Personel Payung Teduh
(Source: Google)

Siuran berita hengkangnya dua personel Band Indie, Payung Teduh, Om Is dan Abang Comi sudah hilir mudik di media elektronik semenjak lagu "Akad" yang menjadi salah satu dari sembilan lagu amboi pada Album "Ruang Tunggu" dirilis. Jadi, semasa menengok feed Instagram Payung Teduh Official pagi tadi, Saya tidak terlalu terkejoed deh. Namun, tetap saja, ada rasa berbeda. Akan kah Payung Teduh tidak lagi teduh selepas ini? Tanpa vibrasi pita suara Om Is pun tanpa petikan senar oleh jemari Abang Comi.

Payung Teduh mulai menyelinap masuk telinga Saya kala tengah menginap di kostan Mba Ajeng (yang kini sudah jadi Ibu dari bayi lucu bernama Rumi, persis nama penyair yang kusuka 😁) pada tahun 2013/2014. Tidak dapat dipungkiri, yang membuat Saya jatuh hati adalah suara itu. Suara mendayu yang menenangkan serta meneduhkan. Jadi, sebenarnya, pada dasarnya, yang Saya suka bukan Payung Teduh-nya dong yah? Tapi suara Om Is-nya.

Mungkin sama ketika Kamu naksir seseorang, bisa jadi yang sebenarnya terjadi adalah Kamu bukan naksir orang itu. Namun Kamu hanya naksir pada sebagian yang ada pada dirinya. Namun karena hal itu ada dalam dirinya, jadi deh Kita menyimpulkan menaksir secara keseluruhan. Selama si hal itu masih ada dalam dirinya, Kamu gak akan ribut. Tetap menikmati si Dia. Namun, kala si hal itu keluar dari dirinya, tak ada lagi, apakah Kamu akan bisa untuk tetap suka tanpa merasakan kehampaan?


Rab Ne Bana Di Jodi

Hal ini mengingatkan Saya untuk mengaitkan pada film India jaman doeloe yah gak dulu banget sih, "Rab Ne Bana Di Jodi" yang kalau dalam Bahasa Indonesia artinya Jodoh Dari Tuhan ini diperankan oleh Baba Shah Rukh Khan dan Onty Anuskha Sharma. Salah satu kalimat hits yang lengket kayak karamel yang membalut lapisan waffer cokelat,

"Aku melihat Tuhan pada dirimu, apa yang harus Aku lakukan?"

Kalimat ini juga dua hari lalu dijadikan status rusuh oleh Kang Acil. Yah, Kita semua melihat "tuhan" pada makhluk yang Kita suka. Aku melihat "tuhan" pada Payung Teduh berupa suaranya Om Is. Lalu, ketika "tuhan" yang Aku lihat itu sudah tidak ada lagi pada Payung Teduh, apakah Aku akan tetap "memujanya"?

Atau, kemana dan dimana pun "tuhan" itu ada, disitu lah Aku semestinya "berkiblat" ? Oh Tuhanku, Aku tau, sesungguhnya Kau tahu Aku tak pernah mengharapkan Engkau kemana-mana, tetap lah di dalam hatiku.



Tampines,


January 4th, 2018