?
Gak tau, urusan dia itu mah. Karena Saya benar-benar yakin bahwasanya rejeki bukan dari Suami, Orangtua, Teman atau siapapun. Toh, hidup dalam kejombloan pun Saya masih hidup senang kok.

4. Masa mau Lu yang ngidupin dia?
Emang, ada manusia yang sanggup ngidupin manusia? Saya pun bertanya balik dengan serius, emang ada?

5. Awas jangan biarin Acil chat sama cewek lain, tar selingkuh!
Biarin, justru lagi nyari Madu. Ini juga serius, Kang Acil dan Saya sepakat untuk berpoligami jauh sebelum Kami memutuskan untuk berjalan beriring. Dan, cukup tiga saja. Karena ganjil, Kami memang ganjil. Ada yang minat daftar? Saya serius. Bisa inbox dan kirim CV.

6. Acil lulus kuliah?
Saya juga gak, what's wrong? Apakah lulus kuliah adalah sebuah jaminan tentang tekad dan tanggungjawab seseorang? Kang Acil cuma ninggalin satu kampus. Lah Saya, sampai tiga. Hahahah.

7. Hati-hati dimanfaatin!
Saya juga manfaatin Dia. Yah, karena sesungguhnya hidup adalah tentang memanfaatkan dan dimanfaatkan. Itu hal yang wajar, yang penting, mutualisme. Jangan hanya salah satu aja yang merasa diuntungkan. Lagian, sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat.
8. Kenapa Acil gak shalat?
Dia (sejauh ini) hanya shalat ketika merasa butuh, Sama halnya soal mandi. Kedua hal itu hanya akan dilakukan ketika benar-benar merasa perlu untuk kembali kepada kesucian. Dan, bagi Saya, melakukan sedikit itu lebih baik daripada meninggalkan semuanya. Dan daripada, nanya ke orang lain kenapa si Anu gak shalat hanya buat menunjukkan kalau Kamu itu lebih bertaqwa dibanding si Anu.

So, that's my end year answers dan pasti akan ada pertanyaan lagi yang muncul. Biar lah itu menjadi bahan intropeksi, refleksi dan resolusi Saya. Karena tak selamanya Kita mengambil jalan yang sama walau kadang memiliki tujuan yang sama. Tapi, memiliki teman seperjalanan yang paling sefrekuensi adalah pilihan tepat dibanding teman yang sekedar dicintai. Karena sesungguhnya, cinta hakiki Kita hanya milik-Nya. Jangan membuat Dia cemburu karena dimabuk cinta hakiki dengan yang lain.

Cintai secukupnya sebagaimana Kamu mencintai dirimu yang berhasil diet walaupun belum kayak Kareena Kapoor, sebagaimana Kamu mencintai makanan yang membuat kenyang bagi orang-orang yang kelaparan, sebagaimana Kamu mencintai pohon yang meneduhkan dengan mengolah CO2 menjadi O2 dan sebagaimana Kamu mencintai hujan yang menghasilkan harum petrikor sehingga Kamu bisa bernostalgia dengan masalalu. Cintai secukupnya bagi yang selain Dia.

Kata orang-orang sini, Selamat Natal yah!
Kata orang-orang kebanyakan, Selamat Tahun Baru yah!
Kata Sella, Sellamat mencintai dirimu yang jangan apa adanya!



Tampines, 



December, 26th 2017

Wednesday, 20 December 2017



© 2017 PERI TINKERSELL


Bahan;

Udang (Buang kepala dan ekor, belah punggung, buang yang item-itemnya)
Kentang (Kupas, potong dadu)
Minyak goreng
Evaporated Milk (boleh banget diganti santan)

Bumbu Halus;

Cabe Merah (Daku pakai cabe India, pedes enel)
Bawang Merah
Bawang Putih
Serai

Bumbu Lain;

- Garam
- Gulpas
- Daun jeruk

Cara Buat;

Blender bumbu halus.
Goreng Kentang dan Udang, tiriskan.
Tumis bumbu halus, tambahkan daun jeruk. Kalau udah agak mateng, tambahkan evaporated milk. Tambahkan garam dan gulpas.
Masukin Kentang dan Udang yang udah Di tirisin. Koreksi rasa.

Sellatips - Ngeblender bumbu dicampur minyak



Tampines, 2017

Monday, 18 December 2017


Wanita mengalami tiga fase dalam hidupnya. Fase pertama terjadi pada masa kanak-kanak (0-12 tahun), fase kedua pada usia produktif (13-44 tahun), dan fase ketiga adalah fase menopause (lebih dari 45 tahun). Pada fase produktif ini, hormone reproduksi esterogen dan progesteron mulai meningkat kinerjanya pada tubuh. Pada wanita, salah satu tandanya adalah Get Period/Menstruasi/Datang Bulan.

Kali ini, Saya mau membahas sesuatu yang berkaitan dengan upaya "penghambat" period/menstruasi pada Wanita usia produktif. Yaitu, program Keluarga Berencana as known as KB. Sebagai wanita dewasa pada usia produktif, tentu sudah tidak perlu malu-malu lagi yah membahas tentang program KB. Apalagi Kalau sudah menikah. Nah, malam ini, Saya mau berbagi sedikit cerita mengenai Program KB berdasarkan pengalaman pribadi. Dan apakah benar menstruasi berpengaruh pada suasana hati?

Source: Pinterest


Akhir Februari 2017 ini, Saya suntik KB yang 1 bulan. Yup, benar. Saya mengambil keputusan suntik KB. Bukan karena Saya kepengen "enak-enak" tanpa khawatir hamil. Dan percaya lah, itu adalah pilihan yang berat. Bermula dari hasil medical check up Saya pada salah satu klinik akreditasi A di bilangan Jakarta Timur. Yah, Saya yang sedang tidak mengandung namun hormone HCG-nya cukup tinggi. Saya bahkan bertanya pada Kang Cahya yang anak Kimia (oke gue tau mestinya nanya ke anak Biologi), apakah mungkin seseorang yang tak tengah pregnant boleh punya HCG tinggi. Tapi, Beliau juga merasa hampir tidak mungkin. Ah, mungkin Saya terlalu subur. Itu adalah kemungkinan yang Saya mungkin-mungkinkan saja karena saat itu belum kepikiran kemungkinan yang lain. Wallahualam. Jadi, Saya check ke Bidan. Dan disarankan untuk suntik "Vitamin". Oke, Saya mengiyakan. Dua minggu setelah itu, Saya check up lagi. Dan kali ini, HCG Saya normal. Sehingga Saya bisa dengan mulus mengurus berkas lain yang berkaitan dengan keberangkatan Saya ke Negeri Singa.

Tapi, ternyata injection effect ini tidak berjalan mulus seperti ekspektasi Saya. Jadwal menstruasi Saya berantakan. Bahkan bisa dibilang sangat kacau. Sebelumnya Saya selalu rutin setiap bulan dan terjadi dalam 5-7 Hari. Kini belum begitu lagi. Bahkan, saat bulan puasa, Saya punya period sampai 20 hari. Dan itu sangat menggangu. Kemudian, Saya tidak mengalami period lagi. Hanya sesekali flek. Nah, baru minggu ini Saya kembali in my period. Rasanya tuh seperti orang yang sudah menikah menanti-nanti punya momongan kali yah. Begitulah perasaan Saya ketika get my first period after long time. Tubuh jadi lebih enakeun.

Berdasarkan pengalaman Saya, jadi deh Saya menyarankan kepada teman-teman terdekat (yang Saya kenali dan mengenali Saya secara "utuh") untuk tidak suntik KB. Saya kira, effect pada tiap tubuh orang akan berbeda. Namun, kembali lagi, pada pertimbangan-pertimbangan. Saya yakin, teman-teman pasti bisa berfikir lebih jernih dibanding Saya. Dan, Saya hanya menyarankan berdasar effect yang Saya tengah rasakan.

Dan karena sekian lama tidak menstruasi, Saya yang biasanya mudah ease. Sekarang malah mudah disease. Baik secara jiwa maupun raga. Selain pilek (imun tubuh menurun), Saya juga gampang tersinggung. Balik lagi deh seperti anak Singa yang terlalu lama tidak diuwel-uwel Mama-Papahnya. Apalagi, Babacil tengah melaut. Saya jadi susah mau nyalurin air cerita. Jadi deh pikiran dan hati Saya mirip kolam renang yang keujanan terus belum dikuras. Kotor, banyak sampah sampe lumutan.




Segitu dulu yah malam ini, butuh tidur sebentar.






Tampines, December 18th 2017

Wednesday, 13 December 2017




© 2017 PERI TINKERSELL



Bahan-bahan;

2 buah dada ayam, potong dadu
2 sdt lada bubuk
2 sdt garam
2 buah jeruk nipis
Tusuk sate

Bahan Bumbu;

15 buah rawit merah besar
1 buah tomat
6 siung bawang merah
4 siung bawang putih
Garam
Gula

Cara Memasak:

Cuci bersih ayam, potong dadu. Kemudian tusukkan pada tusuk sateKucuri dengan perasan jeruk nipis, lada dan garam. Diamkan kurang lebih 20 menit.Panggang ayam dengan api kecil agar matang merata, bolak-balik agar tidak gosong.Rebus semua bumbu sate sampai melunak, lalu tiriskan.Haluskan semua bumbu sate lalu tumis bumbu sate sampai harum.Sajikan sate yang telah dipanggang dengan bumbunya.



Tampines, 2017

Tuesday, 12 December 2017


Hari ini, Sella mau ngedongeng saja. Ah, dongeng adalah istilah yang sudah lama tidak Sella pakai. Dan hari ini muncul kembali karena Kang Ragam sebut-sebut tentang dongeng.


Source: Google


Ada makhluk yang namanya Sungai. Bersahabat, menenangkan dan selalu menjadi pusat gurau canda tawa bagi makhluk lain di sekitarnya dalam kondisi normal.

Angsa, Rusa, Gajah dan manusia tertawa jenaka dalam alirannya sambil main percik-percikkan. Rumput-rumput dan pepohonan menikmati kehidupan melalui kecupan-kecupan akar pada Sungai. Batu-batu besar saling adu kuat, siapakah yang mampu bertahan paling lama menggenggam Sungai. Ikan-ikan, udang, daun dan kotoran tak sungkan berbagi ruang dalam dekapan Sungai. Ditambah lagi, aliran-aliran air dari segala penjuru yang lebih kecil. Ah, alangkah  tentramnya Sungai dalam kondisi normal.

Dan Sungai, agar selalu jernih, harus selalu mengalir. Samudera adalah tujuannya. Tapi kadang Sungai lupa, seperti hari ini, bahwa bukan hanya dia yang butuh Samudera. Banyak makhluk lain di Bumi ini yang butuh Samudera. Sungai tak boleh terlalui egois. Ikan-ikan laut, ganggang, Kapal nelayan, Kapal pesiar dan beberapa makhluk lainnya pun butuh Samudera.

Sungai pongah, Ia merasa makhluk lain adalah benda asing. Uring-uringan lah si Sungai. Tak lagi setenang hari biasanya, Ia menahan-nahan aliran. Ditambah lagi, hujan deras melanda. Air jernih Sungai bertransformasi bagaikan Es Milo yang bongkahan es-nya mencair. Coklat, dingin namun hambar.

Dalam kondisi tidak normal, Sungai bukan lah makhluk yang menyenangkan. Beberapa memilih menghindar. Beberapa tetap bertahan.

Sungai hampir banjir. Sungai menyalahkan hujan. Ah, tapi hujan berasal dari gumpalan awan. Ah, tapi gumpalan awan berasal dari uap air di Samudera. Ah, tapi air di Samudera pun sesungguhnya berasal dari Sungai.

Maka, penyebab kekacauan di Sungai adalah Sungai sendiri. Bukan dari luar, bukan dari makhluk lain.

"Pantesan Tuhan senang nyusahin hamba-Nya kalo hamba-Nya sedang tidak dekat dengan Dia." - Kang Aciel, dalam Hiburan Siang -

Tuhan sepertinya sedang bikin Sungai susah dengan adanya banjir. Padahal sesungguhnya yang sebenarnya, Tuhan hanya ingin Sungai kembali jernih. Kembali menyenangkan.



-  (Belum) Tamat -






Tampines, December 12th 2017

Friday, 8 December 2017

Semalam, Saya doing extraordinary talked session bersama Kang Aciel. Sesi pembicaraan ini jadi luar biasa karena Saya mengalirkan semua air cerita yang sudah tertampung seharian, air dari banyak aliran yang lebih kecil. (Duh bilang aja Sel, orang pada curhat ke Lu terus Lu curhatin lagi ke Die). Kalau gak begitu, Saya jadi pusing sendiri. Biarin aja kan jadinya pusing sama-sama kalau Beliau tahu juga, hahaha. Karena pusing kali pusing sama dengan Ease.

"Perlu nomer rekening Elyasha?" Balasnya.

Elyasha Ease


Oh yah, Elyasha ini pilot project-nya Kang Aciel dengan teman-teman Beliau. Bukan psikolog, konselor ataupun therapist. Yah "cuma" Easelor yang nemenin dan dengerin Kamu ngobrol buat nemuin ketenangan, yang bahkan sebenernya ada dalam diri Kamu sendiri.

Saya jawab lagi dengan bercanda, eh serius sih. Yah Kami memang begitu. Bercanda dalam serius dan serius dalam bercanda. Klop memang. Tapi kemudian, Kang Aciel nyeletuk, kalau Saya bayar jasa "Easeling" mah atuh Sella selalu jadi pelanggan bisnis-bisnisnya Aciel dong. Mengingat bahwa kaos AIWA juga bikinnya di SEVACIEL-nya Kang Aciel (inget yah, itu bukan akronim Sella love Aciel loh, bukan).

Heum, sebenernya, bukan ke Kang Aciel aja sih. Sama teman-teman yang lain pun, Sella tetap bertransaksi selayaknya "Penjual-Pembeli". Mau seakrab apapun orangnya. Waktu sama Febriana Dwi yang udah kayak anak sendiri aja Aku gitu kok. Bahkan waktu minta tolong translate cerpen ke Ical aja Sella bayar, bikin logo buat K-DJ juga. Ke Agi juga pengen buku yang dijual yah beli. Ke Teh Dina pengen kerudung yah beli. Ke Hanum juga kalau mau minta Pulsa (walaupun bayarnya dirapel) dan bikinin proposal business yah Sella bayar jasa  atuh. Ah banyak pokoknya mah. Hahahahah. Malah, kalau butuh atau ingin sesuatu tuh ngecek dulu, punya temen yang jualan/buka jasa itu gak yah. Nah jadi bisnis temen teh priorities.

Kenapa gak minta "tolong" aja? Tanyakan kembali pada dirimu, Teman. Jangan ngegotein temenmu. Apalagi kalau Kamu masih mampu. Karena, bisa jadi, hal yang Kita "sepelekan" tersebut adalah jalan nafkah yang sangat berarti bagi mereka. Coba diposisikan aja dirimu yang kalau punya usaha eh orang disekitarnya dikit-dikit pada "Minta". Yah lain hal yah kalau memang niatnya mau sedekah atau filantropian.

"Relationship is something but Money is another thing." - Anonymous -

Oh yah, mungkin ada teman-teman yang butuh seorang profesional untuk teman ngobrol via chat atau minum teh, kopi maupun susu ataupun teman duduk di taman sambil ngitungin daun jatuh maupun butuh teman di perpus sambil ngeluapin keresahan. Bisa cek di fanpage Elyasha Ease yah, boleh malu tapi jangan malu-malu. Untuk Talk Session via WA maupun ketemuan di Public Space bisa free. Tapi kalau diundang datang ke rumah, heum administrasinya mesti diobrolin lebih lanjut. Apalagi kalau mau di ajak ketemu Ortu 😅

Kalau memang Sayang, dimaharin dong. Jangan gratisan mulu. Xixixixixixi.



Tampines, December 8th 2017

Wednesday, 6 December 2017


© 2017 PERI TINKERSELL

Pempek Dough

1¾ (350 ml) glass seafood broth
1¼ glass (250 ml) water
250 gr flour, sifted
4 medium sized chicken eggs
500 gr sago flour, sifted
½ tsp salt
Sugar

Filling

8 eggs
½ tsp garlic salt
¼ tsp ground pepper

Cuko Sauce

3½-4 glasses (700-800 ml) water
Spice paste for cuko
12 garlic cloves
8 red curly chilies
5 red bird’s eye chilies
4 tsp dried shrimp, soaked in warm water
1 block of palm sugar
3 tbsp tamarind
½ tsp salt

Directions;

Pempek:
Bring the seafood broth to boil with salt and sugar. Sprinkle in flour while stirring constantly until the mixture thickens and no lumps remain. Remove from heat. Stir until the mixture cools. Add eggs one by one while mixing at low/medium-speed with mixer. Sprinkle in sago flour while mixing. Do this until the dough is smooth and soft.

Shape the dough into balls the size of either golf or tennis balls. Hold in palm, curling fingers around ball shape and pressing in with thumb until the ball looks like a bowl. Fill the hollow of the bowl shape with whisked eggs and seal back into a closed ball shape.

Put the ball or pempek dos into boiling water. Let it balls surface and cook for 20 mins until the ball is chewy and the egg filling cooked. Remove from heat. Drain water.

Cuko:
Bring water to boil with spice paste. Lower the heat and let the cuko sauce cook down and thicken. Taste the sauce and strain it.

Serving: Fry or steam the pempek dos. Serve with cuko sauce and chopped cucumber. It is also can be served with yellow or angel-hair noodles.

Recipe from www.rasamasa.com



Tampines, 2017

Tuesday, 5 December 2017



"What a difference a day made. Twenty-four little hours
Brought the sun and the flowers. Where there used to be rain." - What a Diff'Rence a Day Makes, Dinah Washington -

Duh, ketika mendengar lagu ini, Saya jadi makin sadar bahwa hal kecil (apalagi besar) yang muncul dalam hidup itu sangat menghasilkan perbedaan.  Termasuk sebuah kalimat. Kalimat selesai dengan diri sendiri ini kembali mondar-mandir dalam benak Saya pasca 212 Reunion di Jakarta. Loh kenapa? Iya, soalnya ada seorang tokoh praktisi reunion yang mengunggah foto istri Beliau, memakai mukena dan membopong berikat-ikat uang rupiah pecahan seratus ribu. Dengan keterangan kurang lebih begini, "Kami sudah selesai dengan diri Kami sendiri. Untuk itu Kami tak mengharapkan nasi bungkus." Namun, salah satu komentar menggelitik tercetus oleh seorang netizen, "kalau udah selesai sama dirinya mah gak perlu ngepost foto duit. Kalau masih butuh pengakuan berarti belum selesai sama dirinya."

Source: Pinterest


Saya pun terhenyak. What the things. Selesai dengan diri sendiri = Tidak butuh pengakuan orang lain. Waw, Saya kesengsem dengan komentar orang tersebut. Tapi besoknya lupa. Dan hari ini, Saya kembali diingatkan oleh semesta tentang kalimat itu. Semesta mengingatkan melalui dunia maya.

Tersebut lah Teh V dan Kang T. Saya "kenal" keduanya lima tahun lalu tersebab pernah mengisi forum Business Sharing di UKM yang Saya ikuti ketika kuliah di Bandung. Beliau-beliau ini, penerima beasiswa Business MRUF. Sama seperti Kang Cahya. Dulu mah masih pada lajang lah. Saya berteman dengan keduanya di sosmed. FB dan IG. Sebagai aktivis (orang yang aktif maen) sosmed, Saya sering melihat unggahan dan pembaharuan lini media sosial Beliau-beliau, tentunya.

Saya tahu kalau Teh V dan Kang T sudah menikah, tapi kurang tahu kapan tepatnya. Sudah tahu juga kalau Teh V dan Kang T telah punya anak. Tapi yang belum Saya ketahui sebelumnya, ternyata Beliau ini saling menikahi, yah sepasang suami istri. Hahahahaha. Pengetahuan ini bermula karena Kang T sering sebut nama anak pertamanya dan bilang kalau istrinya mau melahirkan. Nah, tadi Saya tengok Teh V abis lahiran dan sebut nama kedua anaknya. Lah kok namanya sama seperti nama anak Kang T. Yah Saya jadi menelusuri lah. Ternyata benar.

Bagaimana Saya bisa baru tahu? Karena Beliau berdua sejauh ini TIDAK SALING MENANDAI, TIDAK ADA FOTO berdua, TIDAK ADA komentar cemungut lope lope-an di sosmed. Isi sosmednya bersifat umum, lebih kepada berbagi manfaat pada teman-teman.

Dan Saya langsung spontan memekik "Korang nih masing-masing telah selesai dengan diri sendiri!" Saya terpukau. Dan lagi, Kang T ini sekarang business-nya berkutat pada Peternakan dan Perkebunan, suatu bidang yang jarang disentuh oleh Pemuda. Ditambah lagi, berada di lingkaran ponpes, berlandaskan kesejahteraan umat. Amazing. Gimana kagak terpukau, soalnya kalau sudah sampai tahap selesai dengan diri sendiri ini, berarti udah melewati puncak kebutuhan manusia menurut teori Maslow, yaitu kebutuhan mengaktualisasi diri. Butuh diakui.

Hirarki Maslow's Theory


Orang yang sudah selesai dengan diri sendiri, tak butuh pengakuan orang lain. Sederhana saja, orang lain mengakui atau tidak, keadaan diri tetap lah begitu adanya. Kalau memang hartawan, tanpa pengakuan orang lain pun tetap hartawan. Kalau memang rupawan, tanpa pengakuan orang lain pun tetap rupawan. Kalau memang beriman, tanpa pengakuan orang lain pun tetap beriman.

Saya teringat salah satu kutipan indah dari tarikh Islam, dan sepatutnya memang Beliau ini telah selesai dengan diri sendiri.

"Tak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun. Karena orang yang mencintaimu tak memerlukan itu. Dan orang yang membencimu tak membutuhkan itu." - Sayyidina Ali R.A. -

Kemudian Saya kembali pada diri sendiri. Bertanya-tanya, apakah yang terjadi? Saya yang memang belum selesai pada diri sendiri atau Saya lupa memberi garis "cukup" atau juga barangkali garis "cukup" itu sudah ada, namun mata Saya sudah dipenuhi debu-debu ego hingga tak mampu melihatnya?



Tampines,
December 5th 2017