"Oh ternyata antara Bedu dan Wendy tuh kayaan Wendy loh." Ibu mengomentari sebuah tayangan di salah satu stasiun televisi nasional.
Saya yang sedang asyik melipat pakaian yang sudah kering habis dijemur cuma bisa diam. Karena sedari tadi memang kurang memperhatikan. Maka, malam minggu itu -yah saya cuma malam mingguan di rumah, maklum, lajang- saya habiskan malam untuk menelaah maksud, tujuan serta pesan moral dari acara yang dikomentari Ibu, kalau-kalau ada satu dua hikmah.
***
The Blusukan
Blusuk/blesek dalam bahasa Jawa artinya masuk. Jadi yang pertama kali saya tangkap dari judul acara bertajuk variety comedy reality ini adalah acara yang menayangkan tentang masuk-masukan, entah masuk rumah orang atau bahkan mungkin turut masuk dalam rumah tangga orang. Mungkin.
Sebenarnya saya sangat jarang menonton televisi, maklum kalau saya jadi kurang kekinian begini. The Blusukan ini juga "terpaksa" saya tonton demi memiliki quality time bersama Ibu, sekali lagi, maklum gak ada yang ngajakin mingguan. Duh.
Awal mulanya konsep acara ini adalah blusukan ke jalan-jalan serta tempat keramaian untuk berbagi rejeki. Saya ketahui kemudian dari narasumber terpercaya dan ter-uptodate dalam dunia pertelevisian, Ibu. Seperti gaya berpolitik Bapak nomer satu di Indonesia. Tapi lama-kelamaan kok jadi berubah haluan. Jadinya penuh dengan acara canda tawa mengaduk-aduk privasi orang yang notabene memang dari kalangan selebritis, rumah. Tidak salah-salah, acara yang ternyata kontennya sangat melatih kesabaran si empunya rumah tersebut tayang dalam durasi 120 menit pada prime time.
Awal mulanya konsep acara ini adalah blusukan ke jalan-jalan serta tempat keramaian untuk berbagi rejeki. Saya ketahui kemudian dari narasumber terpercaya dan ter-uptodate dalam dunia pertelevisian, Ibu. Seperti gaya berpolitik Bapak nomer satu di Indonesia. Tapi lama-kelamaan kok jadi berubah haluan. Jadinya penuh dengan acara canda tawa mengaduk-aduk privasi orang yang notabene memang dari kalangan selebritis, rumah. Tidak salah-salah, acara yang ternyata kontennya sangat melatih kesabaran si empunya rumah tersebut tayang dalam durasi 120 menit pada prime time.
Coba deh kamu mungkin yang belum sempet nonton episode awal terus bandingin sama yang sekarang-sekarang ini. Liat di Youtube, biar gaul.
Tapi sepertinya selama Ramadhan acara ini tidak tayang untuk sementara karena ada beberapa acara khusus Ramadhan. Biasalah kejar rating.
Malam minggu terang benderang waktu itu karena di rumah ada lampu yang menyala, kami menonton episode The Blusukan ke rumah Wendy dan Bedu -konon, keduanya tidak mengetahui akan diblusuki rumahnya- , dua orang sahabat yang sama-sama berprofesi sebagai komedian bahkan sempat berada pada satu grup lawak saat permulaan karier. Settingnya tukeran rumah, jadi si Wendy pulang kerumah Bedu begitu pun sebaliknya. Nah, ternyata tidak hanya sampai pada pertukaran rumah tapi juga ada adegan tukeran istri juga anak. Jadi Wendy serta Bedu mesti mengikuti permintaan tim kreatif untuk saling memanasi. Dikira sendal jepit kali bisa tuker pake.
Di saat syuting si Wendy dan Bedu mesti rela rumahnya diacak-acak bahkan sampai tempat tidur pribadi pun di injek-injek buat maen enjot-enjotan. Sedih pokoknya. Keadaan rumah Bedu yang jauh lebih minimalis furniturnya dibandingkan rumah Wendy juga menjadi sorotan. Emang salah kalau Bedu sukanya tidur tanpa dipan dan selonjoran di lantai? Bukan berarti Bedu kagak kebeli papan dan lemari pakaian, bisa jadi aslinya harta dia kebanyakan disedekahin, who knows?
Terus, apa coba maksudnya nih The Blusukan? Durasi dua jam cuma dipake buat ngegangguin malam minggu orang, hingga kini saya tidak bisa menjangkau nalar si Produser. Maklum, terlalu keblinger. Dan yang dimaksud dengan komedi tuh apa iyah yang membuat orang lain tertawa dengan menertawakan orang yang kepaksa ikut-ikutan ketawa padahal hati mah siapa yang tahu.
Jadi mbok yah kalau bikin acara yang memang dimaksudkan untuk melucu itu jangan yang sadis begitulah, merugikan orang lain. Walau kelihatannya ikhlas tapi sebagai manusia yang hatinya tidak malaikat tentu mereka menggerutu juga, dalam hal itu si mas Wendy dan mas Bedu. Sampai mesti "rela" istrinya dirangkul-rangkul orang. Mungkin sekarang belum ada tuh masalah tapi nantinyakan tidak ada yang tahu. Saya aja yang nontonnya gak tega, padahal bukan rumah saya yang diporak-porandakan.
Bukan cuma satu dua episode saja yah, hampir semua episode The Blusukan ini gak ada faedahnya terutama bagi saya pribadi. Memang siapa yang peduli kalau Wendy punya koleksi motor gede segarasi? Saya kan bukan petugas pajak. Heuh.
Pernah juga nonton yang episode Indra Herlambang dijodoh-jodohin sama tante Nia Daniati. Mas Indra dipaksa ikut dan didandanin macem penganten betawi diiringi tanjidor mengunjungi kediaman Tante Nia. Beliau inikan kaya raya, cantik dan terkenal entar juga ada lah yang menyambangi, gak perlu disodorin calon apalagi yang lebih muda banget. Please, mending bantu cariin jodoh buat saya aja, wahai Bang Denny Cagur.
***
"Mungkin Bedu uangnya habis dibagi-bagiin, Bu." Celetuk saya kepada Ibu yang kini menonton sambil nyemilin kacang kedelai biar gak bisa ketawa, katanya. Ngetawain orang terdzolimi kan dosa.
"Kok kita gak kebagian yah?"
Saya rasa kalimat terakhir ibu hanya gumaman beliau, jadi saya gak jawab. Lagi pula, saya masih fokus nungguin yang mau ngajak malam mingguan. Eh gak, bercanda.
B. Lampung,
Juni 2015
Juni 2015
sumber gambar: google
0 comments:
Post a Comment