"Life is Just a Bowl of Cherries. Sometimes It is sweet or Filled with Worries. Don't be afraid, When Things Go Wrong, Just be Strong." - Mocca, Happy! -
|
Horse in the hole (source: stuff.co.nz)
|
Pernahkah kamu merasa terperosok dalam masalah yang begitu besar (menurutmu) dan bahkan hampir tiada seorangpun yang berpihak kepadamu bahkan juga kamu merasa seluruh penghuni Bumi menolak keberadaanmu?
Jika Ya, sila lanjutkan baca. Kalaupun tidak, tetap baca saja. Mungkin, suatu waktu ingatan tentang post ini bisa sedikit membantumu dikala sesak. Saya punya sebuah cerita klasik...
Seekor kuda terperosok ke dalam sumur yang sudah kering. Karena sudah tidak mungkin menolong kuda tersebut, maka orang-orang di kampung memutuskan untuk menutup sumur itu. Mereka ingin mengubur kuda itu hidup-hidup supaya bangkainya tidak mengganggu dan agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Merekapun bergotong-royong mengangkut tanah dan memasukkannya ke dalam sumur. Lalu, apa yang terjadi? Setiap ada tanah yang mengena punggungnya, kuda itu selalu membuangnya ke bawah lalu memindahkan kakinya ke atas tanah tersebut. Semakin tinggi tanah menutupi sumur, maka semakin tinggi pula posisi kuda itu. Sehingga akhirnya ia bisa keluar dari sumur dengan selamat.
Apa hubungannya ?
Januari 2016 lalu, saya tersenggol masalah besar --menurut saya saat itu, itu masalah besar--. Saya kehilangan tempat tinggal sekaligus kehilangan pekerjaan. Bahkan setelah persoalan saya sempat menjadi viral di jejaring sosial, saya makin merasa terpukul. Seperti semua orang tidak ingin melihat keberadaan saya di Bumi lagi. Tapi alhamdulillah, tidak sampai kepikiran untuk bunuh diri atau apa. Yup, bahasa kasarnya, saya diusir dan dipecat pada hari yang sama. Hari jum'at. Bahkan, saat itu saya memiliki uang simpanan pas-pasan, cuma cukup buat ongkos pulang ke Lampung. Tapi, itu tidak memungkinkan juga. Saya tidak mungkin pulang dalam keadaan seperti itu. Ada akibat, tentu saja ada sebabnya. Ini tentang "TRUSTED", kepercayaan. Kepercayaan yang hilang dari mereka untuk saya. Bukan "kepercayaan" seperti agama, jika itu yang kamu maksud. Bukan pula kepercayaan tentang kita berjodoh, jika itu pula yang kamu maksud.
Seperti yang pernah saya ceritakan dulu, tentang
surat terbuka untuk Hani. Itu adalah masalah yang saya ciptakan di tahun 2013 namun masih berefek hingga 2016 bahkan mungkin hingga akhir hayat, but never end learning to be a great person. Itu akan saya pegang selalu. Jadi cerita singkatnya, teman sekamar saya tahu tentang saya di waktu dulu dari bibi saya (biasa saya memanggil mama) dengan respon yang "berlebihan" --memang teman saya orangnya begitu-- dia kehilangan kepercayaan untuk saya. Karena memang pada saat itu juga, ada beberapa kejadian yang jujur memang saya lakukan tapi ada juga yang tidak. Teman saya dengan respon berlebihannya memberi tahu kepada atasan saya dan tentu saja, Atasan saya pun merespon dengan berlebihan. Sebab Beliau mendapat cerita dari respon berlebihan. Good Job.
Kita semua kadang tau tapi lupa, bahwasanya;
Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjingkan sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” - Al-Hujurat 12 -
Saat itu saya dipecat dengan pertimbangan atasan "takut" saya melakukan itu terhadap Beliau. Tapi, saya juga punya banyak prasangka buruk saat itu yang tidak untuk dibahas di sini. Hehehe. Tapi intinya, saya sempat berprasangka buruk ke Allah, Astaghfirullah banget.
Saya hampir hilang arah. Menganggur dan gak punya tempat tinggal. Tapi alhamdulillah masih bisa hidup sampai sekarang. Ada seorang Ibu yang berdagang di dekat tempat saya kerja dulu, menawarkan saya untuk tinggal secara "cuma-cuma" di kost yang Beliau sewa untuk karyawannya. Kepada ibu itu saya menyapa dengan panggilan "Teh Lis". Walau dibilang cuma-cuma, saya tentu harus tahu diri. Saya ikut bantu-bantu walau sedikit mengolah dagangan Teh Lis. Beliau dagang Ayam penyet di Simpang Sarimanah dekat Plang Panti Asuhan Alfin, Sarijadi, Bandung. Kalau kamu kebetulan lewat sana atau memang sengaja mau coba, mangga. Asli enak, bukan gombal.
Setelah hampir sebulan menganggur dan galau merasa sangat-sangat terpuruk itu akhirnya saya berbenah diri. Mengais keping-keping kepercayaan, pada diri sendiri, paling tidak. Tepat 1 Februari barulah saya bergabung di Perusahaan
Start-Up Paper Packaging dan saya merasa kaget karena kerjaan saya di sini benar-benar Passionate. Saya mengoordinir pada bagian produksi. Dan membuat samples untuk customer, misal membuat hardbox. Sangat suka! Melakukan "kerajinan tangan", saya banget. Hampir dua bulan saya menumpang pada Teh Lis dan sekarang saya kost sendiri di dekat Al-Aqsa. Biar kayak di Palestina. Biar kerasa dan selalu merasa harus "Berjuang". Itu saja. Tidak konyol, kan?
|
Hardbox © 2016 Peri Tinkersell |
“Hard is trying to rebuild yourself, piece by piece, with no instruction book, and no clue as to where all the important bits are supposed to go.” - Nick Hornby, A Long Way Down -
Ketika mendapat masalah, kadang kita hanya fokus pada masalah saja. Tidak pada solusi. Seperti kuda yang terperosok itu. Harusnya dia mati terkubur, kalau dia tidak melihat solusi. Yah! Bahkan sebenarnya masalah akan membuat levelmu naik! (dalam kasus saya, saya mendapatkan pekerjaan yang lebih dan tempat tinggal yang sekarang saya bisa membayarnya sendiri tanpa harus nyusahin orang lain) Insyaallah! Jika kamu bisa mampu menaikinya. Tapi jika tidak, kamu hanya akan membusuk dan melebur bersama masalah-masalah itu. Memang, tidak mudah mengumpulkan kembali kepingan-kepingan dirimu setelah "hancur" tanpa buku panduan, tanpa petunjuk. Tapi semua jadi mudah ketika kamu memiliki panduan dan memilik petunjuk. Bagi yang muslim, tentu saja Al-qur'an dan Hadist. Tapi ingat juga, seluruh isi alam semesta adalah ayat-ayat Tuhan.
Dan saya tahu benar dari awal, kalau teman saya itu masih sayang ke saya. Walau memang sangat tidak memungkinkan untuk tetap mengizinkan saya tinggal bersamanya saat itu. Dan saya benar, karena baru-baru ini dia mengomentari status saya di sosial media. Saya kaget, hehe, sebenarnya saya juga malu. Karena sudah membuat kekeliruan dan bahkan berburuk sangka kepadanya.
"Maaf juga... *cry emoticon* banyak salah sama sella hiks hiks, merindukan nadine, hahahaha" - Komentar Teman -
Saya terharu, sangat. Ketika orang yang saya kira akan membenci saya seumur-umur sampai ke ubun-ubun menyapa saya duluan. Dan (lagi) saya tidak melihat kejadian saat dulu itu sebagai hal yang harus dilupakan. Mengapa? Karena itu sudah terjadi dan tergaris sebagai Qadha dan Qadar saya. Perlu juga untuk dilekatkan pada ingatan, bahwa qadar/takdir tidak melulu soal yang baik. Kalau kamu masih menganggap begitu, berarti imannya baru 5,5 hehe. Jadi, Sudahkah meyakini rukun iman yang enam?
Nb:
1. Teman saya ini namanya Anita Komala Dewi, sekarang masih sibuk ngurusin skripsi untuk Prodi Bahasa Arab (Pend) di UPI Bandung, ngurusin skripsi biar skripsi gak gendut *naon sih*. Dan quote tentang poligami itu juga saya kutip dari obrolan santai kami. Kadang-kadang obrolan cemerlang bisa hadir dalam suasana sederhana. Sambil makan Richoco dan minum teh, misal. Katanya juga, hari ini Teh Anita sedang rindu kepada kolek terigu buatan saya. Entah mana yang lebih berat, rindu ke saya atau kepada masakan buatan saya. Tapi yang pasti, Teh Anita rindu untuk segera memakai baju Wisuda eh atau baju pengantin yah? Hahaha.
2. Dia biasa panggil saya "Nadine" alias Nadine Chandrawinata. Dan saya panggil dia "Moody" alias Maudy Ayunda. Alasannya heum cukup kami saja yang tahu. Keberatan?
3. Saya memosting kisah ini karena memang sudah janji untuk bercerita "mengapa saya gak merasa Teh Anita punya salah". Biar sebagai catatan perjalanan juga. Sejarah memang perlu dicatat. Sebagai jejak.
4. Barusan Teh Anita baca ini dan ada klarifikasi dari Beliau:
Baru baca, waktu itu sblm tth nghubungi ibu, udah ada yg nghubungi ibu duluan. Pas mau basa basi kenalan dan tny ttg sella ehh ibunya langsung jwb: sella sdh sy pecat *shock* trs br tth ceritain kronologinya dan blg sm ibu berharapnya sella dan nan** ga usah dipecat, krn yakin mereka msh pny sisi baik cuma klopun msh mempekerjakan, hati-hati, kalau2. Cuma ternyata sblm tth ngehubungi pun ibu udh mecat sela. Hari pertama..hari kedua...sebenernya kepikiran..duh sella tidur dmn ya?
.
Terkait status yg viral sebenernya sebatas info utk tmn2 di friend list akun aja, krn tth bnr2 gtw siapa sella sblm nya dan pny motif apa, trs kadung tmn2 fb tau kita deket. Takutnya klo ada hal2 yg tdk diharapkan jd ikut terseret, ehhh ada yg ngshare heboh.
Bandung, 12 April 2016
Masih di workshop untuk ngitungin pengeluaran produksi, hadeuh.