Mendengar atau membaca kata poligami,apa yang terbesit dalam pikiran kita?
Kebanyakan orang langsung berpikir tentang seorang lelaki yang memiliki istri lebih dari satu dalam waktu bersamaan. Dan perempuan yang menjadi istri ke-sekian acapkali dipandang sebelah mata dan dianggap perusak hubungan rumah tangga orang.
Abang Ferdi Nuril dalam dua film bertema poligami |
Poligami adalah...
Dalam Ilmu Antropologi Sosial dan Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri, Poligami berarti...
Sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan jenisnya dalam waktu yg bersamaan.
Poligami dibagi menjadi 3:
- Poligini merupakan sistem perkawinan yang membolehkan seorang pria memiliki beberapa wanita sebagai istrinya dalam waktu yang bersamaan.
- Poliandri adalah sistem perkawinan yang membolehkan seorang wanita mempunyai suami lebih dari satu orang dalam waktu yang bersamaan.
- Pernikahan kelompok (bahasa Inggris: group marriage) yaitu kombinasi poligini dan poliandri.
Yang perlu digaris bawahi adalah, poligami tidak hanya berarti untuk pria. Jadi, praktik yang umum terjadi di masyarakat kita adalah praktik poligini. Kalau untuk praktik poliandri mungkin jarang kita temui. Beberapa dari kita pernah membaca kisah Mahabharata dalam kitab ajaran agama Hindu. Dimana Drupadi --putri dari Raja Drupada-- memiliki suami lima orang Pandawa. Nah itulah yang disebut poliandri.
Drupadi dan Lima Pandawa (source: Wikipedia) |
Cukup sudah yah pengenalan tentang pengertian Poligami. Sekarang saya mau ajak kamu menjelajah ke alam barzah eh ke alam pemikiran saya maksudnya. Serem juga kalau udah ke sana mah. Hehehe.
Pas masa kuliah dulu, saya dan Yuval juga Kang Acil main-mainan jadi keluarga poligami. Tentu saja Kang Aciel yang jadi suami, bukan Yuval. Walau secara ke-macho-an, Yuval jauh lebih gahar daripada Kang Aciel. Malahan kami membuat ikatan AIWA yang berarti Aciel's Infinity Wifes Association tapi sekarang udah dibubarkan sih. Mungkin, di sanalah titik balik ketegasan saya untuk makin mendukung poligami. Bahkan kalau pun mendapat kesempatan itu, rasanya saya malah senang. Walau orang-orang di sekitar saya kebanyakan menyangsikannya. Cuma, ada satu lagi kalimat dari seorang teman yang bikin saya makin tertohok,
Daripada suami selingkuh, rasa sakit juga dosanya berkali-kali lipat. Mending izinin atau malah bantuin suami buat ngelamar wanita lain (lagi). -Teh Anita-
Kurang lebih begitulah penuturan Beliau. Nah setelah diperhatiin dari serangkaian kalimat diatas yang udah saya ketik, kalau dilihat-lihat seperti dari sudut pandang istri pertama yah? Hehehe. Memang, kebanyakan kita selalu langsung tarik simpul "sakit banget" jadi istri pertama, in other word, istri pertama adalah "korban" dari praktik poligami. Padahal, belum tentu kita udah ngerasain sendiri, kan?
Di dalam otak saya, kamu bisa lihat-lihat ini. Saya mau coba tunjukkin makna poligami dari sudut pandang istri ke-dua/seterusnya.
Jadi yang kedua itu...
Tidak semudah kelihatannya. Jadi yang kedua artinya kamu mesti lebih "sempurna" dari yang pertama. Mesti lebih cakep, lebih cakap, lebih cerdas, lebih care dan terpenting...lebih shaleha. Kalau tidak bisa "sempurna" dari semua hal, minimal satu lah. Kalau kamu gak punya kelebihan satu pun, lalu bagaimana kamu bisa menjalankan misi sebagai "penyempurna" rumah tangga yang telah terbina sejak sebelum kamu ada?
Jadi yang kedua, artinya kamu mesti meredam ego. Punya kesabaran tingkat maestro dan gak cemen. Betapa, banyak hal yang mesti kamu hadapin, selain dari luar rumah seperti pandangan miring tetangga. Dari dalam rumah pun, kalau-kalau istri pertama masih punya rasa "kesel" ke kamu, kan?
Maka...
Jadi yang kedua, artinya kamu mesti meredam ego. Punya kesabaran tingkat maestro dan gak cemen. Betapa, banyak hal yang mesti kamu hadapin, selain dari luar rumah seperti pandangan miring tetangga. Dari dalam rumah pun, kalau-kalau istri pertama masih punya rasa "kesel" ke kamu, kan?
Maka...
Saya gak ngajak kamu buat ikut-ikutan. Cuma ngajak kamu menjelajah sedikit ke alam pemikiran saya. Tiap orang punya pertimbangan sendiri dalam mengambil keputusan --yang pasti diharap-- menjadi keputusan terbaik dalam hidupnya. Lagi pula, selama kamu bisa ngatasin hatimu, maka gak ada yang namanya sakit.
Jadilah madu yang manis, seperti punya lebah. Yang penting qana'ah. - Kang Aciel -Lagipula, kamu tega/gak tersentuh gitu ngeliat temen kamu yang sudah berusia matang (banget) apalagi kalau orangnya introvert padahal istri-able dan masih juga ngejomblo sedangkan kamu asyik cekakak-cekikik sama suami dan (calon) anak-anak kamu terus share ke sosmed. Dan dia cuma bisa elus-elus dada sambil sesenggukan di atas sejadah kalau malem. Kamu, berani ngelamar temen yang kayak gini buat suami kamu?
Kalau kamu masih jomblo, berani gak nerima lamaran dari istrinya calon suami? Hahaha.
NB: Abang Nuril kok maen film yang poligamian tapi selalu aja meluk istri pertama, tah eta betapa istri kedua mesti syabaaaaar.
Bandung, 5 April 2016
Masih ujan dan gak ada Irma karena pulang ke Garut.
0 comments:
Post a Comment