denting piano memecah keheningan gedung sekolahku dari ruang musik terdengar "Symphony Paradize" dari Mockart. aku bergidik sebentar, waktu sudah semakin sore suasana suram mulai merayap dinding dinding sekolahku. aku masih berkutat dalam buku sejarah Opelium nomor 9, hukuman dari mevrouw Pamela Wurt karena aku tidak bisa berhenti mengoceh sepanjang ia menjelaskan. aku tidak peduli tentang gurauannya mengenai tumbuhan beracun di Stabeland yang sedang panen panennya. aku tidak peduli.
Kubereskan barang barangku dan bersiap untuk pulang, kulirik jendela, anak anak masih bermain dengan riang. aku akan pulang bersama mereka saja. takut , diluar gelap sekali.
Aku mengurungkan niatku untuk segera menuruni tangga menuju lantai luar, kelas kelas tersebut kosong dan aku memutuskan sedikit 'berbelanja' di sore hari. banyak barang barang yang tertinggal, pensilku sudah pendek dan aku akan menemukannya di lantai lantai kelas ini, beberapa buku, penghapus dan mungkin sedikit benda berharga.
kuperiksa satu satu . maafkan aku tuhan aku mendapat tiga buah pensil cantik. esok aku akan aman jika harus menulis satu halaman sebagai hukuman misalnya. sesudahnya aku keluar, aku malas melewati kelas barat, aku memutar menuju kelas seni musik.
denting lagu lagu kembali terdengar, kupikir masih ada beberapa murid yang berlatih, toh sebentar lagi natal mereka mungkin akan pentas di Balai Roh gereja kami.
permainannya begitu lembut, begitu memilukan , iseng segera aku menuju ruang piano dan mendengarkan di balik pintu. aku mendengarkan dengan baik, begitu pilu dan entah mengapa udara tiba tiba menjadi sangat dingin sesaat. tergerak hatiku untuk membuka pintu, mungkinkah Monabelle yang memainkannya, dia putri altar yang sangat cantik, ia sangat memukau dengan permainan pianonya setiap misa diadakan. Monabelle
Akut terkejut. tidak ada siapa siapa di ruang piano. piano tersebut bahkan tak berdenting. piano itu mematung dan aku terpana, menakutkan pikirku, benarkah gosip hantu gadis si Minerva itu benar ? aku tidak tahu, aku berusaha untuk tenang dan tiba tiba saja ...
DHUAAAAAARRR BIIIIUUUUUMMM DHUUUUUUARRR....
tiba tiba saja suara dentuman terdengar. dan aku berlari sekencangnya menuju pintu luar. menyelamatkan diri. aku menahan nafas ketika debu debu berjatuhan dari langit. aku berhasil mendorong pintu dan berlari.
alangkah terkejutnya aku, lapangan dengan rumput musim gugur telah rata dengan jatuhnya bangunan bangunan. aku mengatupkan mulutku. histeris. aku berusaha untuk berteriak namun terlalu takut. tubuh tubuh abstrak bertaburan di berbagai sudut. warna debu kelabu dan langit mendung kontras dengan merahnya darah segar. aku sekali lagi takut.
aku berlari menuju pintu utama. ritme lariku kacau balau, berusaha tak menginjak mayat . tak sadar aku menangis. seluruh bagian dari sekolah hancur, kecuali gedung kelasku dan kelas piano tadi. sayup sayup lagi terdengar suara suar jeritan, Ya tuhan masih ada manusia yang selamat. ku cari sumber suara itu dan ... aku mengahampiri mereka, mulutku berusaha memanggil mereka, namun aku tetap takut. tubuhku gemetar , aku mendekati mereka.
"A..a...apa.. yang terrr..jadih" akhirnya rahangku terbuka.
mereka tetap berjalan. seolah tak melihatku.yah mereka seperti tak peduli denganku.
aku menghampiri mereka dan berusaha untuk menghalangi jalan mereka dan...
mereka melewatiku . aku seperti sutra tipis. mereka mengeluh seolah tak ada aku. aku terpana. aku terdiam.
apakah ... apakah... apakah... aku sudah ..
lututku bertemu dengan jalanan berdebu. mataku kosong, demikian pikiranku ...
nb : sumber photo dari google .
nb : sumber photo dari google .
0 comments:
Post a Comment