Sebagai Perem-puan, puan yang mesti diperem sebelum dihidangkan. Tentu kita memiliki keterbatasan dalam melangkah menjemput jodoh. Ikatan-ikatan disekeliling memaksa kita menjadi seseorang yang menanti, tanpa menjemput dalam artian sebenarnya. Berbeda dengan Tuan, begitulah nasib Puan.
Konon, jodoh dibentuk oleh penantian (utamanya bagi perempuan). Penantian yang bukan sekedar nunggu nanti-nanti, melainkan butuh memupuk kesiapan. Nah, sebagian dari kita tanpa sadar sering bergunjing --yang acapkali kita samarkan sebagai curhatan-- kepada diri sendiri atau bahkan kepada grup rumpi... Tentang jodoh si anu udah datang duluan, kenapa aku belum? Padahal aku juga sudah --merasa-- siap dari segi umur maupun mental (perempuan jarang memikirkan kesiapan materi, baiknya itu lelaki saja yang pikir :p)
Konon, jodoh dibentuk oleh penantian (utamanya bagi perempuan). Penantian yang bukan sekedar nunggu nanti-nanti, melainkan butuh memupuk kesiapan. Nah, sebagian dari kita tanpa sadar sering bergunjing --yang acapkali kita samarkan sebagai curhatan-- kepada diri sendiri atau bahkan kepada grup rumpi... Tentang jodoh si anu udah datang duluan, kenapa aku belum? Padahal aku juga sudah --merasa-- siap dari segi umur maupun mental (perempuan jarang memikirkan kesiapan materi, baiknya itu lelaki saja yang pikir :p)
Menanti Hujan Selesai © 2016 Peri Tinkersel |
Ini mungkin hanyalah hal-hal kecil yang
acapkali luput dari "ikhtiar" kita. Maksud saya, dari sekian banyak
hal-hal baik yang kita lakukan dalam usaha menanti jodoh, ini jarang
diperhatikan;
1. Manage Keuangan
"Jika kita tidak bisa mengatur hal kecil, bagaimana mungkin mengatur yang besar?" -Sella, 23th, masih muda-
Hah, manage uang apa susahnya? Aku udah
usaha kok!
Saya juga merasa begitu. Uwuwuw semenjak
bekerja, saya tentu saja mengatur keuangan secara pribadi. Tanpa campur tangan
Ibundohara. Mulai dari sandang, pangan hingga papan yah walaupun gak
benar-benar tinggal di rumah papan sih. Tapi ternyata tidak mudah, masih kadang
hutang sana-sini. Dan uang suka gak keliatan rimbanya. Kadang suka beli stok
cemilan buat sebulan padahal jelas-jelas gak mengenyangkan dan nambahin bobot
badan *ups*. Suka laper mata kalau ada diskonan padahal diskon itu
diembel-embeli minimal pembelian, yang tadinya gak mau beli apa-apa, jadinya
beli apa saja, kan? Bisa dibayangkan, kalau masih begini juga,ketika menikah,
kasian suami. Hehehe.
2. Ngerem Kata
Untuk yang satu ini, emang udah sifat
dasarnya perempuan yah hahaha susah sih. Ngerem kata ini gak cuma tentang kata
terucap, melainkan juga kata tertulis. Misalnya kalau lagi ada persoalan, tanpa
rem kita ungkapkan kebanyak orang. Kalau marah, langsung nyerocos semua yang
ada dikepala dan hati dikeluarin. Kadang juga sampai ke media sosial. Itu
bahaya banget kalo udah nikah. Semua orang bisa tau isi kamar kita kan? Jadi,
seni ngerem kata ini sangat penting untuk dipelajari.
3. Bangun Lebih Pagi dan Produktif
Hayoooo, bangunnya kita udah pagi? Tapi
bangun paginya malah dipake buat ngecek hape? Hahaha saya juga masih gitu.
Dicoba deh, bangun pagi, pagi banget
sebelum subuh. Mulai dengan hal-hal yang "sebenernya malesin" buat
dikerjain. Kayak ngerendem pakaian, nyapu, ngepel beberes dan lainnya. Emang
sih, seorang pria menikahi perempuan bukan buat dijadiin pembokat. Tapi, ini
melatih kinestetik kita. Anggeplah olahraga, buang kalori cemilan stok sebulan.
Hahahaha.
Udah malem, sementara itu dulu. Lain waktu
lanjut lagi yah insyaallah.
Salam Saya(ng)
B. Lampung, 23 september 2016
0 comments:
Post a Comment