Wednesday, 29 November 2017



© 2017 PERI TINKERSELL


INGREDIENTS;

400 gram fish fillet
200 gram Prawn peeled
100 gram grated Coconut
5 t pcs Chili Padi chopped (you can skip this if you can’ tolerate spicy) (in Bahasa called "cabe rawit")
6 Leaves pcs Kaffir Lime
2 Leaves pcs Bay
1 pcs Lemongrass use the white part, crushed
1 tbsp Tamarind water
1 tbsp Salt
1/2 tsp Black Pepper coarse
1 tsp Brown Sugar
2 tbsp Canola Oil
Lemongrass for the skewer

PUREE WITH A FOOD PROCESSOR OR A MORTAR ;

4 pcs Red Chili Paper
4 cloves Garlic
8 cloves Shallot (Indonesian shallot is smaller than the regular shallot so you can less the amount )
1 cm Turmeric peeled
1 cm Ginger
1 pcs Tomato deseed, chopped
5 pcs Candlenut

INSTRUCTIONS

Finely, chop the prawn and fish, set aside. (or use a food processor)

In a non-stick pan over medium heat, add the canola oil, stir in the spices that have been pureed, kaffir lime leaves, lemongrass, bay leaves, chili padi and tamarind water cook until fragrant.

Add salt, black paper coarse, brown sugar, taste and add more salt if necessary.

Add the grated coconut, and stir until well combined and keep stirring for 1-2 minutes more.

Remove from heat.

Combine all the spices with the fish and prawn, mix well.

Place 1-2 tbsp of the satay meat in the palm of your hand, place the lemongrass in the center of the meat, wrap gently with your hand. Set aside.

Prepare a non stick grilling pan, spray the pan with oil, place the satay on the pan and grill on each side with a medium low heat.

Once your satay is turn into golden brown on each side, the satay is done, remove from heat.

Ready to serve! 😍

Idea;
https://askchefdennis.com



Tampines, 2017

Wednesday, 22 November 2017


© 2017 PERI TINKERSELL


Ingredients;

1/4 c low-sodium soy sauce
3 tbsp honey
2 cloves garlic, minced
Juice of 1 lime
1 tbsp lingham's sauce
2 tbsp sesame oil
1 tbsp cornstarch
1 lb skinless chicken breasts
Sesame seeds
French Beans

Directions;

Preheat oven to 350 degrees F. 
Make glaze: In a medium bowl, whisk together soy sauce, honey, garlic, lime juice, lingham's sauce, 1 tablespoon sesame oil, and cornstarch.
Season chicken with salt and pepper. 
In an ovenproof skillet over medium-high heat, heat oil. 
Sear chicken and let cook until golden, 4 minutes, then flip and let cook 4 minutes more. 
Pour over glaze and transfer to oven.Bake until chicken is cooked through, 25 minutes. Heat broiler.
Bake French beans for 7 minutes.
Spoon glaze over chicken and broil 2 minutes. Garnish with sesame seeds.

Nb:
Recipe Idea from http://delish.com



Tampines, 2017

Friday, 17 November 2017



 © 2017 PERI TINKERSELL


Friyay~
Sebenernya National Orchid Garden ini masih berada di kawasan Singapore Botanic Garden. Ya Rabbana, Sella gak nyangka kalau Botanic Garden seluas itu namun tak seluas prasangka baikku padamu.

Kali ini Sella gak pake public transportation, tapi kalau pakai MRT itu dari Tampines (pakai East West warna Hijau) turun di Bugis (pindah ke Downtown Line warna Biru) turun di Botanic Garden station. Sebenernya di Interchange Tampines juga ada MRT downtown line tapi entar jadinya muter-muter loh. Capekkan.

Botanic Garden sendiri punya beberapa pintu masuk, kalau Sella tadi masuk melalui Nassim Gate. Kesan pertama masuk, inginku berkata kazar saking senengnya. Eh mestinya berkata-kata yang baik yah, hahahahah. Kamu bakal liat Amphitheatre keren di deket danau ketika menuju Orchid Garden.

Orchid favourite Sella © 2017 PERI TINKERSELL

Qadarallah was raining pas Sella mau masuk Orchid Garden-nya. Tapi ada jual ponco plastic (bener-bener persis bahan kantong kresek) seharga $3,50 dan tempat jualan souvenir di gate masuk. Dan souvenir yang paling aduhai itu yah necklace dengan gantungan Bunga Anggrek yang dilapis emas~ harganya di atas $100 yah Sella sih gak belilah 😂

Bunga Anggrek asli disepuh Emas © 2017 PERI TINKERSELL

Oh yah, di sana tuh ada beberapa tempat yang memang dikhususkan untuk photo spot. Terus ada satu bangunan yang isinya Anggrek khusus dengan nama-nama orang terkenal (Kepala Negara and Families?) Ada Bunga Anggrek-nya Ibu Tien Soeharto juga dong.


Anggrek Tien Soeharto  © 2017 PERI TINKERSELL


Pokoknya saking luasnya ini Sella keliling Taman Anggrek-nya doang aja hampir dua jam! 😂 Siip bangetlah buat yang mau hidup sehat. Jadi karena hujan dan luas, maka Sella cuma menjelajah Taman Anggrek aja. Insyaallah lain waktu akan menjelajah sisi lain dari Singapore Botanic Garden.

Sella mulai lelah © 2017 PERI TINKERSELL

Salah satu spot photo © 2017 PERI TINKERSELL

Tiket masuknya?
Ooooh tenang, kalau Sella ngasih review berarti kagak Mahal 😂 masuk ke sini GRATIS! Tapi masuk ke Orchid Garden-nya bayar untuk dewasa $5, anak dibawah 6 tahun Free dan Senior Netizen/Anak Sekolah Bayar $1 aja.
Namun, bagi Kamu yang pengen gratis masuk ke Orchid Garden-nya Free dateng aja mulai 11/11 sampai January 1st. Pokoknya kalau lagi School Holidays di Singapore itu masuk Taman Anggrek-nya Gratiiiiiiiissssss!!!!!

Kalau bisa gratis sesuai ketentuan yah manfaatkanlah~
Walau hujan tetep stunning pephotoan karena Kita mah main sambil membaca ayat-ayat di alam. #doanovemberain

Happy Weekend 😚

Wednesday, 15 November 2017

Ngegoreng ayamnya pake potatoes starch. Harumnya rada gimana gitu~



© 2017 PERI TINKERSELL



Bahan Crispy Chicken;

Daging Ayam 500gr
Tepung Kentang 100gr
Bumbu Kari (bisa pakai yang bubuk, atau bumbu apa aja, suka-suka)
Oregano 1/2 sdt
Garam 1 sdt
Minyak untuk menggoreng

Bahan Saus;

Minyak Zaitun 2 sdm untuk menumis
Bawang Bombay 1/2 buah yang kecil
Lada Hitam bubuk 1 sdt
Saus Sambal 3 sdm
Saus Tomat 2 sdm
Kecap Asin 1 sdm
Daun Jeruk 2 lembar
Air 200 ml
Tepung Kentang 1sdt


Cara Buat;

Ayam cuci bersih, tiriskan, toel-toel pakai tissue biar airnya cepet ilang. Letak dalam wadah. Tambahkan bumbu Kari, oregano juga garam. Gaul hingga rata. Simpan dalam fridge kurleb 15-20 menit. Setelah Dari fridge, balur dengan tepung Kentang. Goreng dalam minyak panas hingga matang. Tiriskan.

Tumis bawang Bombay yang udah diiris-iris. Tambahkan daun jeruk sampai harum. Tambahkan air. Masukkan aneka saus, lada hitam, kecap asin. Aduk-aduk. Koreksi Rasa. Campur tepung Kentang dengan sedikit air, masukkan dalam saus. Masak hingga mengental. Campurkan ayam crispy dengan saus. Gaul hingga merata. Angkat. Sajikan.

#sellatips

1. Masak saus dengan api kecil.
2. Penggunaan tepung Kentang, dipilih karena bisa ngasilin ayam yang renyah namun tetap lembut. Beda dengan tepung lainnya.
3. Tepung Kentang kalau udah mateng gak akan se-golden tepung terigu warnanya.


Tampines, 2017

Tuesday, 14 November 2017


Photo credit: www. furballcritters.com

Beberapa hari kebelakang, selepas Mba Kahiyang Ayu anaknya Pakde Presiden Menikah, ada sebuah video instastory komentar lelucon (katanya make-up Mba Kahiyang kayak hantu) dari seorang selebgram yang viral bahkan sempat masuk dalam postingan akun gosip di Instagram. Saya termasuk kudet (kurang update.red) untuk hal ginian sebenarnya. Tapi karena salah seorang teman dekat memberi tahu, jadi deh tahu, eh tahu bunting enak kali yah *gagal fokus*.

Sebenarnya Saya secara pribadi gak kenal sama Mba Selebgram-nya tetapi jauh sebelum "peristiwa" itu muncul, Hanum, teman Saya, pernah nunjukin akun Mba-nya. Ngasih tau gitu make-up yang lagi in. Eye shadow bawah mata yang menurut penglihatan Saya --yang gak cakep dari sananya ini dan sekarang gak suka make up-- malah membuat kesan pucat gak segar macam orang sakit. Nah karena melihat akun si Mba-nya ternyata Doi itu calon istrinya (sekarang sih udah resmi nikah) teman sekelas Saya pas SMA kelas 2&3. 

Dulu yah sebelum kejadian ini, Saya lihat sekilas akunnya Mba Selebgram, penuh pujian hampir disetiap postingan. Fotonya memang bagus-bagus, cantik & anggun. Beninglah kalau istilah anak cowok mah. Namun, pasca kejadian viral itu akun Mba Selebgram menghilang. Saya juga kalau jadi Doi mah mending tutup akun aja dulu lah. Pusing. Apalagi masih bulan Madu. Heu. Tapi yah, hampir disemua postingan akun gosip tea yang memposting lelucon Mba-nya, ada aja akun bodong yang bikin suasana panas. Pokoknya pedes, jahat. Jadi kayak yang akun itu sengaja dibuat untuk makin menjelekkan si Mba-nya. Duh, niat banget ye...

Melihat persoalan Mba Selebgram, sebenernya ini tuh masalah biasa yah, tiap orang biasanya sih pernah keceplosan komentarin orang lain, lah Saya aja pernah bilang make-up Die pucat kayak orang sakit, kebetulan aja Saya bukan Selebgram dan si Hanum gak Screen Shot Kite punya obrolan. Lah apa jadinya kalau Saya orang terkenal terus ketauan ngomong "nyambel" kayak gitu? Yah gak beda jauh deh sama Mba ini. 

Ada juga persoalan Seleb yang lepas jilbab karena alasan apa gak tau dah gak ngikutin infotainment, heheheh. Jadi heboh seantero. Lah di sisi lain juga Saya baca cerita dari Teh Anita kalau temennya yang dulu sempet ngaji bareng terus sekarang jadi tentara dan lepas jilbab. Dan, honestly, karena suatu situasi kondisi yang harus dijelaskan secara pribadi, Saya juga pernah lepas jilbab dalam kurun waktu dua bulan. Yah karena sekali lagi, Saya mah bukan  seleb, jadi orang gak heboh. Dan semoga Allah mengampuni Kita.

Dari sini Kita belajar, gak selamanya Kita berada dalam posisi ini. Dan, gak semua orang yang bersama Kita saat berada di atas adalah orang yang bener-bener sayang. Kata Hanum juga, kesuksesan tuh mengundang kaum munafikun. Kata Hanum loh yah, bukan kata Saya. Hahahahah. Ini bukan cuma perkara dunia yah. Kita juga yang merasa Shaleh & Shaleha, lebih baik hilangkan perasaan begitu~ karena Kita gak tau bagaimana catatan akhir Kita. Lagian juga yah, aib diri ini mah yelah  numpuk banget, mudah bagi Allah buat ngebuka dan muter balikin posisi Kita sekarang. Yang perlu Kita lakukan adalah terus bergerak di jalan kebenaran. Benar menurut apa? Pedoman hiduplah, Al-qur'an dan Hadist. Yah sama lah, Saya juga masih baca-baca ini pedoman. Kadang-kadang juga melenceng, yah balik lagi, semoga Allah mengampuni Kita.

Gitu deh, hidup ini kan bukan berputar tapi Kitanya tetap di situ-situ aja. Kadang Kita di atas, dengan pujian riuh ramai. Kadang juga Kita di bawah, penuh cibiran dan dimampusin orang-orang. Iman juga gitu, up & down. Karena Kita bukan Hamtaro maupun Marmut merah jambu-nya Bang Radit yang seakan berjalan jauh tapi gak kemana-mana. Insyallah Kita mah lagi ngayuh sepeda di alam bebas, bukan di tempat nge-gym juga sih. Itu mah sama aja kayak Marmut di kinciran.




Tampines, November 14th 2017.

Sunday, 12 November 2017



© 2017 PERI TINKERSELL


Kali ini ngunjungin City Hall. Yang mentereng banget diliat pas keluar dari MRT City Hall adalah St. Andrew's Cathedral, gereja katedral terbesar di Singapore. Dan ternyata, field-nya jadi semacam tempat piknik kalau hari minggu dan kebanyakan sih pekerja dari Indonesia (Sella mendengar banyak orang berbahasa Jawa). Di seberangnya ada Pusat perbelanjaan. Ada toko sepatu BATA juga, hahahahah. Jadi inget jaman sekolah.

Nah, kalau jalan terus, di samping Cathedral ada National Museum dan National Gallery Singapore. Bangunannya khas Inggris banget. Eh sebenernya hampir semua bangunan Public di sekitar City Hall masih kental Inggris-nya sih. Apalagi jembatan deket Parlement, gak motret karena sudah lelah mau jalannya 😂 mungkin kalau jalannya sama Kamu tak akan Aku selelah itu~

St. Andrew's Cathedral © 2017 PERI TINKERSELL


Dari sini juga keliatan tuh si mentereng Gedung Marina Bay the Bay serta Bianglala. Sama ini, Padang juga deket-deket sini. Bukan Padang kampung halaman Ayahnya Sella, tapi Padang mean field. Ruang terbuka luas.

© 2017 PERI TINKERSELL

© 2017 PERI TINKERSELL

© 2017 PERI TINKERSELL


Oh yah, info tambahan:

Untuk yang mau berkunjung ke National Gallery Museum Singapore (1 Saint Andrew’s Road, #01–01, Singapura 178957).

Jam bukanya minggu – kamis, atau libur nasional 10 pagi – 7 malam. Kalau jumat, sabtu, 10 pagi – 10 malam. Harga Tiket Masuk National Gallery Museum beli di loket;

- 20 SGD (Adult)
- 15 SGD (Child)

Harga tourist itu yah.

Kalau Sella sih, FREE! (Pokoknya Kita mah halan-halan asyik dan hemat yah, hahahaha) Soalnya untuk Senior Netizen (Disability) dan 1 orang caregiver-nya itu gratis masuk. Kapanpun di jam operasional.

Tapi, mentemen yang mau masuk gratisan, tak usah gusar. Kalian berkunjunglah pada tanggal di bawah ini;

- New Year’s Day (1-2 Jan)
- Chinese New Year (28-30 Jan)
- International Museum Day (18 May)
- Hari Raya Puasa (25-26 Jun)
- Singapore National Day (9 Aug)


Selamat beraktifitas 🤗

Friday, 10 November 2017


Tanggal 5/11 si Sella dari jam 9 a.m sampe 9 p.m berada di luar. Mulai dari medical check up (karena udah dikirimin Surat cinta oleh MoM) terus ngendep di Bedok, Ke Tampines Hub Swimming Pool, Mam di Encik Tan at Our Tampines Hub dan last pergi ke Library yang masih di kawasan Tampines Hub. Maklum, kan edisi jalan-jalan hemat 😅

Selain punya kerjaan duniawi sebagai Peri, Sella juga punya kerjaan sebagai tukang baca. Baca hati dan fikiran Kamu, misal. Makanya, berkunjung ke Library mah bagai wisata. Apalagi yah di sini buku teh rada mahal, itu buku (novel) yang Daku pinjem aja harganya sekitar @$30an SGD. Sedih hati Adek, Bang. Apalagi inget sale besar-besaran cuci gudang di Negara asal. Bisa dapet sekardus cynt. Lagian, kenapa sih harus sampe cuci gudang 😐

Selalunya si Sella kalau pergi ke NLB tuh yang di Victoria, Bugis. Nah, kali ini diajakin ke Regional NLB. Penasaran dong. Secara Tampines Hub mah cuma naek Bus sekali dari rumah eh malah bisa jalan kaki paling 1,5 KM. Ih taunya yah walaupun gak sebesar yang Pusat, tapi Regional NLB ini asoy anet.

© 2017 PERI TINKERSELL

© 2017 PERI TINKERSELL

© 2017 PERI TINKERSELL

© 2017 PERI TINKERSELL


Terdiri dari 5 storeys. Nah, kalau level 2 tuh isinya dvd sama buku-buku masak. Terus, ada studio Kitchen-nya dong 😌. Lantai 3 tuh Reading Garden/Park. Tempat duduknya kayak cage burung-burungan gitu. Terus level 4 dan 5 focus pada buku non-fiksi gitu deh. Dan favourite Sella, lantai 6, isinya buku-buku non-fiksi plus newspaper.

Yang serunya apa coba? Iyah, nih yah si Library teh punya view lapangan Bola. Dan banyak bangku baca yang di set menghadap kesana. Next time photo lagi, tadi hape keburu yassalam batere-nya.


© 2017 PERI TINKERSELL


Dan salut euy, banyak anak-anak diajak ortunya. Yah gak mungkin bosenlah yah insyaallah, kalau tempatnya nyaman dan eye-catching.

Oh yah, kalau untuk warga Asing, untuk buat kartu member NLB tuh sekitar $52 SGD ($42 untuk suman, yang $10 lagi untuk keanggotaan). Sella juga minjem 2 buku eh novel, wkwkwkwkwk. Besok lagi di share. Sella bikin kartu anggota? Yah gak lah, minjem ku batur aing mah. Hahahahha.

© 2017 PERI TINKERSELL




Bye, see you on next post~

Thursday, 9 November 2017



©Asril Tanjung Arasyid


Sebagai makhluk yang susah dimengerti versi manusia, Sella susah juga punya partner yang klik lahirriyah dan batinniyah. Sama Teh Anita yang pernah tinggal bersama aja kadang suka bergesekkan pendapat. Nah, Salah satu dari sedikit partner klik ini adalah...yah siapa Dia, yang sudah cukup sering di ketik namanya dalam blog Sella. Hari ini Sella khususon membahas Dia,


Asril Tanjung Bin Muhammad Rasid


Yup, Kang Aciel adalah mantan "Suami" Sella dan Yuval, dalam komedi #AIWA yang alhamdullillah udah Sella bubarkan pada tahun 2015. Pria jebolan Bandung pada 29 September 1991 ini adalah bungsu dari 3 bersaudara. Jadi bisa dipastikan, Kang Aciel ini kesayangan Teteh-Tetehnya. Mungkin itu juga sebab mengapa masih lajang hingga kini. Masih dianggap imut dan susah dilepas untuk mengarungi dunia luar rumah. Mungkin.

Kang Aciel ini keturunan Minang. Dengan tinggi tubuh sekitar 15-20 cm lebih tinggi dari Sella. Tapi kenapa matanya sipit kayak China? Sella juga gak tau, tapi Sella rasa itu diturunkan dari Mamah Yunidar (And this remind me of my grandma's name from Ayah, Asnidar). Tapi Akang gak putih China kok, but he said my skin is dark. Padahal Sella punya kulit walau gak putih yah gak item juga sih. Lah jadi curcol.

Istimewanya Kang Aciel apa sih? Heum, kayaknya memang mesti kenal langsung deh baru bisa tau istimewanya~ Percayalah, Kang Aciel gak "semurtad" keliatannya. Ia hanya mencintai Tuhan dengan cara yang sedikit khusus. But, terlepas dari kurang dan lebihnya Dia sebagai makhluk, yang penting klik ke Sella. The basic of our partnership is "Nyambung". Bagi Sella, nyambung adalah keutamaan. Karena ini jadi dasar untuk komunikasi juga, kalau gak nyambung, cemmana pulak nak berbual, kan?

Jadi gini, hari ini Sella lagi in the mood to write. Dan Akang baca, yang kemudian Sella jadi baca juga tulisan Akang. Honestly, this is first time for me feeling up and down at once. Tulisan-tulisan Akang tuh magis. Sampai kepikiran eta otak sama hati yang bersayam pada raga Kang Aciel kok Keren banget, Cinta dah gue. I can't explain, Kamu bakal tau kalau Kamu baca. Sayangnya, itu tulisan istimewa anet. Di-setting khusus dong pembacanya. Tapi ada yang melekat banget di alam fikir Sella. Gapapa deh Sella kasih buat Kamu,


"...Ia selalu menerorku, bahkan walau tau bahwa Ia itu misteri..."


Kata-kata ini sangat menggetarkan si Hati. Mengusir sang rasa khawatir juga membuat mesrah bibir berdzikir. Senada dengan tulisan pendek Sella di Facebook. Menanggapi kekhawatiran diri pada Masa Depan. Masa Depan yang mana coba? Yah yang katanya Surga-Neraka tea lah.

Dah kalau masa depan sama Kamu mah itu cuma testing, cuma bentar. Kayaknya aja lama, padahal 1 hari di akhirat sama dengan...

Nb:
- Bagi yang minat ke Kang Aciel, bisa tanya-tanya Sella. Insyallah kalau cocok di Sella, cocok juga di Akang. Hahahahaha.

- Eta pakai photo lama, kalau mau lihat photo terbarunya bisa lihat di Akun Facebook-nya Akang weh nyak, gini nih kalau promo gak dibayar.

© 2017 PERI TINKERSELL


Udah dulu yah, I need take a nap. Ujan pulak.
Salam mangga Thailand~



Tampines, November 2017

Wednesday, 8 November 2017

Ibu

Aku mematut diri pada cermin, di sana ada bayangan punggung dengan gores merah keunguan. Hadiah dari Ibu tadi Siang. Aku melakukan kesalahan lagi, yah lagi-lagi aku mampu dengan mudah membuatnya marah. Sebenarnya ini karena angka dalam lingkaran besar bertinta merah pada kertas lembar jawaban pilihan ganda, hasil ulangan akhir semester minggu kemarin. Tidak begitu buruk bagiku mendapatkan nilai delapan tapi Ibu menginginkan lebih. Kesempurnaan.

Sebenarnya Aku ingin menjerit tapi pada akhirnya hanya bibir yang mampu kugigit. Luka sabetan gantungan baju –yang akhirnya jadi korban karena patah- masih membekas dari kemarin saat aku menolak untuk tidur siang dan malah asyik menghitung butiran gundu sambil sesekali menyentilkan pada gundu lain di lantai ubin.


“Kamu mau jadi anak durhaka yang tidak pernah mau menuruti Orangtua, seperti kawanmu yang lain?”

Begitu lah selalu kalimat penutup khotbah Ibu. Aku sudah sangat hafal karena ini acapkali dilantunkan semenjak Aku mulai bisa berjalan dan merepotkan, menurut Ibu. Dan Ayah? Ah Aku rindu Ayah tapi beliau hampir tidak pernah di rumah. Sibuk pergi pagi pulang pagi atau bahkan tidak pulang samasekali. Sibuk mengais butiran rezeki.

*****

Pagi  ini Aku bergegas pergi ke sekolah tanpa menunggu Ibu pulang dari Pasar. Sengaja saja, Aku sedang tidak ingin menambah coretan gambar pada punggung untuk pagi ini. Kalau-kalau saja Ibu kembali melihat ketidaksempurnaan pada diriku, Aku takut.

Kususuri jalan setapak kerikil berdebu menuju Sekolah. Tidak ada yang istimewa, hanya saja udara terasa lebih anyir dari biasanya, angin laut tak pernah sesendu ini dalam penciumanku. Debur ombak juga terdengar, tentu saja, karena jalan ini dengan pantai hanya dipisahkan oleh sederetan rumah nelayan. Pantai selalu paling memahami aku. Ia tak letih memainkan lagu melalui deburan ombak pada karang-karang di pagar Laguna. Lagunya kadang senang kadang sedih, ikut-ikut suasana hatiku. Tapi lebih sering sedih, yah seperti Aku bilang, Ia ikut-ikut suasana hatiku.

*****

Ibu Fatmah menatapku dengan penuh tanya juga curiga. Aku hanya senyum disambung mencium punggung tangan Beliau.

"Ada masalah lagi, Qayyah!?"

Sebenarnya aku ingin bilang "iya" dan menceritakan sebab-sebab rintihan yang Aku telurkan saat sesekali walikelasku ini mengelus pundak atau punggungku jika Aku berhasil memecahkan soal aritmatika di papan tulis atau aku ingin juga berkeluh-kesah perihal sumber kesenduan pada sorot mataku saat beliau menerangkan perbedaan prosa, puisi, pantun atau sajak.

Aku ingin tapi adalah hal yang mustahil ketika mendadak terdengar kegaduhan di halaman sekolah dan seorang wanita terdengar berteriak memanggil nama seseorang.

Aku memasang telinga dengan awas demi menajamkan pendengaran. Ya Tuhan, Aku harap ini mimpi dan setelah Aku kembali membuka mata Aku akan melihat langit-langit kamar yang sudah begitu penuh gambar abstrak warna coklat yang kontras dengan warna plafon putih. Karya hujan yang didukung oleh atap bocor. Tapi, pagi-pagi begini aku nyatanya terpaksa menelan pil pahit. Aku masih berdiri di ambang pintu kelas dan masih mendengar teriakan tadi. Teriakkan itu menggaungkan sebuah nama,


"QAYYAHHHH!!!!!!!"

Yah, itu lah namaku dan Kau pasti bisa tebak siapa yang berteriak itu kan? Benar, itu suara Ibu.
Entah apa yang dibicarakan antara Ibu dan Bu Fatmah yang jelas kulihat raut wajah cemas dari wali kelasku itu. Sebelum keburu Ibu mengamit tanganku untuk diseret pulang, Bu Fatmah masih sempat mendekatiku dan berbisik lembut "Allah bersama orang-orang yang sabar". Kemudian dibelainya kerudung coklatku. Aku hanya mampu merekayasa senyum. Sambil mencium punggug tangan Beliau dengan khidmat. Entah mengapa, Aku khawatir ini yang terakhir.


Sesampainya di rumah Ibu langsung mengunci pintu dan mencabut kunci dari gagang pintu untuk kemudian dimasukkan dalam saku. Sepanjang jalan tadi Ibu hanya diam berusaha menunjukkan suasana biasa pada tetangga. Dan aku hanya bisa membaca-baca doa selamat dunia akhirat serta zikir pendek seperti yang diajarkan Abi Mukmin pada pengajian setiap sore di Masjid.

"Ingat, Allah bersama orang-orang yang sabar," kuingat terus jurus tenang dari Bu Fatmah.
Ibu yang tadi langsung masuk ke kamarnya kemudian keluar lagi membawa sebatang lilin dan korek api yang aku belum tahu akan digunakan untuk apa karena sekarang masih pagi dan sedang tidak padam listrik.

"Hidupkan lilin ini dan letakkan di lantai,"

"Iya, Bu."

Aku turuti perintah beliau dengan sedikit gugup, Aku selalu merasa takut di dekat Ibu. Kawan-kawan selalu bercerita tentang kebaikan Ibu mereka dan itu tidak ada pada Ibuku. Guru-guru di sekolah tak lelah mengingatkan keutamaan berbakti pada Ibu dan aku tidak pernah kurang apa pun dalam membakti, kurasa. Abi di tempat mengaji acapkali mengingatkan untuk tak lupa mendoakan Ibu tapi Aku? Aku bahkan selalu merasa doa-doaku untuk diri sendiri saja selalu tak cukup menggugah hati Tuhan.

"Letakkan tanganmu di atas api itu?"

"Tapi, Bu.."

"Jangan membantah, Ibu tadi bilang tunggu ibu pulang dari Pasar, sekarang Anak Ayam Kita hilang dua ekor karena Kamu tidak mengunci kandang."

"Maaf, Bu..."

Aku baru ingat tentang kandang berisi ayam di halaman belakang, aku memang lupa menguncinya karena pagi hari mereka biasa dibiarkan keluar mencari udara segar.
Aku mengiba-iba untuk dimaafkan tapi ini memang tampak seperti menegakkan benang basah (satu istilah yang kusuka dari Bu Fatmah) mengingat tabiat Ibu.


"Kau ingin menjadi anak durhaka seperti kawan-kawanmu yang lain?"

Demikian lah kalimat penutup khotbah Ibu, itu artinya aku mesti bersiap memanggang tangan. Entah sampai kapan. Dan kini pun Aku mulai mengantuk. Ya Tuhan, Aku harap ini mimpi dan setelah Aku kembali membuka mata Aku akan melihat langit-langit kamar yang sudah begitu penuh gambar abstrak warna coklat yang kontras dengan warna plafon putih.


Tampines, Agustus 2017

Sayang kita tak pernah sempat. Menyisakan sebuah ciuman untuk seluruh cerita yang entah. Meski disesali atau hanya sekedar dicatat. Tahu tahu pagi sudah merapat. Kau mesti berangkat, dan Aku merapikan bangkai kenangan yang tak boleh dirawat lantaran terlanjur laknat. Dan inilah saat yang paling gawat; memandang Kau di muka pintu. Merapikan rambut dan menyusun semacam kalimat perpisahan, lalu tersenyum (agar kita tampak bahagia?).

Setelah itu, punggungmu akan menjauh. Sedang Aku berpura-pura sibuk seolah ada yang harus segera kuselesaikan. Selain menunggu peristiwa ini berulang dan nanti, kalau kebetulan kita bertemu dan merasa percuma, sudah kusiapkan bisikan untukmu “Kita hanyalah sebuah kemungkinan dari kenyataan yang belum seluruhnya terjadi". Percayalah, kalimat pedih itu akan membuat kita punya alasan untuk sekadar melupakan pahitnya nenanggung ingatan.

Bandung, January 2016

Pohon-pohon berlari ke belakang, melawan arah kenangan. Di balik kacamatanya, pandangan matanya redup. Lurus ke depan.

”Antar aku ke toko buku, tujuh hari lagi ya,” ajaknya seminggu lalu.

Kami saling menatap. Ia tersenyum. Aku tertulari. Senyum seraya mengkhayalkan kulit-kulit halus di balik jilbabnya. Sopir angkot dari tadi berupaya keras tak memedulikan kami berdua. Lalu, ia mengamati rambutku yang mengilat, dibelah dari samping. Kemeja kotak-kotak, ikat pinggang, celana katun, dan sepatu kulit hitamku.

”Ada apa?” Tanyanya.

”Ah, tidak.”

Kugenggam jemari tangan kirinya yang tertelungkup di atas pangkuannya. Roknya terulur hingga tumitnya. Jemari tangan kami mulai berpeluh! Dadaku gemetar.

Di dalam kamar sempit, bercelah kecil, aku suka berbaring.

”Maaf, aku belum pernah menyentuh tangan perempuan. Baru kali ini.”

”Aku juga. Baru disentuh kali ini.”

Begitulah pesan pendek di ponsel kami.

”Tapi,” imbuhnya, ”hanya kuserahkan segenggam buah anggur. Takkan kuberikan melon-melon di gunung-gunung itu, di dekat semak belukar berikut ilalang subur menawan. Kecuali, di tikungan jalan itu, kau merapatkan langit dan bumi, mata air kepada arusnya, laut kepada ombaknya, sungai kepada alirnya, serbuk sari kepada putik oleh angin atau beburung kesayanganmu di mana ikatan janji telah dikuatkan, seruling asmara telah ditiup di antara bisik-bisik 'amin' kepala-kepala manusia yang menyaksikannya.”

”Insya Allah,” kataku.

”Insya Allah,” jawabnya.

Tampines, November 2017