Showing posts with label Puisi. Show all posts
Showing posts with label Puisi. Show all posts

Thursday, 20 August 2015


Teruntuk sesuatu yang terlalu lama lekat pada hati tiada tersekat. Membiasakan hidup normal seperti sebelum saling mengenal, walau terlampau jauh sudah memasuki tahun ke-empat.Partikel kecil yang terkukung pada sebuah zat, meronta mencoba mencari maknamu dari berbagai mahzab. Segumpal darah yang memadat, pada akhirnya hanya mampu pasrah mengenai kedudukanmu sebagai sahabat. Harapan, impian, angan atau apapun itu, sejatinya mesti perlahan dilumat seiring dengan datangnya undangan berupa surat. Kabar yang membuat kerongkongan serat, lusa kau akan ber-akad.



-Peri Tinkersell lagi keranjingan tempe, 20 agustus2015-

Monday, 3 August 2015

Banyak hal yang bisa meyakitkan
Misalnya rindu yang ditahan-tahan
Coba cari pelarian,
Menampikkan kenyataan
Berlarian di sisi jalan
Diteman bisik daun riang
Menuju kamu yang menjelma laut
Aku bilang kepadamu;
Awan sudah tidak mampu menahan uap
Kamu lekas menjawab;
Biarlah kalau memang begitu
Biarkan hujan
Bandar Lampung,
All day all night
© 2016 Peri Tinkersell

Friday, 3 July 2015

Kau penuh hasrat,
Panas dan beruap
Butir-butir peluh mengalir penuh derap

Mengkilat, tegak dan gagah
Kau sorong kiri-kanan
Menindih aku hingga engap

Tadinya kukusut
Apek tak bergairah

Karenamu,
Aku melicin dan melembut

Bandar Lampung,
3 Juli 2015

Banyak setrikaan, ngantuk.

Thursday, 2 July 2015

Dia hidup jika tersambung
Memutar rentangan baling sesukamu
Bisa pilih satu, dua, tiga atau nol jika mau

Udara dilerai jadi debu dan angin
Bintik coklat lekat menapak
Sesekali dia digantungi wangi
Bisa jeruk, apel atau lavender jika kamu mau

Panasmu sudah terburaikan?
Jangan laju mudah terbuai
Cabut dia!
Atau kau akan...
Dirasuki angin

Bandar Lampung,
2 Juli 2015

33 derajat celcius di Bumi Waras, Bung.

Wednesday, 1 July 2015

Dari mimpi semalam
Hijau mengawini merah,
menjulur menyamar jadi sirih
Melalui bumi dan tangkai bambu berbubuh
Ia berlalu seolah ke langit

Dari mimpi semalam
Rekah menggugah busur panah
Menusuk dua bilah hati yang hampir mati
Hatiku, hatimu

Tapi, aku tidak doyan hati
Mau ini punya ayam, sapi, kambing apalagi...
Aku tidak doyan hati

Bandar Lampung,
1 Juli 2015

Dipojokan
Aku menatapmu lekat
Pada ubin dingin yang manut pasrah tiap kali terinjak

Kau sibuk mematut diri pada cermin
Mengukur tiap inci keluruhan lemak
Engap, sesak apapun itu
Anggap saja angin selewat

Kau tindih aku kembali,
Ada banyak umpatan mengiring

"Ah, segini terus!"
Katamu,

Kau murka,
Aku terinjak

Bandar Lampung,
1 Juli 2015

Sedang begitu banyak yang melintas menjadi ide