Showing posts with label analyze. Show all posts
Showing posts with label analyze. Show all posts

Tuesday, 26 December 2017


Semarak End Year at Tampines Hub © 2017 PERI TINKERSELL

Akhir tahun identik dengan intropeksi, refleksi dan resolusi. Dan, ada satu lagi yang juga cukup ngetrend di kalangan pemuda-pemudi harapan bangsa seperti Saya. Yaitu, make opportunities to other who want to ask everything that they want. Yah, sebagai aktivis sosmed, Saya pun melakukannya. Dan tentu saja, pertanyaan-pertanyaan baik yang terduga maupun tak terduga bermunculan. Dengan beragam bahasa, pertanyaan-pertanyaan itu terlontar. Tapi, Saya akan mengeneralkan dalam Bahasa Indonesia saja, yang mungkin belum baik dan benar. Karena, kesempurnaan manusia berada pada baik-buruknya dan benar-salahnya sekaligus.

Saya akan membuat list pertanyaan tersebut (dibagi dalam dua Bab, karena, selain pertanyaan tentang Saya, ada pula yang sebenarnya ditujukan kepada Kang Acil tapi melalui Saya dan Saya menjawabnya tanpa meminta jawaban dari Doi) sekaligus jawabannya yah, biar Kamu gak perlu ikutan pusing mikirin jawabnya...


Bab I

1. Apakah rahasiamu yang tidak diketahui orang lain? (The most question that I got).
Honestly, hampir semua rahasia Saya adalah rahasia umum. Ada aja orang yang tau. Tapi, di sini Saya akan menuliskan rahasia yang tidak ada seorang pun yang tahu sebelum ini. Yah, jadi, Saya suka buat playlist lagu yang kadang kontinental, oriental maupun tradisional ketika mau masak. Dan, Saya akan masak sambil menari. Semacam ritual, itu lah sebabnya mungkin mengapa masakan Saya terasa enak dan menjadi kenangan dilidah penikmatnya. Dan juga, saat workout di dalam kamar yang terkunci, Saya akan memutar musik dengan frekuensi sedang kemudian workout hanya dengan menggunakan bra sports (sesekali dibalut jumper dari Uniqlo) dan celana ketat. Tapi, ukuran bra itu akan tetap jadi rahasia. Saya tidak akan mengetiknya di sini.

2. Apa yang Kamu lakukan ketika rindu rumah dan jauh dari orangtua?
Saya akan masak masakan minang atau masakan traditional yang ribet-ribet yang dimana Ibu juga Ayah bisa memasaknya dengan simple. Dengan begitu, Saya berasa di rumah.

3. Apakah Kamu masih mendengar Adzhan di sana (Tampines, Singapore)? Bagaimana perasaanmu?
Saya hampir tidak pernah mendengar Adzhan selain dari aplikasi di handphone kecuali jika Saya berada dalam radius 50 meter dari Masjid. Perasaan Saya? Biasa saja. Karena memang di sini, muslim minoritas dan gaungan Adzhan tentu saja dianggap menggangu bagi yang tidak mau/perlu mendengarnya. Saya harus makhfum dan maklum. Sebagaimana umat muslim lain dimana ketika menjadi mayoritas, mereka akan pusing dan khawatir mendadak kafir ketika mendengar lagu-lagu kebaktian gereja.

4. Berapa tinggi badanmu?
153 sentimeter.

5. Kapan rencana menikah?
Tadinya, rencana Kami (dengan main asal ucap) tanggal 18 September 2018. Namun, dengan pertimbangan lain-lain, selain urusan E-KTP yang memang Kami berdua belum punya, jadi direvisi 2019.

6. Dimana rencana akad nikah?
Sebenarnya ini pertanyaan yang agak gimana gitu, tentu saja di lingkungan domisili kedua orangtua kandung Saya. Sebagaimana kebiasaan masyarakat umum di Indonesia.

7. Apa yang Kamu lakukan jika Kamu punya kesempatan untuk menjadi laki-laki?
Wow, Saya hampir tidak pernah membayangkannya. Tapi, mungkin, Saya akan berlarian dan main air di pantai dengan bertelanjang dada.

8. Apa yang akan Kamu lakukan jika hari ini adalah hari terakhirmu di Bumi?
Saya akan memesan tiket ke Bandung, terbang dan kemudian memeluk seseorang di sana.

9. Mengapa Kamu bertanya tentang Kang Ragam beberapa waktu lalu?
Karena, Beliau tengah dekat dengan teman dekat Saya. Dan tentu saja, Saya harus tahu kepribadiannya.

10. Kapan Kamu habis kontrak kerja di sana?
Mei 2019 sesuai dengan kertas yang dikeluarkan Kementrian.


Bab II 

1. Kalian serius (merencanakan nikah)? Kayak bercanda.
Serius. Saya gak bisa bilang kalau Kami serius dalam bercanda sekaligus bercanda dalam serius kepada orang yang belum mengenal Kami dengan baik dan benar. Dan, kalaupun Kami tidak jadi menikah, itu semata-mata karena kehendak-Nya. Bukan karena ketidakseriusan Kami.

2. Pernah bilang cinta?
Kami bilang cinta hampir ke semua makhluk. Bahkan pada Mie Samyang keju pun, Saya berkali-kali bilang cinta. Jatuh cinta, bangun cinta.

3. Kerja apa (Acil)?
Gak tau, urusan dia itu mah. Karena Saya benar-benar yakin bahwasanya rejeki bukan dari Suami, Orangtua, Teman atau siapapun. Toh, hidup dalam kejombloan pun Saya masih hidup senang kok.

4. Masa mau Lu yang ngidupin dia?
Emang, ada manusia yang sanggup ngidupin manusia? Saya pun bertanya balik dengan serius, emang ada?

5. Awas jangan biarin Acil chat sama cewek lain, tar selingkuh!
Biarin, justru lagi nyari Madu. Ini juga serius, Kang Acil dan Saya sepakat untuk berpoligami jauh sebelum Kami memutuskan untuk berjalan beriring. Dan, cukup tiga saja. Karena ganjil, Kami memang ganjil. Ada yang minat daftar? Saya serius. Bisa inbox dan kirim CV.

6. Acil lulus kuliah?
Saya juga gak, what's wrong? Apakah lulus kuliah adalah sebuah jaminan tentang tekad dan tanggungjawab seseorang? Kang Acil cuma ninggalin satu kampus. Lah Saya, sampai tiga. Hahahah.

7. Hati-hati dimanfaatin!
Saya juga manfaatin Dia. Yah, karena sesungguhnya hidup adalah tentang memanfaatkan dan dimanfaatkan. Itu hal yang wajar, yang penting, mutualisme. Jangan hanya salah satu aja yang merasa diuntungkan. Lagian, sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat.
8. Kenapa Acil gak shalat?
Dia (sejauh ini) hanya shalat ketika merasa butuh, Sama halnya soal mandi. Kedua hal itu hanya akan dilakukan ketika benar-benar merasa perlu untuk kembali kepada kesucian. Dan, bagi Saya, melakukan sedikit itu lebih baik daripada meninggalkan semuanya. Dan daripada, nanya ke orang lain kenapa si Anu gak shalat hanya buat menunjukkan kalau Kamu itu lebih bertaqwa dibanding si Anu.

So, that's my end year answers dan pasti akan ada pertanyaan lagi yang muncul. Biar lah itu menjadi bahan intropeksi, refleksi dan resolusi Saya. Karena tak selamanya Kita mengambil jalan yang sama walau kadang memiliki tujuan yang sama. Tapi, memiliki teman seperjalanan yang paling sefrekuensi adalah pilihan tepat dibanding teman yang sekedar dicintai. Karena sesungguhnya, cinta hakiki Kita hanya milik-Nya. Jangan membuat Dia cemburu karena dimabuk cinta hakiki dengan yang lain.

Cintai secukupnya sebagaimana Kamu mencintai dirimu yang berhasil diet walaupun belum kayak Kareena Kapoor, sebagaimana Kamu mencintai makanan yang membuat kenyang bagi orang-orang yang kelaparan, sebagaimana Kamu mencintai pohon yang meneduhkan dengan mengolah CO2 menjadi O2 dan sebagaimana Kamu mencintai hujan yang menghasilkan harum petrikor sehingga Kamu bisa bernostalgia dengan masalalu. Cintai secukupnya bagi yang selain Dia.

Kata orang-orang sini, Selamat Natal yah!
Kata orang-orang kebanyakan, Selamat Tahun Baru yah!
Kata Sella, Sellamat mencintai dirimu yang jangan apa adanya!



Tampines, 



December, 26th 2017

Wednesday, 30 March 2016

Saya terangkan, tulisan ini untuk kita ambil pelajarannya sama-sama. Sama sekali gak ada niat mengintimidasi spesies makhluk tertentu. Jadi orang yang "tau" diri jelas sangat perlu.
Barang siapa mengenal dirinya maka ia mengenal Tuhannya. -Unknown-
Pagi tadi. Bandung bagian sukasari, lagi dingin-dinginnya. Tapi bagi yang suka-kamu, lagi ingin-inginnya. Hiaaaah baru juga ngetik kok udah gagal fokus yah saya. Hehe. Di sini ada kopi white instant rasa mocca. Sambil dengerin stars on your eyes-nya mocca, saya berselancar ke dunia lain. Yup! Dunia maya. Scroll scroll scroll eh nemu sesuatu yang menarik perhatian saya, dari seorang senior himpunan pas kuliah.
Demi sambel oncom suuk yang di uleg dina coet batu... Cabe-cabean bukanlah termasuk tumbuhan dari genus capsicum... ‪#‎biologi‬ ‪#‎ilmiah‬‪#‎sciencetific‬ ‪#‎cabe‬ ‪#‎askwhy‬
Saya bengong dulu, kok akang ini statusnya multitafsir. Jadi saya komen aja deh. Dari pada cuma tebak-tebak buah manggis kan kagak jelas juntrungannya.

"Loh bukannya cabe-cabean emang capsicum? Kalau bukan, jadi apa dong Kang?"

Lalu diberinya saya penjabaran secara detail.
Cabe-cabean adalah mutasi gen dari cabe yang terkontaminasi oleh pergaulan bebas dan gaya hidup sub-urban sehingga keluar dari genus capsicum dan tidak lagi bersama family soloneae. Kingdom cabe-cabean terindikasi perpaduan antara plantae dan animalia yang termutasi karena bedak made in china yang melebihi ambang batas ketebalan foundation.. Sehingga diidentifikasikan ke dalam kingdom baru yaitu mutanisae..._-Kang Mukhlis-
Masya Allah pagi-pagi udah ngakak deh. Hahaha. Jadi inget yah pas saya bahas tentang cabe habanero a.k.a gendot/gandol. Sempet juga saya ketik kalau cabe-cabean adalah jenis cabe yang paling fenomenal. Dan percepatan penyebarluasan spesiesnya ngebut banget. Didukung oleh kemudahan --yang makin kini makin mudah-- untuk memiliki kendaraan roda dua bermesin dengan cara kredit. Pake down payment maratus rebu juga udah bisa punya motor. Makin pesat aja deh pertumbuhan spesies ini. Kita bisa temui di jalan-jalan alteri, sekolah-sekolah, tempat kongkow sampai kuburan. Dari dunia nyata, maya hingga astral tuh sudah diselipi oleh mereka. Dedek-dedek gemes --meminjam istilah dari om diva press-- sepertinya merasa menjadi cabe-cabean adalah trend kekinian yang mesti dijunjung melebihi Pancasila. Naik motor bertigaan tanpa helm serta kelengkapan syurat-syurat juga sah ajah biar tetep cuantik tanpa merusak model rambut yang udah dicatok lima jam sebelum mejeng. Ini sih yang pernah saya temuin. Duh boro-boro inget ngidupin lampu sen pas mau belok, lah inget bapak engap-engapan bayar cicilan aja kagak.

Ciri-ciri yang paling umum untuk mengenali spesies ini adalah:

1. 3B (BB, Behel dan Belah tengah).
2. Bonceng unlimited, selama jok masih muat.
3. Pakaian ketat kebuka kemana-mana.
4. Pacaran gak tau tempat.
5. Tiap jalan lima langkah cekrek-cekrek-updates-share.


Dedek-dedek gemes

Mestinya kita lebih sadar dan kenal tentang diri kita yah. Biar kita bisa ngertiin tentang sekitar. bergaya boleh tapi jangan sampai bikin eneg sekitar.

Sebenernya gini, dedek-dedek ini mungkin bukannya sengaja berperilaku seperti itu. Mungkin, mungkin loh yah. Bagi mereka tampaknya itu hanyalah hal biasa yang tak perlu kita --orang dewasa-- persoalkan apalagi sampai dibesar-besarkan. Tapi Dek, yuk ikut kelas kepribadian yuk. Mau?


Bandung, 30 Maret 2016



Lagi jemur kasur, semoga gak ujan.

Tuesday, 29 March 2016

Beberapa hari belakangan, beranda dunia maya dimana saya biasa gentayangi dipenuhi oleh share-an portal berita yang "cukup" menghebohkan. Cukup yang perlu ditanda-petiki. Bagaimana tidak, berita-berita tersebut memuat tentang fakta --yang sebagian juga diselipi oleh gosip-- mengenai seorang pengemis yang terjaring oleh Satpol PP di daerah Jakarta. Well, berita mengenai seorang pengemis yang terjaring Satpol PP sebenarnya biasa banget yah. Tapi, yang bikin berita ini meledak-ledak --bahkan hebohnya hingga menutupi puing-puing berita ledakan di Timur Tengah-- adalah pengakuan dari salah satu pengemis yang terjaring tersebut. Bukan, bukannya dia ngaku-ngaku berpenghasilan minimal maratus rebu perhari atau bisa ngadain acara ulang tahun anaknya minimal di McD. Pengakuannya mencengangkan;
Saya Papa kandungnya Marshanda.
Langsung dong netizen seantero jagat pada heboh. Bagaimana tidak, seorang yang dianggap pengemis dengan penampilan miris ngaku-ngaku sebagai Ayah kandung seorang selebritis yang tersohor.

beritagar.id

"Semalam dapat kabar dari teman, yang mengirimkan link (tautan) berita. Dan memang benar, dia ayahku," kata aktris, yang namanya mencuat sejak menjadi pemeran utama dalam sinetron Bidadari itu. (sourch:beritagar.id)
Jeng jeng jeng jeeeeeeeeng ternyata Marshandanya juga ngakuin woy! Lu semua pada heboh apa cing yang dihebohin????

Heum, sebenarnya agak mengherankan juga. Kok bisa yah anaknya terkenal --dan pastinya punya materi yang "cukup" juga-- tapi bokapnya *eduaaaan bahasa prokem saya keluar* ngemis. Saya juga pemasaran penasaran padahal mah gak ada urusannya juga yah sama saya yah. Hehehehe.
"Aku sudah lost contact dua tahun sama papa. Jadi buat aku ini malah good news, bisa ketemu papa lagi. Memang dari dulu setiap kali aku ketemu papa, keadaan ekonomi papa sangat minim," kata Marshanda. Ia juga mengklaim bahwa selama ini sudah berusaha membantu ayahnya semaksimal mungkin.(sourch:beritagar.id)
Oh ternyata gitu. Tapi, kalau saya yang jadi Neng Ca sih *emang ada yang mau ngorbitin sella?* baiknya lebih elok buat mulai cari ayah semenjak dulu-dulu yah. Kan uang saya "cukup" banyak (ceritanya loh kalau saya jadi Neng Ca) bayar orang buat nyari ayah kayaknya gak terlalu sulit. Bikin konferensi pers juga mudah kan?

Pelajaran juga sih buat kita,
Coba sesekali kangennya sama Ayahmu, Neng. Jangan sama gebetan doang. Bagaimana pun, dalam darah kita mengalir darahnya.
Udah ah segitu dulu. Mau ngurusin Irma bentar yang katanya kehilangan hp. Udah ribut heboh eh ternyata hp-nya juga ada di atas meja produksi. Cuma yaitu sihg, dia mah nyarinya pake "mulut".

Bandung, Maret 2016



Masih musim ujan dan musim kawin, lah saya kapan? *eh*
 

Wednesday, 16 March 2016







"Dari Sabang sampai Marauke...dari timur sampai ke talaud...Indonesia tanah airku...Indomie...Indomie seleraku."

Image result for indomie pinterest
sourch: Trailblazersng.com
Jenis penduduk Indonesia yang heterogen tentu mempengaruhi selera pasaran. Tidak terkecuali untuk selera mie instant. Siapapun pasti pernah makan mie instant yah paling tidak, pernah lihat bentuknya lah. Atau malah, kamu termasuk penggemar berat makanan yang sering disebut-sebut sebagai pemicu beragam penyakit kronis ini?

Pun begitu dengan saya, salah satu pemudi Indonesia yang penuh semangat juang mendapat perhatian mantan *eh* cukup senang mengonsumsi mie instant. Apalagi yang goreng. Suka banget! Tapi lebih suka sama kamu sih. Haahaha. Oh yah, kalau di rumah --pas masih tinggal dengan orang tua, tentunya-- kesempatan makan mie instant adalah hal yang MEWAH. Bagaimana tidak, Ibund saya cukup anti dengan makanan instant. Apalagi mie. Lah wong jajan yang biasa aja jarang beli. Lebih suka masak sendiri. Maklumlah yah, udah 10.000 jam lebih kemampuan memasak beliau ini. Dah aku mah apa atuh dibandingin Ibund. Huhuhu. Nah, saat sudah tidak tinggal dengan orang tua (jadi anak kost.red) betapa besar kesempatan itu datang. Malah kadang jadi ketergantungan. Apalagi kalau pas akhir bulan. Hahaha. Jadinya suka semena-mena. Habisnya selain praktis, enak juga.

Adalah Indomie goreng yang menjadi favorit Saya. Apalagi yang edisi sepesial yang bungkusnya glossy gimana gitu. Tapi lebih rada mahal sih daripada yang biasa harganya.

Saking "mie instant" bangetnya hidup saya dulu, pernah tuh nyetok beragam rasa --yang goreng, tentunya-- sampai satu rak. Untung (maunya untung doang...) gak sampai kena tifus atau BAB DARAH MACAM Bang Radith.

Tapi, menjadikan mie instant sebagai pelarian nafsu ketika lapar...hujan deras...di kosan...dan menjomblo adalah pilihan yang kurang tepat. Menjadi dilema tersendiri bagi saya. Apalagi dengan menyetok mie instant di kamar. Membuat instuisi memasak saya memudar. Jadi males mengeksplor kemampuan dalam dunia kedapuran jadinya. Kalau begini, kapan saya bisa mencapai target 10.000 jam expert kayak Ibund? Kalau begini, kapan saya bisa menjadi pendamping yang awesome bagi kamu? Eaaaa. 

Yah gitu sih, kadang yang instant itu memang enak tapi belum tentu baik dan jangan keseringan. Apalagi jatuh cinta secara instant, cuma buat ngerasain yang enaknya ajah... jangan lupa dengan resiko yang mengintai di depan. Be careful. 

*Jiah jadinya malah curhat*

Bandung,


16 Maret 2016