Saturday, 29 August 2015

Aaaah, akhirnya tiba juga waktu ini. Waktu dimana saya harus secara resmi membubarkan AIWA. Agak sedih gimana gitu, tapi juga senang...akhirnya "menjanda" dan bisa cari yang baru *uhuk*.

AWAL AIWA


Aciel's Infinity Wife Association, adalah perkumpulan penggemar Kang Asril Tanjung, yang akrab disapa Kang Aciel. Anggotanya menyebut diri sebagai Lovacil berharap dapat bagian cinta yang sama rata dari Kang Aciel. Halaaah. Pembatasan jumlah anggota (hanya boleh 4 orang!) Tidak menyurutkan peminat cewek-cewek di salah satu UKM di salah satu Universitas Negeri di Bandung untuk berebut mendaftar jadi pendamping Kang Aciel. Terutama para MARU. Tapi, yang berhasil duduk di singgahsana itu hanya saya dan Yuval. Yang lain mana? Mungkin mereka lelah.

Siapakah Asril Tanjung?

Lah siapa yah? Hahhahaha. Asril Tanjung pernah menjabat sebagai Wakil Ketua HIPMI PT UPI di angkatan 3. Padahal Ketuanya, Kang Arief Juliyaman itu jauh lebih *ehem* lah tapi Kang Aciel ini memang pada jagoan lah Fansnya, penuh inisiatif, biar gak itusiatif. Wkwk sampai bikin kaos Lovacil juga yang langsung diproduksi oleh Lini Usaha Kang Aciel pada saat itu, Sevaciel (bukan Sella love Aciel loh bukan :')). Jurusan Management UPI angkatan eeeeuuuuhm berapa yah jangan disebutlah. Tua banget. Keturunan Minang juga loh dan kalau mau pesen Rendang boleh ke Kang Aciel!!! (Y) mau kenal? sila ke  facebook.com/acilow.arasyid atau follow instagramnya di @asrilou atau kalau kamu berani untuk masuk ke bagian jalan hidupnya cobaaaaa aja nge-phat Asril Tanjung Arasyid eh twitter juga loh cari ajalah heu.

Kenapa Bubar?

Karena para Lovacil sudah not-available euy :( dan tidak memungkinkan untuk Polyandri *eh*. Selain itu sekarang udah pada gak sesantai dulu. Saya sama Yuval udah sibuk ngurus bayi. Sudah mengurangi gombal-gombalan. Bisi pasangan masing-masing sakit hati.

Jadi...

Hari ini, saya mau bikin Proklamasi. Mewakili Yuval juga. Biar bebas. Haha.

PROKLAMASI
Dengan ini, kami, para Lovacil. Menyatakan bahwa AIWA telah dibubarkan. Perihal yang lain-lain akan diobrolkan sesantai-santainya.

Bumi, 29 Agustus 2015


TTD,

Tinkersell as Founder

*kalau Kang Aciel udah ketemu 1 jodohnya kita tetap santai, masih ada 3 tempat. :):):):)

Thursday, 20 August 2015


Teruntuk sesuatu yang terlalu lama lekat pada hati tiada tersekat. Membiasakan hidup normal seperti sebelum saling mengenal, walau terlampau jauh sudah memasuki tahun ke-empat.Partikel kecil yang terkukung pada sebuah zat, meronta mencoba mencari maknamu dari berbagai mahzab. Segumpal darah yang memadat, pada akhirnya hanya mampu pasrah mengenai kedudukanmu sebagai sahabat. Harapan, impian, angan atau apapun itu, sejatinya mesti perlahan dilumat seiring dengan datangnya undangan berupa surat. Kabar yang membuat kerongkongan serat, lusa kau akan ber-akad.



-Peri Tinkersell lagi keranjingan tempe, 20 agustus2015-
"Kopi, harum namanya. Seperti Kartini."

Ucapmu pada suatu pagi di beranda rumah kita. Yang memang sengaja dibangun menghadap timur. Untuk bisa dipakai mandi cahaya sebelum mandi air.

Kemuning mulai mekar berlomba dengan hati. Bunglon pada batang sukun turut menguping obrolan kita meski sudah kupelototi.

"Kar, Kau tahu kalau mata bunglon bisa melihat berlawan arah?"

Tanyamu menengahi pertempuran mata antara aku dan bunglon.

"Maksudmu?"

Aku lantas melirik ke arahmu, ada jeda antara tanya dan jawab, tersebab kopi --yang mulai kehilangan panasnya akibat embun-- yang kau teguk.

"Iya, dua mata bunglon berada pada satu kepala tetapi arah pandang keduanya tidak selalu searah. Bisa berlawanan."

"Oh yah? Aku belum memperhatikan sejauh itu."

"Kar,"

"Apa?"

"Tidakkah kita bisa belajar dari bunglon,"

"Maksudmu?"

Aku kembali bertanya, lalu kembali ada jeda antara tanya dan jawab. Kali ini dipelopori oleh tarik-hembus nafasmu yang mengeluarkan uap-uap hangat.

"Kita, berada pada satu tubuh. Rumah tangga. Namun, sangat memungkinkan bagi kita untuk berbeda sudut serta cara pandang dalam menghadapi persoalan di sekitar "kepala" ini dan itu tidak berarti kita lantas tergesa mengucap kata pisah tiap ada masalah."

Aku terhenyak, kurasa kau tahu makna diamku kali itu. Tidak menampik.

Kau minta tambah kopi. Kutuang isi bejana ke cangkirmu. Menambahkan dua blok gula serta satu oz krimer. Terlalu manis bagiku yang hanya suka kopi hitam tanpa tambahan apapun. Rasa murni, pekat sekaligus jernih.

"Tidak terlalu manis?" Aku melihat raut wajahmu yang malah menyungging senyum.

"Tidak. Karena aku tahu ada yang lebih manis dari ini." Tuturmu.

"Apa?"

Kau lantas masuk ke dalam, menuju kamar. Dengan tergesa kau kembali menuju beranda rumah kita.

"Ini!!!"

Aku tersenyum simpul, kemudian tercengir kuda. Kopi hitam tanpa gulaku pun jadi terasa dipenuhi gula.

Source: Google



Bumi W,



Agustus 20, 2015

Wednesday, 12 August 2015

Monday, 3 August 2015

Banyak hal yang bisa meyakitkan
Misalnya rindu yang ditahan-tahan
Coba cari pelarian,
Menampikkan kenyataan
Berlarian di sisi jalan
Diteman bisik daun riang
Menuju kamu yang menjelma laut
Aku bilang kepadamu;
Awan sudah tidak mampu menahan uap
Kamu lekas menjawab;
Biarlah kalau memang begitu
Biarkan hujan
Bandar Lampung,
All day all night
© 2016 Peri Tinkersell